Berita

Kivlan Zen akan menjalani sidang Selasa (23/7) ini/Net

Hukum

Ruang Sidang Kivlan Zen

SELASA, 23 JULI 2019 | 09:33 WIB | OLEH: SYAHGANDA NAINGGOLAN

KIVLAN akan di sidang di ruang ini nanti. Saya datang jam 9 kurang, karena undangan beredar, sidang dilakukan jam 9. Namun di bagian admin katanya mungkin jam 10.30. Nah, saya nggak bisa karena jam 11 ada janji lain.

Terakhir ketemu Kivlan pada saat kampanye di Banyuwangi. Kami berdua ditugaskan ketua BPN, Djoko Santoso, kampanye ke sana. Jadi sepanjang pulang dan pergi ngobrol berdua.

Kivlan ini terkenal sebagai Tentara Hijau, karena dia yang memulai pengajian di lingkungan sekuler TNI kala dikuasai generasi Beni Moerdani. Muridnya generasi SBY, Prabowo, dll. Kivlan menjadi sekutu Prabowo melawan dominasi Beni Mordani di militer.


Persoalan bangsa ini pascareformasi bagi eks TNI adalah ketika mereka pensiun, mereka masih segar bugar dan pengangguran. Pemerintah tidak memikirkan bagaimana mereka yang hidup dalam situasi sangat terorganisir dan sangat terlatih tiba-tiba jadi pengangguran. Mungkin istilah tiba-tiba kurang tepat, tapi harusnya ada training prapurnawirawan buat mereka. Reorientasi.

Tentara ini harus menyadari bahwa tentara sebagai insan politik seperti di zaman orde baru sudah hilang. Peran itu sepertinya diambil Polisi. Jadi bagi tentara, kalau pensiun harus memikirkan kehidupan pensiun yang natural, seperti yang lainnya. Bedanya mereka kuat secara fisik dan disiplin.

Kedua, eks militer ini harus sadar bahwa mereka sebenarnya petarung ketika negara membutuhkan. Kalau negara sudah tidak membutuhkan, jangan berpikir seolah-olah menjadi manusia super tanpa takut. Kalau saya sih susah takut, karena saya hampir tidak pernah bersekutu dengan negara. Apalagi atas nama negara ketika berorganisasi maupun berpolitik.

Dan karena saya sudah sering ditangkap dan dinteli, jadi saya sering berhati-hati kalau bicara maupun bertindak (misalnya kalau telpon harus pake WA Call, Signal, atau Telegram).
Untuk yang cerita telpon ini kebanyakan eks militer ngomong seenaknya, sehingga kemungkinan disadap. Mereka pikir masih bagian dari negara, padahal bukan.

Kembali ke soal Kivlan, generasi mereka adalah generasi terakhir yang paling anti-Komunis. Dan tentu juga generasi ini banyak yang kurang suka dengan Islam, di luar geng Kivlan. Kebangkitan anak-anak eks PKI yang disinyalir Kivlan selama ini telah membuat dirinya terperangkap pada 'post power sindrom' dan pertarungan 'militer vs eks PKI' berlanjut. Kivlan kurang menyadari bahwa situasi kekuatan atau power mungkin sudah berbalik.

Saya berharap kasus Kivlan ini dipelajari hakim dengan bijaksana. Jokowi dan Prabowo sudah bicara soal Persatuan Nasional adalah segala-galanya. Apa arti persatuan itu?

Tantangan terbesar bangsa kita saat ini dalam konteks persatuan adalah bagaimana membuat anak-anak eks PKI, anak-anak eks Mujahid Islam, dan eks Tentara eks Orde baru bisa nongkrong ngopi bareng melupakan masa lalu.

Tentu tidak gampang. Karena ada yang terluka. Ada yang menderita. Tapi mau apa lagi? Selama ketiganya masih hidup, selama tanah tumpah darah masih sama, tidak ada pilihan lain.
Dan saya berharap Kivlan bebas dari segala tuduhan. Habil Marati yang saya kenal paling pelit dan paling penakut juga jangan sok-sokan lagi. (Ini orang suka omong besar, jadi mungkin membuatnya dituduh pendana).

Semoga Allah memberi kemudahan buat bang Kivlan.

Salam,
Di Pengadilan Jakarta Selatan
Syahganda Nainggolan

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

Kapolda Metro Buka UKW: Lawan Hoaks, Jaga Jakarta

Selasa, 16 Desember 2025 | 22:11

Aktivis 98 Gandeng PB IDI Salurkan Donasi untuk Korban Banjir Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:53

BPK Bongkar Pemborosan Rp12,59 Triliun di Pupuk Indonesia, Penegak Hukum Diminta Usut

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:51

Legislator PDIP: Cerita Revolusi Tidak Hanya Tentang Peluru dan Mesiu

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:40

Mobil Mitra SPPG Kini Hanya Boleh Sampai Luar Pagar Sekolah

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:22

Jangan Jadikan Bencana Alam Ajang Rivalitas dan Bullying Politik

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:19

Prabowo Janji Tuntaskan Trans Papua hingga Hadirkan 2.500 SPPG

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Trio RRT Harus Berani Masuk Penjara sebagai Risiko Perjuangan

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Yaqut Cholil Qoumas Bungkam Usai 8,5 Jam Dicecar KPK

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:47

Prabowo Prediksi Indonesia Duduki Ekonomi ke-4 Dunia dalam 15 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:45

Selengkapnya