Menteri PPN Bambang Brodjonegoro/Net
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional dan Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro dikritik keras Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono.
Arief Poyuono menilai, soal perpindahan ibukota ke Kalimantan Timur ini adalah kesalahan kajian yang dilakukan Bambang Brodjonegoro sebelum diumumkan Presiden Joko Widodo.
Arief Poyuono seperti sudah “kehabisan akal†untuk memahami alasan-alasan yang disampaikan Bambang Brodjonegoro.
Saking “kehabisan akal†Arief mengirimkan fotonya sedang tidur sambil telanjang dada, dan meminta agar foto itu digunakan sebagai pelengkap berita.
Alasan yang kerap disampaikan adalah soal Jakarta telah menjadi dead city.
Tetapi, sebutnya, tidak ada penjelasan mengenai apa yang harus dilakukan untuk mengubah Jakarta menjadi life city, ibukota yang tidak dirudung macet.
“Apakah tahu penyebab duka kemacetan di Jakarta selama ini sehingga menyebabkan biaya pengiriman logistik cukup tinggi, atau kalau kerennya kata ekonom High Cost Economy?†tanya Andi Arief.
Juga kerap dikatakan, perlu sebuah ibukota baru untuk efisiensi dengan menyatukan perkantoran lembaga negara. Alasan ini pun menurutnya tidak tepat.
“Apa iya? Bukankah ini adalah jaman now, jamannya Unicorn, E-sport, dan Mobile Legend yang sudah tidak terlalu membutuhkan pertemuan face to face secara fisik. Bisa mengunakan Skype, WhatsApp, video atau video conference yang didukung dengan jaringan internet yang kuat. Jangan kan video conference di lokal Indonesia, lha wong video conference antar negara saja bisa dan sangat jelas loh,†jelas Andi Arief lagi.
Masih dikatakannya, memindahkan atau mendirikan ibukota baru seperti yang dikaji Kepala Bappenas bisa dibenarkan.
Namun, Arief Poyuono meragukan pemahaman Menteri Bambang Brodjonegoro sejarah pertumbuhan ekonomi di Batavia (nama lama Jakarta) yang memiliki pelabuhan di Sunda Kelapa.
“Di tahun 1870 Gubernur Jendral Belanda membangun pelabuhan Tanjung Priok sebagai pusat perekonomian terbesar di dunia untuk menyaingi Terusan Suez di Mesir. Tahu sebabnya?†tanya dia lagi yang langsung dijawab sendiri:
“Jawabnya Bambang Brodjonegoro nihil pengentahuan.â€
Argumen pemindahan ibukota demi pemerataan ekonomi pun masih sangat layak untuk dipertanyakan. Pemerataan ekonomi dapat dilakukan dengan cara-cara lain yang lebih efektif. Presiden Jokowi, sebut Arief, sebenarnya sedang melakukan hal itu.
“Pemerataan ekonomi dapat dideteksi dari besaran APBD Jakarta dan Jawa yang apabila dibandingkan dengan daerah di luar Jawa sangat jomplang. Kangmas Joko Widodo memprioritaskan pembangunan infrastruktur di luar Jawa tujuannya adalah untuk pemerataan pembangunan ekonomi,†ujar Arief Poyuono.
Pada bagian akhir pesannya, Arief Poyuono mengatakan, dibandingkan Bambang Brodjonegoro tentulah dirinya bukan siapa-siapa.
“Saya hanya masyarakat kecil, hanya dodolan jamu. Tidak seperti ekonom besar yang punya data data ekonomi sangat banyak,†katanya.
Dia mengatakan pernah menjadi asisten sejarawan dunia Prof. Heather Sutherland yang mengajar di banyak universitas di Belanda untuk bidang sejarah, khusus sejarah ekonomi.
“Walhasil saya membantu dua kandidat doktor dari Vrije Universtait untuk disertasi yang berjudul The History of Economy, Social and Politic in Port of Tanjung Priuk Dan Sugar Trading in Java Sea, dan untuk kandidat Professor dengan penelitian yang berjuduk Chines Overseas in Oost Sumatera. Sepuluh tahun lamanya saya jadi asisten peneliti mereka semua,†demikian Arief Poyuono lagi.