Berita

PM Sudan Abdalla Hamdok/Net

Dunia

Ini Cara Jitu Ekonom Kawakan Pimpin Sudan Keluar Dari Keterpurukan Ekonomi

MINGGU, 25 AGUSTUS 2019 | 09:58 WIB | LAPORAN: AMELIA FITRIANI

Sudan menghadapi masalah ekonomi yang buruk pasca kekacauan politik yang terjadi beberapa bulan terakhir, tepatnya setelah Presiden Omar al-Bashir lengser dari kekuasaan.

Untuk membenahinya, negara yang terletak di timur laut Afrika itu membutuhkan bantuan paling tidak 8 miliar dolar AS selama kurun waktu dua tahun ke depan.

Begitu kata Perdana Menteri Sudan yang baru dilantik pekan lalu, Abdalla Hamdok. Dia bertugas untuk memimpin pemerintahan transisi pasca tersingkirnya Bashir.

Ekonom kawakan itu mengatakan bahwa bantuan asing itu diperlukan Sudan untuk menutupi tagihan impor dan membantu membangun kembali ekonominya yang hancur.

Pemimpin berusia 61 tahun itu mengatakan bahwa dalam waktu dekat ini, Sudan membutuhkan 2 miliar dolar AS cadangan asing yang mendesak. Bantuan itu diperlukan dalam tiga bulan ke depan untuk menghentikan penurunan mata uang.

Ekonom yang juga pernah bekerja untuk Komisi Ekonomi Amerika Serikat itu mengatakan bahwa dia telah memulai pembicaraan dengan IMF dan Bank Dunia untuk membahas restrukturisasi utang yang melumpuhkan Sudan. Dia juga telah mendekati negara-negara sahabat dan lembaga pendanaan tentang bantuan tersebut.

"Kami dalam komunikasi untuk mencapai ini," kata Hamdok dalam wawancara pertamanya dengan outlet media asing, Reuters akhir pekan ini (Sabtu, 24/8).

"Cadangan devisa di bank sentral lemah dan sangat rendah," sambungnya.

Untuk diketahui bahwa Bashir tersingkir dari kekuasaan setelah kemarahan publik yang meningkat atas kekurangan makanan, bahan bakar dan mata uang. Hal itu memicu demonstrasi massa yang berujung pada lengsernya Bashir dari kursi nomor satu Sudan.

Sebagai pemegang tokat komando saat ini, Hamdok mengatakan bahwa perubahan dalam masalah subsidi pemerintah untuk roti, bahan bakar, listrik dan obat-obatan hanya akan dilakukan setelah diskusi mendalam dengan masyarakat.

"Orang-oranglah yang akan membuat keputusan tentang masalah ini," katanya.

Dia juga mengatakan dia telah berbicara dengan Amerika Serikat untuk mengeluarkan Sudan dari daftar negara sponsor terorisme. Tujuannya adalah agar Sudan tidak lagi terisolasi dari sebagian besar sistem keuangan internasional.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Lanal Banten dan Stakeholder Berjibaku Padamkan Api di Kapal MT. Gebang

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:55

Indonesia Tetapkan 5,5 Juta Hektare Kawasan Konservasi untuk Habitat Penyu

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:41

Kepercayaan Global Terus Meningkat pada Dunia Pelayaran Indonesia

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:27

TNI AU Distribusikan Bantuan Korban Banjir di Sulsel Pakai Helikopter

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:05

Taruna Jadi Korban Kekerasan, Alumni Minta Ketua STIP Mundur

Minggu, 05 Mei 2024 | 18:42

Gerindra Minta Jangan Adu Domba Relawan dan TKN

Minggu, 05 Mei 2024 | 18:19

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

Jadi Lokasi Mesum, Satpol PP Bangun Posko Keamanan di RTH Tubagus Angke

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:24

Perbenihan Nasional Ikan Nila Diperluas untuk Datangkan Cuan

Minggu, 05 Mei 2024 | 16:59

Komandan KRI Diponegoro-365 Sowan ke Pimpinan AL Cyprus

Minggu, 05 Mei 2024 | 16:52

Selengkapnya