Berita

Publika

China Jalankan Diplomasi Sikap Senyap Untuk Uighur

RABU, 25 DESEMBER 2019 | 13:48 WIB | OLEH: HARIS RUSLY MOTI

DUNIA akan rubuh karena konsepsi multilateral untuk mewadahi dan mengatur dunia sudah tidak berguna lagi, sudah runtuh. Tak ada lagi tatanan, tak ada wasit.

Lembaga multilateral ekonomi, keuangan dan perdagangan, seperti IMF WB dan WTO sudah rubuh. Perang dagang menandai rubuhnya lembaga multilateral ekonomi, keuangan dan perdagangan. Seluruh perjanjian terkait ekonomi, keuangan dan perdagangan telah diinjak injak sendiri oleh mereka yang dulu nya meng inisiasinya.

Lembaga multilateral politik seperti PBB juga sudah rubuh. Walaupun PBB direformasi tetap tak ada gunanya juga. Karena baik Amerika maupun Israel dalam bertindak mengatasnamakan dunia tapi tak lagi menggunakan PBB sebagai alat legitimasi.

Dulu, masih ada tatanannya, ketika mau serang Irak, Amerika gak bisa langsung lakukan. Tetap saja Amerika bawa agenda ini ke PBB dan di voting terutama di pemegang hak veto di Dewan Keamanan PBB. Amerika masih butuh legitimasi PBB. Sekarang ini hak veto maupun legitimasi PBB sudah tak berguna lagi, tak penting lagi bagi Amerika.

Kalaupun PBB teriak tak setuju dengan operasi militer di suatu tempat misalnya, Amerika dan Israel tak peduli juga, tetap jalan saja. Misalnya kasus Suriah, tetap saja jalan. Jadi lembaga ini tinggal matinya saja. Duit untuk mengoperasikan  nya yang berasal dari minyak juga sudah kering. PBB sudah bangkrut.

Bahkan OKI,  organisasi multilateral Islam karangan Israel untuk kendalikan negara-negara Islam juga sudah di delegitimasi oleh pertemuan empat negara yang diinisiasi oleh Mahathir di Malaysia, yang dihadiri oleh Presiden Turki, Presiden Iran dan Presiden Qatar. Presiden Indonesia yang tak punya visi diplomatik, hanya tau nya infrastruktur dan kaum millenial, tidak hadir di acara itu. Pertemuan empat negara Islam itu bahkan usulkan emas untuk jadi alat tukar secara bilateral antara negara negara Islam, selama ini emas hanya jadi koleteral. Bayangkan upaya lindung nilai menggunakan emas sebagai alat tukar.

Sekarang ini eranya BILATERAL, lupakan MULTILATERAL, tinggalkan lembaga multilateral. Di era Bilateral ini sangat ditentukan oleh hubungan silaturahmi langsung, ngopi ngopi yang intens,  antar satu negara dengan negara lainnya. Kemampuan kepala negara dan para diplomat dalam  berpikir dan bertindak menentukan keselamatan bangsa dan negara  kita. Kalau diplomat nya direkrut dari  para politisi dan relawan yang bisanya hanya  ngesot dan wisata sexs, maka mampuslah negara kita.

Sebagai contoh praktek diplomasi bilateral adalah yang dijalankan oleh China dalam kasus Uighur. Dalam meredam sikap kritis Pemerintahan negara negara Islam terhadap kasus Uighur misalnya, China menjalankan operasi diplomasi SIKAP SENYAP  yang dilakukan secara bilateral langsung dengan  dengan setiap kepala negara yang menjadi tujuannya, juga setiap Ormas maupun ulama dan tokoh Islam didekati secara langsung. Nama operasi nya: diplomasi SIKAP SENYAP.

Diplomasi SIKAP SENYAP dijalankan untuk memborgol mulut Pemerintahan negara negara yang mayoritas Islam, seperti Indonesia, dll. Agar tidak bersikap kritis terhadap pelanggaran HAM di Uighur. China tak menggunakan  lembaga  multilateral untuk jakankan diplomasi sikap senyap soal Uighur, tidak pakai PBB, tidak pakai OKI, atau sejenisnya.

Kita butuh Soekarno, Hatta dan Soedirman baru di Indonesia.

Selamat berlibur, selamat merayakan natal 2019 dan tahun baru 2020 bagi yang merayakannya.

Penulis adalah eksponen Gerakan Mahasiswa 1998 dan Pemrakarsa Pusat Kajian Nusantara Pasifik

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

UPDATE

Pengukuhan Petugas Haji

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:04

Chili Siap Jadi Mitra Ekonomi Strategis Indonesia di Amerika Selatan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:02

Basri Baco: Sekolah Gratis Bisa Jadi Kado Indah Heru Budi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:42

Pemprov DKI Tak Ingin Polusi Udara Buruk 2023 Terulang

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:24

Catat, Ganjil Genap di Jakarta Ditiadakan 9-10 Mei

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:22

BMKG Prediksi Juni Puncak Musim Kemarau di Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:27

Patuhi Telegram Kabareskrim, Rio Reifan Tak akan Direhabilitasi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:05

Airlangga dan Menteri Ekonomi Jepang Sepakat Jalankan 3 Proyek Prioritas Transisi Energi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:00

Zaki Tolak Bocorkan soal Koalisi Pilkada Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:35

Bertemu Wakil PM Belanda, Airlangga Bicara soal Kerja Sama Giant Sea Wall

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:22

Selengkapnya