Berita

SBY dan Megawati Soekarnoputri dalam sebuah kesempatan/Net

Politik

Berkembang Sinyalemen Demokrat Gunakan Harun Masiku Untuk Acak-Acak Partai Banteng

RABU, 29 JANUARI 2020 | 22:06 WIB | LAPORAN: YELAS KAPARINO

Tampaknya Partai Demokrat ingin memanfaatkan kasus suap Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai alat untuk mengacak-acak PDI Perjuangan.

Upaya mengganggu PDIP itu terlihat dari manuver dua Sekjen Partai Demokrat, Andi Arief dan Rachland Nashidik, yang mengatakan akan mendatangi komplek Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) di Jakarta Selatan untuk mencari tahu keberadaan Harun Masiku.

Demikian sinyalemen politisi senior PDIP Beathor Suryadi dalam perbincangan dengan redaksi, Rabu malam (29/1).   

Harun Masiku adalah mantan calon anggota DPR RI dari PDIP yang diduga kuat menyuap Komisioner KPK Wahyu Setiawan. Suap ini berkaitan dengan upaya Pergantian Antar Waktu (PAW) anggota DPR RI Rizky Aprilia.

Harun dan Rizky berasal dari daerah pemilihan Sumatera Selatan 1. Peta pertarungan di dapil itu berubah drastis karena menjelang Pemilu 2019 caleg PDIP paling favorit di dapil itu, Nazaruddin Kiemas, mendadak meninggal dunia.

Ketika operasi tangkap tangan Wahyu oleh petugas KPK terjadi, kabar burung mengatakan Harun Masiku diminta menyelamatkan diri ke komplek PTIK. Sejak beredar, kabar ini belum terkonfirmasi.  

“Ibu Megawati (Ketua Umum PDIP) sudah mencanangkan kemenangan tiga kali dalam Pemilu 2024 mendatang. Ini adalah ancaman paling serius yang dihadapi Partai Demokrat. Kalau PDIP bisa menang lagi, maka Partai Demokrat akan semakin tenggelam. Mimpi putra mahkota Partai Demokrat juga kandas,” ujar Beathor.

“Karena itu mereka melancarkan serangan sejak sekarang, dengan mengacak-acak partai kami. Termasuk dengan memanfaatkan kasus Harun Masiku,” ujar Beathor.

Menurut Beathor, manuver Andi Arief dan Rachland Nashidik sesungguhnya tidak dibutuhkan dalam proses penegakan hukum di tanah air.

“Kita semua bisa melihat, perangkat hukum di negara ini bekerja sebagai mana mestinya. Dan hukum tidak bisa ditegakkan dengan cara gegabah seperti yang hendak mereka lakukan,” demikian Beathor yang dikenal sebagai loyalis almarhum Taufik Kiemas.  

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Viral Video Mesum Warga Binaan, Kadiv Pemasyarakatan Jateng: Itu Video Lama

Jumat, 19 April 2024 | 21:35

UPDATE

Satgas Judi Online Jangan Hanya Fokus Penegakkan Hukum

Minggu, 28 April 2024 | 08:06

Pekerja Asal Jakarta di Luar Negeri Was-was Kebijakan Penonaktifan NIK

Minggu, 28 April 2024 | 08:01

PSI Yakini Ekonomi Indonesia Stabil di Tengah Keriuhan Pilkada

Minggu, 28 April 2024 | 07:41

Ganjil Genap di Jakarta Tak Berlaku saat Hari Buruh

Minggu, 28 April 2024 | 07:21

Cuaca Jakarta Hari Ini Berawan dan Cerah Cerawan

Minggu, 28 April 2024 | 07:11

UU DKJ Beri Wewenang Bamus Betawi Sertifikasi Kebudayaan

Minggu, 28 April 2024 | 07:05

Latihan Evakuasi Medis Udara

Minggu, 28 April 2024 | 06:56

Akibat Amandemen UUD 1945, Kedaulatan Hanya Milik Parpol

Minggu, 28 April 2024 | 06:26

Pangkoarmada I Kunjungi Prajurit Penjaga Pulau Terluar

Minggu, 28 April 2024 | 05:55

Potret Bangsa Pasca-Amandemen UUD 1945

Minggu, 28 April 2024 | 05:35

Selengkapnya