Berita

Menkeu Sri Mulyani/Net

Politik

Dana Pindah Ibukota Belum Dipelajari, Pengamat: Jangan Bikin Rakyat Bingung!

RABU, 28 AGUSTUS 2019 | 17:37 WIB | LAPORAN: DIKI TRIANTO

Sikap Menteri Keuangan Sri Mulyani yang belum mempelajari masterplan pemindahan Ibukota ke Kalimantan Timur mendapat sorotan publik.

Sikap Menkeu kontras dengan pernyataan Presiden Joko Widodo serta Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro yang sudah berani menyebut besaran anggaran pemindahan Ibukota.

Pengamat komunikasi politik Universitas Mercu Buana, Maksimus Ramses Lalongkoe melihat, perbedaan sikap ini menunjukkan ketidaksiapan eksekutif dalam mengemban megaproyek Ibukota.

"Harusnya mereka kompak kalau memang belum. Memindahkan Ibukota itu tidak mudah, harus dilakukan perencanaan yang matang," kata Maksimus Ramses kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (28/8).

Sikap menteri terbaik se-Asia Pasifik ini yang tak bisa menjelaskan pembiayaan pindah Ibukota di depan wakil rakyat juga menjadi catatan tersendiri bagi publik.

"Sebelum menyampaikan ke publik, harus sepakat dulu. Kalau presiden ngomong A, menterinya juga harus ngomong A. Jangan sampai rakyat bingung," tandasnya.

Pemindahan Ibukota Indonesia dari DKI Jakarta ke Kalimantan Timur, tepatnya di Kabupaten Penajam Pesisir Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara ditaksir menelan anggaran sebesar Rp 466 triliun. Jumlah makin menjadi perhatian lantaran pemerintah menyebut hanya akan menggunakan APBN 19 persen dari total biaya pemindahan.

Namun dalam rapat bersama DPR, Selasa kemarin (27/8), Menkeu menyebut belum mempelajari masterplan pemindahan Ibukota, artinya belum bisa memaparkan rincian biaya pengeluaran untuk pemindahan Ibukota.

“Ya kan kita akan mempelajari masterplan yang dibangun atau yang di-develop oleh Menteri PU dan Bappenas, bagaimana dari sisi kebutuhan pembangunan itu sendiri dari mulai status asetnya, tanah, dan bagaimana layout dan kebutuhan capital spending-nya,” jelas Sri Mulyani di Gedung DPR RI.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Ukraina Lancarkan Serangan Drone di Beberapa Wilayah Rusia

Rabu, 01 Mei 2024 | 16:03

Bonus Olimpiade Ditahan, Polisi Prancis Ancam Ganggu Prosesi Estafet Obor

Rabu, 01 Mei 2024 | 16:02

Antisipasi Main Judi Online, HP Prajurit Marinir Disidak Staf Intelijen

Rabu, 01 Mei 2024 | 15:37

Ikut Aturan Pemerintah, Alibaba akan Dirikan Pusat Data di Vietnam

Rabu, 01 Mei 2024 | 15:29

KI DKI Ajak Pekerja Manfaatkan Hak Akses Informasi Publik

Rabu, 01 Mei 2024 | 15:27

Negara Pro Rakyat Harus Hapus Sistem Kontrak dan Outsourcing

Rabu, 01 Mei 2024 | 15:17

Bandara Solo Berpeluang Kembali Berstatus Internasional

Rabu, 01 Mei 2024 | 15:09

Polisi New York Terobos Barikade Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia

Rabu, 01 Mei 2024 | 15:02

Taruna Lintas Instansi Ikuti Latsitardarnus 2024 dengan KRI BAC-593

Rabu, 01 Mei 2024 | 14:55

Peta Koalisi Pilpres Diramalkan Tak Awet hingga Pilkada 2024

Rabu, 01 Mei 2024 | 14:50

Selengkapnya