Berita

Luhut Binsar dan Wiranto/Net

Politik

Pesan Untuk Jokowi, Jangan Pakai Lagi Wiranto Dan Luhut

RABU, 09 OKTOBER 2019 | 08:06 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Presiden Joko Widodo diharapkan tidak memakai lagi menteri kabinet periode pertama yang membidangi politik, hukum dan ekonomi untuk kembali menjadi menteri di Kabinet periode kedua.

Analis Politik Universitas Islam Indonesia (UII), Geradi Yudhistira berharap Presiden Jokowi di kabinet Jilid II tidak kembali menggunakan menteri-menteri yang kinerja buruk saat menjadi menteri di Kabinet Jilid I.

"Ya sudahlah Jokowi gak usah percaya lagi dengan timnya sekarang. Ini buruk sekali, saya pikir ini yang harus diganti, demokrasi terancam, hukum begitu (tidak adil)," ucap Geradi Yudhistira kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (9/10).


Menteri yang paling disoroti Geradi ialah Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto.

Menurut Geradi, Wiranto telah dianggap sebagai musuh yang terus dihadapi rakyat Indonesia sejak 1998 hingga 2019.

"Kemudian termasuk ada meme di medsos yang menyatakan dari dulu zaman 98 sampai dengan 2019 ini musuhnya tetap sama, Wiranto," katanya.

Sehingga, Geradi berharap Presiden Jokowi untuk tidak melibatkan Wiranto dalam pemerintahannya di periode kedua. Tak hanya itu, Geradi juga menyoroti Menteri Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan (LBP) yang dianggap sebagai menteri segala urusan.

"Ini udah terlalu uzurlah Wiranto itu untuk dipakai, jadi saya mau minta kepada Pak Jokowi untuk satu Pak Wiranto. Yang kedua LBP untuk jangan diberikan porsi lagi untuk mengatur negara ini," tegasnya.

Karena kata Geradi, kedua menteri tersebut tidak bisa mengatur manajemen konflik secara baik. Misalnya kata Geradi seringnya blunder saat mengambil kebijakan yang tidak dibutuhkan.

"Berapa kali kan blunder, kebijakan itu diambil tidak dengan kebutuhan, matiin internet terus statement-statement seperti itu terus korban terserah kita mau menyebut korban atau enggak itu terserah kita, itu korban di Papua itu kan buruk sekali manajemen konfliknya," paparnya.

Sehingga, Presiden Jokowi diharapkan untuk revolusi besar-besaran terhadap menteri di bidang politik, hukum, keamanan maupun ekonomi agar dikenang sebagai penjaga demokrasi.

"Jadi saya pikir kalau untuk politik dan keamanan Jokowi saatnya untuk bersih-bersihlah. Revolusi besar-besaran di situ kalau dia mau dikenang sebagai penjaga demokrasi. Kalau enggak ya monggo saja gitu, tapi kan rakyat yang akan bergerak terus," tandasnya.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Cegah Penimbunan BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00

Polri Kerahkan Kapal Wisanggeni 8005 ke Aceh

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03

Pesawat Perintis Bawa BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:02

UPDATE

Denny Indrayana Ingatkan Konsekuensi Putusan MKMK dalam Kasus Arsul Sani

Selasa, 16 Desember 2025 | 01:30

HAPPI Dorong Regulasi Sempadan Pantai Naik Jadi PP

Selasa, 16 Desember 2025 | 01:22

Pembentukan Raperda Penyelenggaraan Pasar Libatkan Masyarakat

Selasa, 16 Desember 2025 | 01:04

Ijazah Asli Jokowi Sama seperti Postingan Dian Sandi

Selasa, 16 Desember 2025 | 00:38

Inovasi Jadi Kunci Hadapi Masalah Narkoba

Selasa, 16 Desember 2025 | 00:12

DPR: Jangan Kasih Ruang Pelaku Ujaran Kebencian!

Selasa, 16 Desember 2025 | 00:06

Korban Meninggal Banjir Sumatera Jadi 1.030 Jiwa, 206 Hilang

Senin, 15 Desember 2025 | 23:34

Bencana Sumatera, Telaah Konstitusi dan Sustainability

Senin, 15 Desember 2025 | 23:34

PB HMI Tegaskan Putusan PTUN terkait Suhartoyo Wajib Ditaati

Senin, 15 Desember 2025 | 23:10

Yaqut Cholil Masih Saja Diagendakan Diperiksa KPK

Senin, 15 Desember 2025 | 23:07

Selengkapnya