Berita

Prabowo Subianto/Net

Publika

Prabowo Yang Hilang

RABU, 18 SEPTEMBER 2019 | 08:28 WIB

SAMPAI saat ini para pendukung Prabowo nampak masih sabar dan percaya menunggu hasil positif manuver politik yang sedang dimainkan. Prasangka baik masih cukup kuat. Meskipun langkah "zigzag" nya kadang mengkhawatirkan. Pertemuan dengan Jokowi di Lebak Bulus, bermesra politik dengan Megawati, bersepakat dengan Hendropriyono, entah agenda apalagi yang akan dibuat.

Dukungan besar pada Prabowo dilihat dari sisi lain adalah  keinginan agar Presiden bukan Jokowi. Rakyat, sekurangnya pendukung,  berharap Prabowo dapat menumbangkan Jokowi yang dinilai mengabaikan atau membahayakan kepentingan rakyat dan bangsa. Ada prediksi Pemerintahan Jokowi sudah dan akan terus amburadul. Dukungan besar untuk Prabowo merupakan perlawanan dan harapan bagi perubahan.

Ketika Prabowo dikalahkan  oleh KPU dan MK secara kontroversial rakyat pendukung tetap solid membela dengan berbagai upaya dan kemampuan. KPU dan MK dikritisi tajam sebagai bagian dari "kecurangan politik". Prabowo adalah simbol ketegaran dan pemimpin yang diharapkan rakyat. Ketika pemimpin "digugurkan" seperti Habib Riziq, Kivlan Zein, Bahtiar Nasir, Eggi Sudjana, dan lainnya, Prabowo masih berdiri tegar.


Rakyat mulai merasa kehilangan Prabowo sejak "manuver rangkulan" dengan lawan hingga saat rakyat berteriak dan berjuang terhadap ketidakadilan dan keanehan Pemerintahan Jokowi. Kenaikan iuran BPJS, rencana pindah Ibukota, mobil Cina Esemka, kerusuhan Papua, revisi UU KPK, hingga kebakaran hutan rasanya tak ada penampilan dan teriakan Prabowo yang menyegarkan hati rakyat.

Meski sebagian pendukung masih "wait an see" dengan langkah yang ditempuh namun sebagian lagi mulai khawatir dan berfikiran buruk. Jangan jangan Prabowo hanya sedang bermanuver untuk partai yang dipimpinnya saja. Tidak berjuang untuk kepentingan rakyat banyak. Jangan jangan ia sedang "bermain" hanya sekedar jabatan Menteri, Pimpinan MPR/DPR,  jabatan di BUMN, atau posisi lainnya. Sementara rakyat ditinggalkan atau tertinggal. Langkah kritis pada Pemerintah distop sementara.

Jika yang terakhir ini yang terjadi maka wajar jika rakyat pendukung kecewa. Merasa dikhianati dan telah merasa kehilangan "pemimpin" lagi. Prabowo memang bukan "ayam jago" tetapi "ayam sayur". Para aktivis memikirkan apa dan bagaimana langkah juang "tanpa Prabowo" ke depan. Prabowo tak jauh beda dengan rezim. Dapat begitu asumsinya.

Sulit mencari pemimpin yang tahan banting yang menurut pepatah Belanda kuno  "leiden is lijden" (memimpin itu menderita). Pemimpin kini lebih banyak berfikir dan bekerja untuk kepentingan pendek dan berhitung untung rugi. Berkorban jiwa dan harta menjadi barang langka. Menjadi penakut dan ambivalen. Lebih suka pada pencitraan dan penghargaan.

M. Rizal Fadillah

Pemerhati Politik

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Cegah Penimbunan BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00

Polri Kerahkan Kapal Wisanggeni 8005 ke Aceh

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03

Pesawat Perintis Bawa BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:02

UPDATE

Denny Indrayana Ingatkan Konsekuensi Putusan MKMK dalam Kasus Arsul Sani

Selasa, 16 Desember 2025 | 01:30

HAPPI Dorong Regulasi Sempadan Pantai Naik Jadi PP

Selasa, 16 Desember 2025 | 01:22

Pembentukan Raperda Penyelenggaraan Pasar Libatkan Masyarakat

Selasa, 16 Desember 2025 | 01:04

Ijazah Asli Jokowi Sama seperti Postingan Dian Sandi

Selasa, 16 Desember 2025 | 00:38

Inovasi Jadi Kunci Hadapi Masalah Narkoba

Selasa, 16 Desember 2025 | 00:12

DPR: Jangan Kasih Ruang Pelaku Ujaran Kebencian!

Selasa, 16 Desember 2025 | 00:06

Korban Meninggal Banjir Sumatera Jadi 1.030 Jiwa, 206 Hilang

Senin, 15 Desember 2025 | 23:34

Bencana Sumatera, Telaah Konstitusi dan Sustainability

Senin, 15 Desember 2025 | 23:34

PB HMI Tegaskan Putusan PTUN terkait Suhartoyo Wajib Ditaati

Senin, 15 Desember 2025 | 23:10

Yaqut Cholil Masih Saja Diagendakan Diperiksa KPK

Senin, 15 Desember 2025 | 23:07

Selengkapnya