Berita

Wakil Ketua Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Reni Marlinawati/RMOL

Politik

PPP: Isu Pembungkaman Ormas Islam RI Atas Kasus Uighur Mesti Dibuktikan

JUMAT, 13 DESEMBER 2019 | 14:58 WIB | LAPORAN: AHMAD SATRYO

Isu pembungkaman organisasi massa (ormas) Islam Indonesia soal etnis minoritas Muslim Uighur di China yang dilontarkan media asing Serikat Wall Street Journal (WSJ) terus dapat tanggapan berbagai pihak.

Wakil Ketua DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sekaligus aktivis Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI), Reni Marlinawati, ikut mengomentari isu yang diapungkan WSJ.

Reni mengatakan, kasus yang dialami etnis Uighur adalah salah satu bentuk pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang tidak bisa didiamkan.

Sementara sikap China yang diduga membungkam diminta Reni untuk dibuktikan oleh sejumlah ormas Islam di Indonesia.

"Kan ada Majelis Ulama Indonesia (MUI)  Muhammadiyah, NU (Nahdlatul Ulama), ya kita lihat saja nanti mereka bereaksi atau tidak," katanya saat ditemui dibilangan Cawang, Jakarta Pusat, Jumat (13/12).

Namun demikian, mantan anggota DPR dari Fraksi PPP ini meyakini, sekalipun Pemerintah China coba membungkam ormas Islam, masayarakat Indonesia tidak akan tinggal diam.

"Sejauh mana efektivitas mereka untuk mampu membungkam. Walaupun secara institusi membungkam toh faktanya sampai saat ini masyarakat masih tetap dengan caranya sendiri mengekspos kasus pelanggaran di Uighur," sebut Reni.

Dalam laporannya, Wall Street Journal memaparkan upaya pemerintah China yang mulai menggelontorkan sejumlah bantuan dan donasi terhadap ormas-ormas Islam Indonesia setelah isu Uighur kembali mencuat pada 2018 lalu.

Saat itu, isu Uighur mencuat usai sejumlah organisasi HAM Internasional merilis laporan yang menuding China menahan 1 juta warga Uighur di kamp penahanan layaknya kamp konsentrasi di Xinjiang.

Bahkan disebutkan China membiayai puluhan tokoh seperti petinggi NU dan Muhammadiyah, MUI, akademisi, dan sejumlah wartawan Indonesia untuk berkunjung ke Xinjiang.

Hal itu terlihat dari perbedaan pendapat para tokoh senior NU dan Muhammadiyah soal dugaan persekusi Uighur sebelum dan setelah kunjungan ke Xinjiang.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

SPS Aceh Dinobatkan sebagai SPS Provinsi Terbaik 2024

Rabu, 01 Mei 2024 | 05:53

Hari Ini Nasdem Muara Enim Buka Penjaringan Balon Bupati dan Wabup

Rabu, 01 Mei 2024 | 05:36

Prof Sugianto Janjikan Netralitas ASN pada Pilkada 2024 kalau Ditunjuk jadi Pj Bupati

Rabu, 01 Mei 2024 | 05:14

Teriakan "Ijeck Gubernur" Menggema di Syukuran Kosgoro 1957 Sumut

Rabu, 01 Mei 2024 | 04:58

Dihiasi 2 Penalti, Bayern Vs Madrid Berakhir 2-2

Rabu, 01 Mei 2024 | 04:46

Dai Kondang Ustaz Das'ad Latif Masuk Daftar Kandidat Nasdem untuk Pilwalkot Makassar

Rabu, 01 Mei 2024 | 04:22

Jelang Pilkada, Pj Gubernur Jabar Minta Seluruh ASN Jaga Netralitas

Rabu, 01 Mei 2024 | 03:58

Ekonomi Pakistan Semakin Buruk

Rabu, 01 Mei 2024 | 03:37

Kader PKB Daftar sebagai Bacabup Aceh Besar lewat Demokrat

Rabu, 01 Mei 2024 | 03:29

Ngaku Punya Program Palembang Bebas Banjir, Firmansyah Hadi Daftar di PDIP

Rabu, 01 Mei 2024 | 02:31

Selengkapnya