Sripeni Inten Cahyani/Net
Pelaksana tugas (Plt) Direktur Utama Perusahan Listrik Negara (PLN) Sripeni Inten Cahyani tidak henti-hentinya menyampaikan rasa permintaan maaf kepada masyarakat setelah terjadi pemadaman di DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten.
Permintaan maaf bahkan kembali dia sampaikan dalam cara Indonesia Lawyers Club (ILC) Selasa (6/8) malam.
“Kami mohon maaf kepada pelanggan, tentunya memang permohonan maaf tidak cukup. Kami telah berusaha, tapi memang ada hal-hal yang tidak bisa dihindari,†ucapnya.
Sripeni yang baru menjabat beberapa hari kemudian menguraikan apa yang terjadi pada insiden pemadaman Minggu (4/8) lalu.
Menurutnya, sistem kelistrikan Jawa-Bali sangat kompleks karena terdiri dari 200 pembangkit dengan total kapasitas mencapai 35 ribu megawatt (MW). Sementara beban puncak tertinggi mencapai 27 ribu MW.
“Terdiri dari jaringan transmisi 500 KV, kira-kira 5.000 kilometer sirkuit. Kemudian untuk 150 KV kira-kira 7.000 kilometer sirkuit. Ada 500 gardu induk yang terhubung pada pelanggan, dengan total 70 juta, 60 persen ada di DKI,†urainya.
Sementara insiden yang terjadi pada Minggu (4/8), ujarnya, bermula dari gangguan di salah satu sirkuit atau line transmisi 500 KV.
Dia menguraikan bahwa di sistem Jawa-Bali ada empat sirkuit 500 KV yang menjadi tulang belakang. Dua line di utara dan dua line sisa di bagian selatan.
“Jaringan antara ungaran dan pemalang pada pukul 11.48 terjadi gangguan, pada menit yang sama, dua line lepas,†terangnya.
PLN, sambung Sripeni, kerap melakukan pemeliharaan sistem. Namun pemeliharaan dilakukan saat beban rendah, yaitu saat Sabtu dan Minggu.
“Pemeliharaan yang diizinkan hanya satu line dan pada saat itu dilakukan di jalur selatan. Artinya selatan tinggal satu line,†ujarnya.
Dengan kata lain, lanjutnya, posisi line yang seharusnya hidup pada saat itu adalah tiga, dua di utara dan satu di selatan.
Selanjutnya, ada transfer daya yang biasa dilakukan dari timur ke barat dalam rangka efisiensi. Biasanya sebesar 3 ribu MW. Listrik di timur dialirkan ke barat karena pusat beban ada di barat.
Kemudian karena ada satu perbaikan line, maka sesuai standar kapasitas yang dialirkan diturunkan menjadi 2.200 MW.
Pada waktu yang sama, kata Sripeni, dua line di utara hilang. Sehingga transfer hanya bisa dilakukan melalui jalur selatan yang tinggal satu line.
“Akibatnya terjadi guncangan yang menyebabkan jalur Tasik-Depok lepas. Nah akibatnya dalam sistem barat mencari keseimbangan, tadinya ada transfer 2 ribu kemudian masing-masing (pembangkit listrik) melepaskan diri dari bebannya,†sambungnya.
Pembangkit listrik secara otomatis melepaskan diri karena faktor keamanan. Hal inilah yang kemudian membuat beban kepada pelanggan harus dikurangi. Sesuai SOP, maka terjadilah pemadaman.
Pihak PLN kemudian mencoba merecovery. Tapi proses pemulihan butuh waktu yang panjang. Untuk mengoperasikan kembali pembangkit listrik dibutuhkan waktu minimal delapan jam.
“Kalau di Jakarta PLTGU jadi lebih cepat, maka ada yang lebih cepat. Itu memang bergilir karena tidak bisa sekaligus. Karena harus menjaga unsur teknis, frekuensi 50 hertz dan tegangan 500 KV,†pungkasnya.
Adapun jaringan listrik di Jakarta mulai kembali pulih 100 persen pada Senin (5/8) pada pukul 17.50, di Banten pukul 22.00, dan Jabar pukul 22.40.