Berita

CORE menilai ekonomi Indonesia harus bisa tumbuh di atas 5 persen/RMOL

Bisnis

Ekonomi Indonesia Tumbuh 5 Persen, CORE: Bukan Hal Luar Biasa

SELASA, 27 AGUSTUS 2019 | 11:03 WIB | LAPORAN:

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia pada semester I 2019 yang berada di angka 5,06 persen sebagai hal luar biasa. Hal ini tak lepas dari kondisi ekonomi global yang saat ini penuh dengan ketidakpastian.

Namun hal berbeda dikatakan Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Pieter Abdullah. Ia menyebut pertumbuhan ekonomi di angka 5 persen bukanlah keberhasilan yang luar biasa.

"Saya tidak sependapat. Pertumbuhan di kisaran lima persen adalah suatu kegagalan. Perlambatan global tidak bisa dijadikan alasan untuk tumbuh di kisaran lima persen," ungkap Pieter kepada Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (27/8).

Pieter menambahkan, perekonomian Indonesia tidak sepenuhnya bergantung kepada ekspor. Padahal Indonesia memiliki potensi perekonomian domestik yang cukup besar.

"Pertumbuhan yang terjebak di kisaran 5 persen lebih disebabkan oleh kegagalan pemerintah untuk melakukan terobosan dan mengoptimalkan semua potensi yang ada," sambungnya.

Karena itu ekonomi Indonesia butuh pertumbuhan ekonomi melebihi 5 persen. Agar mampu memanfaatkan bonus demografi yang akan segera tiba. Sebab pada 2020 hingga 2035 usia Sumber Daya Manusia (SDM) di atas 15 tahun bakal mendominasi dengan jumlah 196 juta masyarakat.

"Yang perlu diingat adalah kita butuh pertumbuhan yang lebih besar. Lebih dari lima persen, kita harus bisa tumbuh di kisaran rata-rata enam hingga tujuh persen. Agar kita bisa keluar dari middle income trap. Agar kita bisa memanfaatkan bonus demografi," tandasnya.

Sebelumnya, Sri Mulyani mengklaim gejolak ketidakpastian ekonomi ini telah mampu diatasi Indonesia. Sri Mulyani mengklaim kalau ekonomi Indonesia masih tumbuh di tengah resesi yang mulai melanda dunia.

"Hampir semua negara di dunia mengalami penurunan. Dalam konteks ini, kalau (perekonomian) Indonesia tetap terjaga di atas 5 persen, ini merupakan sesuatu yang cukup exceptional (luar biasa) di tengah seluruh negara mengalami defisit mata uang. Bahkan ada yang masuk dalam resesi," ungkapnya di Kemenkeu, Jakarta Pusat, Senin (26/8).

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Pengukuhan Petugas Haji

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:04

Chili Siap Jadi Mitra Ekonomi Strategis Indonesia di Amerika Selatan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:02

Basri Baco: Sekolah Gratis Bisa Jadi Kado Indah Heru Budi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:42

Pemprov DKI Tak Ingin Polusi Udara Buruk 2023 Terulang

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:24

Catat, Ganjil Genap di Jakarta Ditiadakan 9-10 Mei

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:22

BMKG Prediksi Juni Puncak Musim Kemarau di Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:27

Patuhi Telegram Kabareskrim, Rio Reifan Tak akan Direhabilitasi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:05

Airlangga dan Menteri Ekonomi Jepang Sepakat Jalankan 3 Proyek Prioritas Transisi Energi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:00

Zaki Tolak Bocorkan soal Koalisi Pilkada Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:35

Bertemu Wakil PM Belanda, Airlangga Bicara soal Kerja Sama Giant Sea Wall

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:22

Selengkapnya