Berita

Penulis dan mobil tua Che Guevara/RMOL

Dunia

Mobil Tua Che Guevara

SABTU, 02 NOVEMBER 2019 | 22:56 WIB | OLEH: DR. TEGUH SANTOSA

TERTULIS di bagian depan, "Center de Estudios Che Guevara". Dari luar gedung nomor 772 di Jalan 47, Vedado Baru, itu terlihat seperti dua kotak berukuran raksasa. Dindingnya terbuat dari batu alam dipadu kayu bersusun berwarna coklat tua.

Jalan 47, seperti jalan kecil lain di kawasan ini tampak sepi.

Seorang pria paruh baya mengenakan kaos biru terang menghentikan aktivitasnya menata taman. Ia menyambut kami.


Katanya, Pusat Studi Che Guevara ini sedang direnovasi. Ia membiarkan saya masuk ke dalam, melihat beberapa mural di dinding kaca dan foto Che Guevara dalam ukuran besar. Tidak ada aktivitas lain.

Rumah di depan pusat studi dicat warna biru di bagian atas dan dijaga dua petugas bersergam biru cerah.

Itu rumah pribadi Che Guevara, kata laki-laki itu lagi.

Saya tak menyangka mendengarkan penjelasannya. Tak berencana sama sekali berkunjung ke tempat historis seperti ini. Tadinya saya kira kami hanya lewat Jalan 47 saja. Staf KBRI Havana Dedi Supardi yang menemani  saya mengatakakan ada gedung dengan tulisan Pusat Studi Che Guevara satu belokan lagi.

Dedi pernah tinggal tak jauh dari kawasan ini, dan kerap melintas Jalan 47 dalam perjalanan menuju dan dari KBRI Havana di Avenue 5.

Maka kami berhenti. Dedi memarkirkan mobilnya di seberang Pusat Studi Che Guevara persis di depan rumah yang ternyata adalah rumah Che Guevara.

Laki-laki paruh baya yang menjaga gedung ini terlihat ramah. Saya menitipkan pertanyaan lewat Dedi, "Mobil siapa yang dibungkus terpal biru ini?"

Mobil itu diparkir di belakang salah satu gedung. Melihat bagaimana ia diletakkan di tempat itu saya sudah menduga mobil ini untuk keperluan display.

"Mobil Che Guevara," jawabnya.

Saya bertanya lagi, apakah terpal biru itu boleh dibuka.

Mengapa tidak, dia jawab sambil berjalan ke arah mobil itu dan mulai menyingkap karpet biru yang menutupinya.

Sebuah Chevrolet hijau metalik terang pun menampakkan diri. Saya bukan ahli mobil, apalagi mobil-mobil tua yang menjadi salah satu ikon Havana dan Kuba. Mengenal mobil tua itu cukup dari tulisan Chevrolet yang terbaca jelas di bagian depan.

Che punya supir pribadi, tapi sering juga membawa mobil sendiri. Ia menjelaskan lagi.

Di belakang mobil itu ada sepeda motor, ditutupi terpal putih.

Inikah motor yang digunakan Che dalam perjalanannya berkeliling Amerika Latin sebelum memutuskan menempuh jalan revolusi di Kuba?

"Ini hanya replika dari motor yang digunakan Che," laki-laki itu menjelaskan, kali ini tanpa saya tanya.

Ernesto Che Guevara lahir dan besar di Argentina, 14 Juni 1928 dari keluarga berkecukupan di tanah kelahirannya. Ia melakukan perjalanan mengeliling Amerika Latin dengan sepeda motor dua kali, tahun 1948 dan 1950. Dari perjalanan itu ia memutuskan untuk menyembuhkan peradaban manusia dari penyakit yang tak mudah ditaklukan: imperialisme, penjajahan.

Maka ia bergabung dengan Fidel Castro, Raul Castro, Camilo Cienfuegos, Juan Almeida Bosque, dan lainnya di Meksiko. Di bulan November 1956 dengan menggunakan boat Granma, mereka menyeberang ke Kuba, untuk memulai perlawan bersenjata melawan rejim militeris otoritarian Fulgencias Batista yang didukung Amerika Serikat.

Tanggal 1 Januari 1959 Batista akhirnya angkat kaki meninggalkan Kuba untuk Fidel Castro dan Revolusi.

Dalam pemerintahan baru yang dibentuk Fidel Castro, Che Guevara dipercaya sebagai Menteri Perindustrian selain menjadi jurubicara bagi Revolusi Kuba di pangung dunia. Dia diutus Fidel Casto mengunjungi 14 negara pada pertengahan 1959, termasuk ke Indonesia, untuk mengabarkan kemenangan Revolusi Kuba.

Di Indonesia, Che Guevara tinggal untuk waktu yang cukup lama, dari bulan Juni hingga Agustus. Kembali dari perjalanan itu, Fidel mempercayakan jabatan Gubernur Bank Sentral Kuba pada Che Guevara.

Tetapi, Che Guevara lahir untuk revolusi. Ia tidak bisa hidup tenang sebelum penyakit imperialisme benar-benar hilang dari tubuh peradaban manusia.

Che Guevara seperti menghilang dari muka bumi setelah kembali dari perjalanan ke Aljazair pada Februari 1965.

Saya pernah bertanya kepada Dutabesar Kuba di Jakarta, Nirsia Castro Guevara, mengenai hal ini.

Apakah keputusan Che Guevara meninggalkan Kuba karena perbedaan pandangannya dengan Fidel Castro tentang posisi Uni Soviet.

Tidak seperti Fidel, Che mengkritik Uni Soviet yang menurutnya adalah juga hegemon seperti halnya Amerika Serikat. Kritik pada Uni Soviet ini disampaikan Che secara terbuka dalam pidatonya di Aljazair.

“Sebenarnya Che Guevara juga punya satu keinginan, yakni melanjutkan perjuangan melawan kolonialisme dan membebaskan negeri-negeri yang masih berada di bawah penjajahan asing,” jawab Dubes Nirsia yang walau pun namanya mengandung kata Castro dan Guevara namun tidak memiliki hubungan darah dengan keduanya.

“Dia (Che Guevara) ingin melanjutkan perjuangan membebaskan negeri-negeri itu. Dia merasa bahwa sudah menjadi tugas dan kewajibannya untuk membantu mereka,” sambungnya.

Di bulan April 1965 Che Guevara tiba di Kongo bersama 12 gerilyawan asal Kuba. Mereka membantu kelompok perlawanan Kongo membebaskan negeri itu dari imperialis Belgia dan Amerika Serikat.

Gerilya di Kongo tak semudah yang dibayangkan. Enam dari 12 gerilyawan Kuba yang ikut dengannya tewas. Beberapa lainnya luka-luka. Che Guevara mundur dari Kongo.

Sejak mundur dari Kongo tetap tak banyak yang didengar dari Che Guevara. Ia disebut hidup berpindah-pindah dari Afrika sampai Eropa. Di bulan Juli 1966 Che Guevara sempat kembali ke Kuba untuk bertemu secara rahasia dengan Fidel Castro, juga istri dan anak-anaknya. Ia menulis sepucuk surat yang dimintanya dibaca setelah kematiannya.

November 1966 Che Guevara memulai gerilya di Bolivia, sampai ia ditangkap pada 8 Oktober 1967, dan dieksekusi keesokan harinya di sebuah sekolah di La Higuera. Sembilan peluru menembus tubuh Che Guevara.

Untuk membuktikan kematiannya, tentara Bolivia memotong kedua tangan Che Guevara dan mengirimkannya ke Argentina, lalu Kuba. Selain itu, mereka menguburkan mayat Che Guevara di sebuah tempat rahasia, sampai lokasinya diungkap di tahun 1995.

Dua tahun kemudian, kuburan Che Guevara dieskavasi, tulang belulangnya dibawa ke Kuba dan dimakamkan di Santa Clara.  

Sebelum melintasi Jalan 47 dan singgah di Pusat Studi Che Guevara, kami ke Plaza Revolusi di Jalan Alvenida. Mural besi yang membentuk siluet Che Guevara di dinding gedung Kementerian Dalam Negeri menjadi salah satu ikon Havana bersama deretan mobil tua yang diparkir di salah satu sisi Plaza Revolusi.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Usut Tuntas Bandara Ilegal di Morowali yang Beroperasi Sejak Era Jokowi

Senin, 24 November 2025 | 17:20

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

UPDATE

Duka Banjir di Sumatera Bercampur Amarah

Jumat, 05 Desember 2025 | 06:04

DKI Rumuskan UMP 2026 Berkeadilan

Jumat, 05 Desember 2025 | 06:00

PIER Proyeksikan Ekonomi RI Lebih Kuat pada 2026

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:33

Pesawat Perintis Bawa BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:02

Kemenhut Cek Kayu Gelondongan Banjir Sumatera Pakai AIKO

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:00

Pemulihan UMKM Terdampak Bencana segera Diputuskan

Jumat, 05 Desember 2025 | 04:35

Kaji Ulang Status 1.038 Pelaku Demo Ricuh Agustus

Jumat, 05 Desember 2025 | 04:28

Update Korban Banjir Sumatera: 836 Orang Meninggal, 509 Orang Hilang

Jumat, 05 Desember 2025 | 04:03

KPK Pansos dalam Prahara PBNU

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:17

Polri Kerahkan Kapal Wisanggeni 8005 ke Aceh

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03

Selengkapnya