Berita

Kampanye perang dagang Jepang-Korea Selatan/Net

Dunia

Perang Dagang Jepang-Korsel Hantam Sektor Pariwisata Dan Teknologi

KAMIS, 01 AGUSTUS 2019 | 22:32 WIB | LAPORAN: AMELIA FITRIANI

Perang dagang yang tengah terjadi antara dua negara tetangga, Jepang dan Korea Selatan, mulai mempengaruhi bisnis lintas sektor.

Bahkan berpotensi mengganggu ekonomi global.

Perselisihan diawali protes Jepang atas retorika Korea Selatan yang masih belum bisa menerima perilaku tentara Jepang selama Perang Dunia Kedua.


Di awal Juli lalu, Jepang membatasi ekspor semikonduktor ke Korea Selatan. Negeri sakura mengaitkan ekspor semi-konduktor itu dengan ancaman keamanan negara. Selain, tentu saja, berkurangnya rasa percaya pada Korea Selatan.

Kini Korea Selatan harus siap-siap menghadapi keputusan Jepang  mengeluarkannya dari daftar negara yang menikmati pembatasan perdagangan minimum.

Kementerian Keuangan Korea Selatan baru-baru ini menjelaskan, bila Seoul dihapus dari daftar itu maka hubungan kedua negara akan memburuk ke tingkat yang tidak terkendali.

Perselisihan ekonomi Jepang dan Korea Selatan tidak akan berhenti sampai di situ.

Penasihat senior di perusahaan manajemen aset WisdomTree Investments di Jepang, Jesper Koll, memperkirakan, ketegangan antara dua pusat kekuatan Asia Timur itu akan merusak berbagai sektor industri.

Di antara yang terkena dampak adalah perusahaan bahan baku.

Sebagai contoh, perusahaan kimia Jepang telah membuat dorongan besar ke Korea Selatan selama dekade terakhir.

"(Namun) mereka sekarang secara de facto memboikot dan mulai melaporkan pengurangan produksi yang curam," kata Koll.

Dalam jangka pendek, sambungnya, gangguan pasokan bahan kimia yang diperlukan untuk semi-konduktor akan memaksa kenaikan harga yang lebih tinggi bagi konsumen dan secara bersamaan menurunkan laba bagi perusahaan.

"Tetapi itu juga dapat memicu booming bagi para ahli strategi dan pengusaha perusahaan," sambungnya, seperti dimuat CNBC.

Koll menambahkan, rantai pasokan yang terganggu, malah kemungkinan akan memunculkan "pemain baru".

Selain dampak langsung dari pembatasan ekspor, beberapa perusahaan yang menghadapi konsumen mulai merasakan tekanan dari memburuknya hubungan antara kedua negara.

"Ini adalah berita buruk bagi perusahaan kosmetik Jepang yang melihat lebih dari 10 persen pertumbuhan penjualan mereka berasal dari pertumbuhan permintaan Korea Selatan dalam dua tahun terakhir, tetapi sekarang mulai merasakan pemogokan pembeli dari wanita Korea," kata Koll.

Selain itu, sektor lain yang juga terganggu adalah pariwisata, maskapai penerbangan, restoran, dan butik merek mewah.

Untuk diketahui, merujuk pasa data JTB Tourism Research and Consulting, Korea Selatan menyumbang wisatawan terbanyak kedua ke Jepang setelah China.

Sedangkan menurut data Organisasi Pariwisata Korea, wisatawan Jepang membentuk kelompok pengunjung terbesar dari kawasan Asia Pasifik.

Karena itulah, sektor pariwisata juga menjadi salah satu yang terpuk akibat perselisihan ekonomi kedua negara.

Jumlah kunjungan wisatawan yang berkurang menyebabkan banyak maskapai penerbangan besar mengurangi jumlah penerbangan atau bahkan mengakhiri rute langsung antara kota-kota besar Jepang dan Korea.

Surat kabar Jepang, Nikkei, awal pekan ini melaporkan bahwa Korean Air dan maskapai berbiaya rendah T'way Air akan mengurangi penerbangan ke Jepang di tengah ketegangan.

Menurut laporan itu, kedua maskapai memutuskan untuk memotong rute rendah karena tekanan pasar.

Secara terpisah, Korean Air yang merupakan maskapai terbesar Korea Selatan mengumumkan bahwa mulai September tahun ini, pihak maskapai akan menangguhkan penerbangan antara kota pelabuhan Korea, Busan dan Sapporo, ibu kota provinsi Jepang, Hokkaido.

Sedangkan maskapai penerbangan terbesar kedua Korea Selatan, Asiana Airlines, mengumumkan awal pekan ini bahwa pihaknya berencana untuk beralih ke pesawat yang lebih kecil untuk beberapa rute antara Jepang dan Korea mulai pada bulan September karena penurunan permintaan di tengah meningkatnya ketegangan ekonomi dan politik.

Bukan hanya itu, maskapai penerbangan berbiaya rendah, Air Seoul, juga mengumumkan bahwa mereka akan mengurangi penerbangan reguler yang menghubungkan kedua negara.

Selain itu, sektor teknologi juga terganggu, terutama raksasa teknologi Korea Selatan, Samsung dan LG Electronics. Pihak LG mengatakan minggu ini mereka dipengaruhi kondisi bisnis yang keras dan ketidakpastian yang dipicu oleh perang dagang Amerika Serikat-China dan perselisihan Jepang-Korea Selatan.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Bangunan di Jakarta Bakal Diaudit Cegah Kebakaran Maut Terulang

Senin, 29 Desember 2025 | 20:13

Drama Tunggal Ika Teater Lencana Suguhkan Kisah-kisah Reflektif

Senin, 29 Desember 2025 | 19:53

Ribuan Petugas Diturunkan Jaga Kebersihan saat Malam Tahun Baru

Senin, 29 Desember 2025 | 19:43

Markus di Kejari Kabupaten Bekasi Mangkir Panggilan KPK

Senin, 29 Desember 2025 | 19:35

DPP Golkar Ungkap Pertemuan Bahlil, Zulhas, Cak Imin, dan Dasco

Senin, 29 Desember 2025 | 19:25

Romo Mudji Tutup Usia, PDIP Kehilangan Pemikir Kritis

Senin, 29 Desember 2025 | 19:22

Kemenkop Perkuat Peran BA dalam Sukseskan Kopdes Merah Putih

Senin, 29 Desember 2025 | 19:15

Menu MBG untuk Ibu dan Balita Harus Utamakan Pangan Lokal

Senin, 29 Desember 2025 | 19:08

Wakapolri Groundbreaking 436 SPPG Serentak di Seluruh Indonesia

Senin, 29 Desember 2025 | 19:04

Program Sekolah Rakyat Harus Terus Dikawal Agar Tepat Sasaran

Senin, 29 Desember 2025 | 18:57

Selengkapnya