Berita

Ilustrasi rusuh Papua/Net

Pertahanan

LP3ES: Jika Diabaikan, Papua Akan Dapat Perhatian Dari Negara Lain

KAMIS, 29 AGUSTUS 2019 | 01:16 WIB | LAPORAN:

Pemerintah dinilai kurang proaktif dalam menyikapi kisruh Papua yang dipicu rasisme yang bermula saat penggrebekan Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya beberapa waktu lalu.

Hal tersebut disampaikan Direktur Pusat Studi Media dan Demokrasi, Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) Wijayanto dalam diskusi online LP3ES mengenai Papua, Rabu (28/8).

"Saya melihat pemerintah sangat lambat merespons kondisi di Papua yang sudah sangat darurat. Percakapan yang ada didominasi oleh mereka yang menginginkan pembebasan Papua baik dari dalam dan luar negeri," ungkap Wijayanto.

Merespons hal tersebut nampak tidak ada pernyataan untuk menekan persatuan secara tegas, padahal polemik Papua saat ini menjadi perbincangan di ranah internasional.

"Tidak ada kontra narasi dari pemerintah. Padahal isu ini telah menjadi isu internasional," sambungnya.

Melihat hal tersebut, Wijayanto menilai pemerintah nampak menyikapi semua tanpa adanya masalah. Dikhawatirkan malah akan memperkuat simpati luar negeri terhadap Papua.

"Pembiaran atas gerakan yang meluas ini, atau pengabaian seolah-olah semua baik-baik saja, justru akan membuat gerakan ini semakin menguat dan simpati publik di dalam dan di luar negeri kepada Papua semakin menguat," tegasnya.

Dengan ini Wijayanto menyebutkan "jangan ada dusta di antara kita" dimana pemerintah perlu secara terbuka menjelaskan apa yang sesungguhnya terjadi di Papua ke masyarakat Indonesia di luar Papua dan juga masyarakat dunia.

"Cara paling baik untuk itu adalah membiarkan wartawan baik dari dalam dan luar negeri untuk melakukan peliputan di Papua secara bebas dan bukan menghalang-halangi kerja mereka," tegas dia.

"Sampai saat ini, Papua masih merupakan salah satu wilayah dengan tingkat kekerasan terhadap wartawan yang paling tinggi dibanding tempat lain di Indonesia, yang menjadi catatan penting bagi kebebasan pers di Indonesia," sambungnya.

Populer

Aktivis Demo di KPK, Minta Menteri Trenggono Ditangkap

Jumat, 30 Agustus 2024 | 15:17

Parpol Dilarang Tarik Dukungan, Peluang Anies Hampir Pupus

Kamis, 29 Agustus 2024 | 09:49

Jemaah Suruh RK Turun dari Panggung Haul Mbah Priok

Senin, 02 September 2024 | 09:22

Slank sudah Kembali ke Jalan yang Benar

Sabtu, 07 September 2024 | 00:24

PDIP Dikabarkan Usung Anies di Pilkada Jabar, Begini Respons Puan

Kamis, 29 Agustus 2024 | 12:56

Akun Kaskus Fufufafa yang Hina Prabowo Diduga Gibran, Grace Natalie: Dipastikan Dulu

Rabu, 04 September 2024 | 04:44

Begini Respons Gerindra soal Anies Gagal Nyagub di Jakarta

Kamis, 29 Agustus 2024 | 18:06

UPDATE

Jatuh Di Gunung Sibayak, Mahasiswa USU Meninggal Dunia

Minggu, 08 September 2024 | 16:07

Topan Super Yagi Hantam Vietnam, Sembilan Tewas

Minggu, 08 September 2024 | 15:51

Pj Gubernur Dan Ribuan Warga Sholatkan Jenazah Tu Sop, Bacagub dan Ulama Kharismatik Aceh

Minggu, 08 September 2024 | 15:47

Bawa PKB Go Public, Cak Imin Isyaratkan Ingin Pensiun

Minggu, 08 September 2024 | 15:32

Ketokohan Megawati Belum Tertandingi, Istana Terus Manuver Ganggu PDIP

Minggu, 08 September 2024 | 15:27

Trump Tersinggung Putin Dukung Harris

Minggu, 08 September 2024 | 15:03

Jokowi Dimungkinkan Berpihak ke Barisan Penggugat Megawati

Minggu, 08 September 2024 | 15:00

KBRI Yangon Lacak WNI yang Disekap dan Disiksa di Myanmar

Minggu, 08 September 2024 | 14:43

DPW IKM Jakarta Punya Ketua Baru Hasil Aklamasi

Minggu, 08 September 2024 | 14:34

Gugatan Kader Banteng Berpotensi Munculkan Kongres Tandingan

Minggu, 08 September 2024 | 14:16

Selengkapnya