Berita

Wiranto/Net

Politik

Hujan Buatan Belum Memungkinkan, Wiranto: Bom Air Biayanya Mahal

RABU, 18 SEPTEMBER 2019 | 19:53 WIB | LAPORAN: AHMAD ALFIAN

Salah satu cara mujarab untuk menghilangkan kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang terjadi di Riau adalah dengan membuat hujan buatan. Namun, membuat hujan pun tidak semudah membalikan telapak tangan. Sebab diperlukan persyaratan agar hujan itu dapat turun sesuai kehendak.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto menjelaskan, syarat untuk membuat hujan buatan yang paling utama adalah konsentrasi awan itu harus 70 persen mengandung uap air.

"Kalau belum (70 persen), kita tebar garam pun, juga gak bisa turun hujan," ujarnya saat jumpa pers di Gedung Media Center Kemenko Polhukam, Medan Merdeka Barat No. 15 Jakarta Pusat, Rabu (18/9).

Masalahnya sekarang, di daerah rawan Karhutla, kandungan uap air pada awan berkisar diangka 55 sampai 60 persen, masih belum cukup untuk diolah menjadi hujan buatan.

Dengan keadaan seperti itu, Wiranto menyatakan, hujan buatan untuk saat ini masih belum bisa dilakukan. Maka langkah yang diambil sekarang yaitu dengan mendatangkan air ke tempat yang terbakar.

"Caranya ada dua macam. Pake jalan darat atau air di jatuhkan di situ. Artinya apa? Manggala agni, TNI, Polisi, Masyarakat, LSM yang tergabung dalam penindakan kebakaran hutan beraksi di situ," jelas Wiranto.

Untuk kebakaran di tengah hutan yang sulit dijangkau dengan jalan darat, cara yang digunakan untuk memadamkan api adalah dengan menjatuhkan bom air.

"Berarti butuh helikopter. Kalo kemarin cuma 32, sekarang sudah 52, kita lebihkan. Sebenarnya bom air paling mahal. Sekali terbang sudah berapa dollar. Nah ini sudah sampai 71 ribu kali terbang," terang Wiranto.

Sejauh ini air yang ditumpahkan sudah sampai 201 ton air. Lalu kenapa sampai hari ini masih terbakar?

Wiranto menjawab, selama musim hujan belum datang, lahan yang terbakar itu bukan hanya ladang-ladang kering tapi juga ladang gambut yang kalau sudah terbakar sulit untuk dipadamkan.

"Tatkala kita melihat para petugas di sana, sudah mampu memadamkan lahan gambut, sejam kemudian sudah muncul lagi titik-titik api di tempat lain. Tidak mudah memang, maka kemudian lalu kita pake bom air, dan itu mahal," demikian Wiranto.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

UPDATE

Menag Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji di Arab Saudi

Selasa, 07 Mei 2024 | 02:05

Baru Kantongi 100 Ribu KTP, Noer Fajriensyah Ngebet Maju Pilgub Jakarta

Selasa, 07 Mei 2024 | 02:02

Politikus Perempuan di DPR Diprediksi Bertambah 10 Orang

Selasa, 07 Mei 2024 | 01:29

PDIP Tancap Gas Godok Nama-Nama Calon di Pilkada 2024

Selasa, 07 Mei 2024 | 01:26

Pemprov DKI Tak Serius Sediakan TPU di Kepulauan Seribu

Selasa, 07 Mei 2024 | 01:00

Subholding Pelindo Siap Kelola Area Pengembangan I Bali Maritime Tourism Hub

Selasa, 07 Mei 2024 | 00:40

Ridwan Kamil-Bima Arya Berpeluang Dipromosikan 3 Parpol Besar di Pilgub Jakarta

Selasa, 07 Mei 2024 | 00:32

DPRD DKI Terus Dorong Program Sekolah Gratis Direalisasikan

Selasa, 07 Mei 2024 | 00:24

Buku "Peta Jalan Petani Cerdas" Panduan Petani Sukses Dunia Akhirat

Senin, 06 Mei 2024 | 23:59

Popularitas Jokowi dan Gibran Tetap Tinggi Tanpa PDIP

Senin, 06 Mei 2024 | 23:11

Selengkapnya