Berita

Rimawan Pradiptyo/Net

Politik

Ekonom UGM: Kasus PDIP Bukti Reformasi Masih Setengah Hati

SENIN, 20 JANUARI 2020 | 13:44 WIB | LAPORAN: AHMAD SATRYO

Dua dekade lebih reformasi berjalan, praktik korupsi justru seperti makin marak. Termasuk yang dilakukan sejumlah oknum partai politik dalam memuluskan langkah dan tujuan mereka.

Karena itu, ketika KPK sukses mengungkap praktik suap di Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan PDIP, tak lantas banjir pujian. KPK justrumendapat kritik dari ekonom Universitas Gajah Mada (UGM) Rimawan Pradiptyo.

Rimawan mengatakan, penuntasan kasus ini belum maksimal dan tidak menunjukan adanya penguatan lembaga antarasuah. Terutama setelah UU 30/2002 direvisi menjadi UU 19/2019.


"Ini tadi yang saya sebut sebagai reformasi setengah hati," ujar Rimawan dalam diskusi online di WhatsApp Group 'Jurnalisme & Demokrasi', Minggu (19/1).

Selain itu, Koordinator Aliansi Akademisi Anti Korupsi Indonesia ini juga melihat dari kasus PDIP tentang sistem pendanaan parpol yang tidak sehat.

Di mana, transaksi politik uang di internal maupun eksternal partai politik masih terus terpelihara pascareformasi 1998 hingga saat ini.

"Amanah reformasi menguap, sementara korupsi makin merajalela. Kalau sudah demikian, upaya mencapai cita-cita nasional ya tidak akan pernah tercapai (amanah konstitusi)," tutur Rimawan.

"OTT yang terjadi di awal tahun 2020 dan rentetan peristiwa yang terjadi kemudian, menunjukkan kekawatiran para akademisi di atas menjadi kenyataan," sambung Rimawan.

Oleh karena itu, Rimawan bersama-sama 255 ekonom membuat kajian tentang efek revisi UU KPK. Di dalam kesimpulan kajian tersebut muncul rekomendasi tentang penerbitan Perppu oleh Presiden Joko Widodo.

"Semua ekonom sepakat KPK bukan penghalang investasi. Justru korupsi yang marak itulah yang menghalangi investasi," demikian Rimawan.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya