Presiden Amerika Serikat Donald Trump/Net
Pengumuman yang disampaikan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump terkait kematian pemimpin kelompok militan ISIS, Abu Bakar al-Baghdadi akhir pekan kemarin menuai apresiasi di satu sisi, dan kritik di sisi lain.
Baghdadi diketahui meninggal dunia setelah meledakkan bom bunuh diri karena terpojok di sebuah terowongan di Suriah setelah dikejar oleh pasukan Amerika Serikat yang melakukan operasi perburuan.
Trump mengkonfirmasi kematiannya dalam sebuah pengumuman pada Minggu (27/10).
Namun klaim Trump akan operasi militer yang berujung pada tewasnya Baghdadi dianggap berlebihan. Kritik tersebut datang dari kubu Demokrat.
Trump dituduh menggunakan operasi perburuan Baghdadi untuk keuntungan politik bagi dirinya sendiri, yakni meningkatkan simpati dan dukungan.
Tuduhan itu bukan tanpa landasan, pasalnya, saat mengumumkan kematian Baghdadi, Trump menggarisbawahi bahwa hal itu adalah prioritas keamanan nasional utama dari pemerintahannya.
Dia juga menekankan bahwa Amerika Serikat tidak segan melenyapkan kelompok militan itu atas arahannya sebagai panglima tertinggi.
Dikabarkan
NHK (Senin, 28/10), Senator Kamala Harris, bakal calon pesaing Trump dalam pemilu presiden 2020 mendatang, menilai bahwa kredit atas keberhasilan operasi tersebut bukan dialamatkan pada Trump, melainkan pada anggota pasukan khusus Amerika Serikat dan komunitas intelijen, yang telah mendedikasikan hidupnya untuk keamanan nasional.