Berita

Kantor DPP PDIP/Net

Publika

Geledah Abal-abal

SELASA, 14 JANUARI 2020 | 13:04 WIB

KASUS komisioner KPU Wahyu Setiawan telah berimplikasi pada "kasus" penggeledahan.

Gagalnya operasi penggeledahan Kantor PDIP dengan target Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, menunjukkan KPK memang sukses ditumpulkan.

Lalu diumumkan terbuka bahwa penggeladahan akan dilakukan pekan depan. Izin dari Dewan Pengawas KPK baru didapatkan.

Dipastikan hanya keteledoran atau kebodohan pesakitan yang membuat KPK sukses mendapatkan bukti pada penggeledahan pekan depan tersebut.

Tujuan penggeladahan adalah untuk memperoleh bukti-bukti. Dihindari peluang terjadinya penghilangan alat bukti. Karenanya dilakukan sewaktu waktu, mendadak, serta tanpa kesiapan dari pihak terduga atau tersangka.

Jika diketahui akan terjadinya penggeledahan, maka ia akan segera memindahkan atau menghilangkan alat bukti tersebut. Sejarah baru justru KPK mengumumkan akan menggeledah satu minggu kemudian.

Memang revisi UU tentang KPK yang direaksi publik telah membuktikan keburukan dan cacatnya. Penanganan kasus suap komisioner KPU ini merupakan monumen awal. Ada gagal menyegel Kantor PDIP, gagal membuntuti dan menangkap Hasto Kristiyanto, gagal pula menggeledah. Ada container dokumen yang dibawa bebas keluar secara misterius.

Tayangan lucu katanya jika penggeledahan dilakukan minggu depan maka tersusun acara mulai pembukaan, sambutan, hingga doa.

Pasal 37 B UU 19/2019 tentang KPK menegaskan bahwa untuk penyadapan, penggeledahan dan penyitaan harus dengan izin Dewan Pengawas. Inilah birokrasi rentan dan berbahaya.

Di samping dapat memainkan waktu juga Anggota Dewan Pengawas ternyata tidak dilarang berhubungan dengan tersangka. Ini keanehan luar biasa. Mungkin benar juga pandangan bahwa Undang Undang baru telah membunuh KPK.

Ironi sekali jika kerja kejutan dan apresiasi keberhasilan OTT tersangka suap KPU justru "dibarengi" penggeladahan satu minggu kemudian. Diumumkan terlebih dahulu di mass media. Kalau begini namanya penggeledahan abal abal. Sebuah tragedi hukum di negara yang konstitusinya menegaskan bahwa Indonesia adalah negara hukum.

Selamat menempuh hidup baru KPK, selamat memulai dengan kekuasaan terpusat pada Dewan Pengawas. Selamat menyadap, menggeledah, dan menyita sambil bermain main di arena abal abal. Hidup koruptor!

M Rizal Fadillah

Pemerhati politik


Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Sekda Jabar akan Tindak Pelaku Pungli di Masjid Raya Al Jabbar

Rabu, 17 April 2024 | 03:41

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

UPDATE

Tidak Balas Dendam, Maroko Sambut Hangat Tim USM Alger di Oujda

Sabtu, 27 April 2024 | 21:50

Move On Pilpres, PDIP Siap Hadapi Pilkada 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 21:50

Absen di Acara Halal Bihalal PKS, Pengamat: Sinyal Prabowo Menolak

Sabtu, 27 April 2024 | 21:20

22 Pesawat Tempur dan Drone China Kepung Taiwan Selama Tiga Jam

Sabtu, 27 April 2024 | 21:14

Rusia Kembali Hantam Fasilitas Energi Ukraina

Sabtu, 27 April 2024 | 21:08

TETO Kecam China Usai Ubah Perubahan Rute Penerbangan Sepihak

Sabtu, 27 April 2024 | 20:24

EV Journey Experience Jakarta-Mandalika Melaju Tanpa Hambatan

Sabtu, 27 April 2024 | 20:18

Hubungan PKS dan Prabowo-Gibran, Ini Kata Surya Paloh

Sabtu, 27 April 2024 | 20:18

Gebyar Budaya Bolone Mase Tegal Raya, Wujud Syukur Kemenangan Prabowo-Gibran

Sabtu, 27 April 2024 | 19:28

Menuju Pilkada 2024, Sekjen PDIP Minta Kader Waspadai Pengkhianat

Sabtu, 27 April 2024 | 19:11

Selengkapnya