Berita

Kedelai yang menjadi produk unggulan AS mulai ditinggalkan Chine/Net

Dunia

'Diserang' Donald Trump, Perusahaan China Stop Membeli Produk AS

SELASA, 06 AGUSTUS 2019 | 11:42 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang sudah berlangsung lebih dari setahun tampaknya akan sulit mencapai titik temu. Pasalnya, Kementerian Perdagangan China menyebut kalau perusahaan-perusahaan China telah berhenti membeli produk agrikultur AS.

Hal tersebut merupakan sebuah 'serangan balasan' China terhadap AS. Sebagai balasan atas pernyataan Presiden Donald Trump terkait produk AS yang tak lagi dilirik China.

Sebelumnya, pada Kamis (1/8) lalu Trump mengatakan bahwa China tidak menepati janjinya untuk membeli produk agrikultur AS. Termasuk berjanji untuk menerapkan tarif baru, yaitu 10 persen dari sisa impor China senilai 300 miliar dolar AS per 1 September mendatang.

Usai dicecar Trump, China pun melakukan 'serangan balik'. Pada Senin (5/8), China membiarkan mata uang yuan melemah melewati level kunci 7 per dolar AS pada awal pekan ini. Ini merupakan kali pertama terjadi selama lebih dari satu dekade.

Akibatnya, dolar AS pun melemah tajam di perdagangan mata uang dunia. Membuat AS menuding China melakukan manipulasi mata uang.

Toh, serangan China terhadap AS belum berhenti. Selasa (6/8), China mengumumkan bahwa perusahaan-perusahaannya telah berhenti membeli produk agrikultur AS. Sebuah putusan yang tentu akan sangat merugikan para petani di AS.

Artinya, nilai impor China terhadap produk AS pun bakal semakin menurun. Pada 2018 saja, China hanya mengimpor produk pertanian AS senilai 9,1 miliar dolar AS, turun drastis dari tahun sebelumnya yang mencapai 19,5 miliar dolar AS. Hal ini membuat pemerintah Trump harus memberikan kompensasi sebesar 28 miliar dolar AS kepada para petani dan peternak di negara mereka.

Sementara itu, Kementerian Perdagangan China mengatakan bahwa China berharap AS akan menepati janji dan menciptakan 'syarat yang diperlukan' demi terciptanya kembali kerja sama kedua negara.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Pilkada 2024 jadi Ujian dalam Menjaga Demokrasi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 23:52

Saling Mengisi, PKB-Golkar Potensi Berkoalisi di Pilkada Jakarta dan Banten

Sabtu, 04 Mei 2024 | 23:26

Ilmuwan China Di Balik Covid-19 Diusir dari Laboratoriumnya

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:54

Jepang Sampaikan Kekecewaan Setelah Joe Biden Sebut Negara Asia Xenophobia

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:43

Lelang Sapi, Muzani: Seluruh Dananya Disumbangkan ke Palestina

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:35

PDIP Belum Bersikap, Bikin Parpol Pendukung Prabowo-Gibran Gusar?

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:16

Demonstran Pro Palestina Capai Kesepakatan dengan Pihak Kampus Usai Ribuan Mahasiswa Ditangkap

Sabtu, 04 Mei 2024 | 21:36

PDIP Berpotensi Koalisi dengan PSI Majukan Ahok-Kaesang di Pilgub Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 21:20

Prabowo Akan Bentuk Badan Baru Tangani Makan Siang Gratis

Sabtu, 04 Mei 2024 | 20:50

Ribuan Ikan Mati Gara-gara Gelombang Panas Vietnam

Sabtu, 04 Mei 2024 | 20:29

Selengkapnya