Pertengahan Juli lalu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menunjuk seorang diplomat kawakan keturunan Korea Selatan, Sung Yong Kim sebagai duta besar (Dubes) Amerika Serikat yang akan datang untuk Indonesia.
Dia merupakan salah satu sosok kunci di balik pertemuan puncak bersejarah di mana untuk pertama kalinya Presiden Amerika Serikat Donald Trump bertemu untuk membuka pembicaraan dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Singapura tahun 2018 lalu.
Diplomat karir tersebut saat ini diketahui masih menjabat sebagai duta besar Amerika Serikat untuk Filipina sejak tahun 2016. Penunjukannya sebagai duta besar yang baru untuk Indonesia masih perlu dikonfirmasi oleh Senat Amerika Serikat.
Mengenal lebih dekat Sung Yong Kim, dia merupakan diplomat dengan pengalaman di regional Asia Timur selama lebih dari tiga dekade.
South China Morning Post menyebut bahwa Sung Young Kim kerap menunjukkan kemampuannya untuk terlibat secara produktif dalam isu-isu dan prioritas kebijakan yang sensitif dan kompleks. Hal itu membuatnya memiliki kualifikasi yang mumpuni untuk bertugas sebagai perwakilan di Indonesia.
Dalam perjalanan karirnya, dia pernah menjabat sebagai Perwakilan Khusus untuk Kebijakan Korea Utara dan Wakil Asisten Sekretaris di Biro Urusan Asia Timur dan Pasifik di Departemen Luar Negeri Amerika Serikat selama tahun 2014 hingga 2016.
Sebelumnya, dia adalah Utusan Khusus untuk Perundingan Enam Pihak di Departemen Luar Negeri Amerika Serikat selama periode 2008 hingga 2011 dan Direktur Kantor Urusan Korea di Biro Departemen Urusan Asia Timur dan Pasifik selama periode 2006 hingga 2008..
Bukan hanya itu, Sung Young Kim juga pernah menjabat sebagai Kepala Unit Politik-Militer di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Seoul, Korea Selatan (2002-2006),
Political Officer di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Tokyo, Jepang (1999-2002), dan sebagai Petugas Politik-Militer di Kantor Urusan Tiongkok di Biro Departemen Urusan Asia Timur dan Pasifik (1997-1999).
Di awal karirnya, ia adalah
Political Officer di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Kuala Lumpur, Malaysia, Asisten Staf di Biro Urusan Asia Timur dan Pasifik, Petugas Ekonomi di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Seoul, dan Wakil Konsul di Konsulat Amerika Serikat di Hong Kong.
Rekam jejak karir yang cemerlang selaras dengan latar belakang pendidikannya. Sung Young Kim mendapat gelar B.A. dari University of Pennsylvania di Philadelphia, J.D. dari Loyola University Law School di Los Angeles, dan Master of Law dari London School of Economics and Political Science.
Dia pun pernah menyabet serangkaian penghargaan atas kinerjanya di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat, termasuk Penghargaan Kehormatan Presiden Meritorious (2018).
Dia juga bisa berbicara dalam bahasa Korea dan Jepang.
Bila penunjukannya dikonfirmasi oleh Senat Amerika Serikat, maka dia akan mengemban tugas khusus untuk mempererat hubungan Amerika Serikat dengan Indonesia. Terlebih, kedua negara pada tahun ini menandai 70 tahun hubungan diplomatik.
Dalam beberapa tahun terakhir, fokus dalam hubungan bilateral kedua negara adalah pada kontraterorisme, masalah keamanan maritim dan sikap China.
Indonesia sendiri menyatakan untuk tidak memihak dan ingin menjadi teman baik bagi Amerika Serikat maupun China.
"Trump, di sisi lain, tidak terlalu fokus pada Indonesia. Negara ini masih penting bagi Amerika Serikat, itulah sebabnya Kementerian Amerika Serikat selalu menunjuk seorang diplomat yang cakap untuk posisi Indonesia, tetapi Trump lebih berfokus pada China, Eropa, dan Jepang," kata analis hubungan internasional di Universitas Jenderal Ahmad Yani, Yohanes Sulaiman.