Berita

Ilustrasi/net

Publika

Menjawab Jokowi Yang Tidak Setuju MPR Menjadi Lembaga Tertinggi Negara

MINGGU, 25 AGUSTUS 2019 | 01:12 WIB

JOKOWI tidak setuju MPR menjadi lembaga tertinggi adalah bentuk ketakutan seolah dirinya merasa sedang akan digulingkan.

Padahal ini bicara soal masa depan kedaulatan rakyat dan masa depan kemerdekaan yang menjadi nyata. Dan MPR menjadi Lembaga Tertinggi di Negara itu harus diisi bukan hanya DPR atau DPD saja, melainkan juga ada beberapa Utusan yang merupakan Utusan-Utusan Rakyat.

Tentu hal ini perlu waktu, sehingga Jokowi tidak perlu ketakutan.


Selain itu memang dengan MPR menjadi Lembaga Tertinggi Negara, Presiden adalah mandataris MPR, akan tetapi posisi MPR di sini adalah menseleksi Calon-Calon Presiden yang kemudian dipilih langsung oleh rakyat.

Dengan diseleksi oleh MPR, tentu Calon-Calon Presiden merupakan calon-calon yang berkualitas. Dan rakyat tinggal memilih yang paling berkualitas di antara yang berkualitas. Hal ini tentu akan memajukan rakyat.

Apalagi Presiden terpilih nanti telah dipandu oleh GBHN (Garis-Garis Besar Haluan Negara), tentu akan memudahkan Presiden menjalankan tugasnya.

Mungkin Jokowi belum tahu, kalau untuk mewujudkan ini perlu proses, sehingga dirinya takut digulingkan. Padahal 10 Partai Politik di DPR telah setuju dengan adanya GBHN dan peningkatan kedudukan MPR sebagai Lembaga Tertinggi Negara.

Meskipun itu belum memenuhi kriteria kedaulatan rakyat, karena rakyat harus mendorong agar MPR membuka ruang Utusan-Utusan Rakyat, seperti Utusan Wilayah, Utusan Desa, Utusan Golongan, Utusan Agama, Utusan PNS, Utusan Hankam, Utusan LSM, dan Utusan-Utusan lainnya yang diperlukan.

Tujuan semua ini adalah tercapainya kedaulatan rakyat dan kemerdekaan sepenuhnya. Yaitu rakyat berdiri di atas negara. Meski begitu, demokrasi dan kebebasan berpendapat, berpikir dan berserikat tetap menjadi hak rakyat.

Dan tentunya tidak ada lagi kekuasaan otoriter, penggunaan aparat keamanan dan hukum untuk kekuasaan juga tidak ada lagi penggunaan UU ITE untuk membungkam demokrasi.

Yudi Syamhudi Suyuti
Koordinator Eksekutif JAKI (Jaringan Aktivis Kemanusiaan Internasional)

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Laksdya Erwin Tinjau Distribusi Bantuan di Aceh Tamiang

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:55

Jembatan Merah Putih

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:40

Kongres Perempuan 1928 Landasan Spirit Menuju Keadilan Gender

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:13

Menko AHY Lepas Bantuan Kemanusiaan Lewat KRI Semarang-594

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:55

Membeli Damai dan Menjual Perang

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:32

Komdigi Gandeng TNI Pulihkan Infrastruktur Komunikasi di Aceh

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:08

Rocky Gerung: Kita Minta Presiden Prabowo Menjadi Leader, Bukan Dealer

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:45

DPRD Minta Pemkot Bogor Komitmen Tingkatkan Mutu Pendidikan

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:27

Kebijakan Mualem Pakai Hati Nurani Banjir Pujian Warganet

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:09

Pemilihan Kepala Daerah Lewat DPRD Bikin Pemerintahan Stabil

Selasa, 23 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya