Berita

Ilustras BPJS Kesehatan/Net

Politik

Ekonom: Tak Elok BPJS Dapat Tunjangan Di Tengah Defisit Triliunan

SELASA, 13 AGUSTUS 2019 | 01:54 WIB | LAPORAN:

Keputusan Kementerian Keuangan yang menaikkan tunjangan cuti tahunan dua kali lipat kepada anggota dewan pengawas dan direksi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dinilai tidak pas dilakukan. Hal itu lantaran BPJS diperkirakan defisit Rp 28 triliun di tahun 2019.

“Menurut saya kurang elok di tengah situasi defisit 28 triliunan. Akan lebih baik apabila defisit tersebut telah berhasil diturunkan, baru bicara kenaikan tunjangan. Intinya kinerjanya dulu baru bicara insentif,” ungkap Direktur Eksekutif Institute for Develipment of Economics and Finance (Indef), Tauhid saat dihubungi Kantor Berita RMOL, Senin (12/8).

Baginya, besaran kenaikan tunjangan yang diberikan justru akan menjadi pertanyaan besar bagi masyarakat. Sebab selama ini pelayanan BPJS cenderung minor.


Ia pun berpandangan bahwa seharusnya urgensi yang diperhatikan Kemenkeu adalah defisit BPJS agar tidak membengkak. Selain itu, tata kelola hingga pengawasan juga harus dibenahi lantaran hal ini yang menjadi salah satu akar defisit yang terjadi.

Selain itu, jika naiknya jumlah tunjangan cuti tahunan bertujuan untuk meningkatkan kinerja para direksi, bagi Tauhid saat ini dengan gaji saja sudah dinilai cukup. Bahkan keputusan tersebut tidak menjadi jaminan perkiraan defisit akan teratasi.

“Tunda dulu (pemberian tunjangan) sampai ada solusi jitu mengurangi defisit tersebut. Rumuskan solusi jitu agar BPJS tidak defisit,” tandasnya.

Kenaikan besaran komponen tunjangan cuti bagi direksi ini tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PKM) Nomor 11/PMK.02/2019 sebagai revisi dari PMK Nomor 34/PMK.02/2015 tentang Manfaat Tambahan Lainnya dan Insentif Bagi Anggota Dewan Pengawas dan Anggota Direksi BPJS.

Selain tunjangan cuti, dalam keentuan tersebut, direksi BPJS Kesehatan juga mendapatkan tambahan tunjangan hari raya keagamaan, asuransi sosial, hingga tunjangan perumahan.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Pramono Putus Rantai Kemiskinan Lewat Pemutihan Ijazah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:44

Jangan Dibenturkan, Mendes Yandri: BUM Desa dan Kopdes Harus Saling Membesarkan

Senin, 22 Desember 2025 | 17:42

ASPEK Datangi Satgas PKH Kejagung, Teriakkan Ancaman Bencana di Kepri

Senin, 22 Desember 2025 | 17:38

Menlu Sugiono Hadiri Pertemuan Khusus ASEAN Bahas Konflik Thailand-Kamboja

Senin, 22 Desember 2025 | 17:26

Sejak Lama PKB Usul Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:24

Ketua KPK: Memberantas Korupsi Tidak Pernah Mudah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:10

Ekspansi Pemukiman Israel Meluas di Tepi Barat

Senin, 22 Desember 2025 | 17:09

Menkop Dorong Koperasi Peternak Pangalengan Berbasis Teknologi Terintegrasi

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

PKS Kaji Usulan Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

Selengkapnya