Berita

BPJS Kesehatan/Net

Bisnis

YLKI: Pemerintah Takut-Takuti Masyarakat Untuk Bayar BPJS

RABU, 09 OKTOBER 2019 | 18:16 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Penunggak iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan ditakut-takuti dan diancam pemerintah. Ancaman itu berupa akan dipersulitnya ketika penunggak BPJS membuat SIM, Paspor hingga kredit Bank.

Sekretaris Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Agus Suyatno mengatakan, ancaman yang akan dilakukan oleh pemerintah terhadap para penunggak iuran BPJS merupakan cara yang tidak baik terhadap rakyat Indonesia. Padahal, mayarakat masih membutuhkan edukasi dari pemerintah terkait iuran BPJS Kesehatan.

"Catatan YLKI adalah pemerintah menakut-nakuti masyarakat untuk ikut BPJS ataupun iuran BPJS dengan cara seperti ini. Ini cara-cara yang tidak baik, cara yang diperagakan dilakukan pemerintah cara-cara yang tidak baik kalau itu memang benar dilakukan," ucap Agus Suyatno kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (9/10).


Agus menambahkan, masyarakat Indonesia hanya butuh edukasi dari pemerintah agar bisa taat membayar iuran.

"Justru yang dibutuhkan oleh masyarakat itu kan edukasinya, bukan kemudian ancamannya, kalau sebentar-sebentar masyarakat diancam ini kan menjadi sesuatu yang gak baik kan," jelasnya.

Seharusnya, lanjut Agus, pemerintah turun langsung memberikan edukasi kepada masyarakat bagaimana pentingnya keikutsertaan BPJS.

"Bukan hanya kemudian menjadi semacam asuransi kesehatan kita, tetapi juga kepedulian kita terhadap orang lain. Ini yang harus ditanamkan oleh pemerintah, bukan malah sebaliknya memberikan semacam ancaman-ancaman," sesalnya.

Agus berharap pemerintah mendengarkan keluhan masyarakat dan masukan-masukan dari YLKI sebelum menerbitkan Inpres terkait BPJS Kesehatan.

"YLKI harap ini enggak terealisasi, karena kan kalau ini terealisasi ini menjadi semacam sesuatunya harus dipaksa, ini kan sebenarnya masih wacana, jadi masih banyak peluang untuk masyarakat memberikan masukan," paparnya.

"Jadi jangan sampai kemudian ini terjadi, jadi yang dibutuhkan masyarakat adalah negara kan hadir untuk memberikan pengayoman dan melindungi bukan memberikan tekanan atau ancaman," pungkasnya.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Berjuang Bawa Bantuan Bencana

Kamis, 04 Desember 2025 | 05:04

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Cegah Penimbunan BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00

Polri Kerahkan Kapal Wisanggeni 8005 ke Aceh

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03

UPDATE

12 Orang Tewas dalam Serangan Teroris di Pantai Bondi Australia

Minggu, 14 Desember 2025 | 19:39

Gereja Terdampak Bencana Harus Segera Diperbaiki Jelang Natal

Minggu, 14 Desember 2025 | 19:16

Ida Fauziyah Ajak Relawan Bangkit Berdaya Amalkan Empat Pilar Kebangsaan

Minggu, 14 Desember 2025 | 19:07

Menkop Ferry: Koperasi Membuat Potensi Ekonomi Kalteng Lebih Adil dan Inklusif

Minggu, 14 Desember 2025 | 18:24

Salurkan 5 Ribu Sembako, Ketua MPR: Intinya Fokus Membantu Masyarakat

Minggu, 14 Desember 2025 | 18:07

Uang Rp5,25 Miliar Dipakai Bupati Lamteng Ardito untuk Lunasi Utang Kampanye Baru Temuan Awal

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:34

Thailand Berlakukan Jam Malam Imbas Konflik Perbatasan Kamboja

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:10

Teknokrat dalam Jerat Patronase

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:09

BNI Dukung Sean Gelael Awali Musim Balap 2026 di Asian Le Mans Series

Minggu, 14 Desember 2025 | 16:12

Prabowo Berharap Listrik di Lokasi Bencana Sumatera Pulih dalam Seminggu

Minggu, 14 Desember 2025 | 16:10

Selengkapnya