Berita

Ilustrasi/Net

Politik

Istana Ingin Pasar Ekspor Diperluas

KAMIS, 18 JULI 2019 | 14:54 WIB | LAPORAN: WIDIAN VEBRIYANTO

Neraca perdagangan yang surplus di bulan Juni 2019 bukan menjadi alasan bagi pemerintah untuk bersantai-santai.

Pihak Istana bahkan mendesak kementerian terkait untuk terus meningkatkan ekspor dengan memanfaatkan peluang perang dagang Amerika Serikat dan China.

Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi, Ahmad Erani Yustika mengatakan bahwa Jokowi ingin agar kinerja perdagangan terus diperbaiki.

“Baik dengan jalan meningkatkan ekspor ke negara tradisional maupun nontradisional dan mengendalikan impor, salah satunya dengan cara menginisiasi industri substitusi impor," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima, Kamis (18/7).

Dalam hal ini, Kementerian Perdagangan diminta untuk memacu ekspor dengan memperluas pasar. Selain ke China, pasar Indonesia juga harus diperluas ke Asia Selatan, Timur Tengah, dan Afrika.

"Tahun ini, pemerintah fokus ke pasar Afrika, dengan menandatangani 12 perjanjian. Tiga di antaranya merupakan target pasar baru (sejak 2018), yakni Mozambik, Tunisia, dan Maroko," katanya.

Sementara itu, Istana juga ingin agar kinerja sektor industri terus diperbaiki. Apalagi, peranan produk industri terhadap nilai ekspor semakin meningkat dan mencapai di atas 70 persen pada 2018.

"Agar terus meningkat, Kementerian Perindustrian sebagai anggota Komite Penugasan Khusus Ekspor (KPKE) mendorong dari sisi pembiayaan lewat Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)," tegas Erani.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Azam Azman Natawijana Kementerian Perdagangan ke China untuk melakukan lobi-lobi. Tujuannya, untuk memanfaat jumlah penduduk China yang lebih dari semiliar sebagai pasar produk Indonesia.

“Apalagi, kata dia, Indonesia punya perjanjian dengan China. Perjanjian itu pun punya payung hukum. "Nah itu bisa dipakai," katanya.

Namun demikian, dia ingin pemerintah memastikan barang dari Indonesia berkualitas dan kompetitif. Jangan sampai produk yang diekspor kalah dari produk dari negara tujuan.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Viral Video Mesum Warga Binaan, Kadiv Pemasyarakatan Jateng: Itu Video Lama

Jumat, 19 April 2024 | 21:35

UPDATE

Satgas Judi Online Jangan Hanya Fokus Penegakkan Hukum

Minggu, 28 April 2024 | 08:06

Pekerja Asal Jakarta di Luar Negeri Was-was Kebijakan Penonaktifan NIK

Minggu, 28 April 2024 | 08:01

PSI Yakini Ekonomi Indonesia Stabil di Tengah Keriuhan Pilkada

Minggu, 28 April 2024 | 07:41

Ganjil Genap di Jakarta Tak Berlaku saat Hari Buruh

Minggu, 28 April 2024 | 07:21

Cuaca Jakarta Hari Ini Berawan dan Cerah Cerawan

Minggu, 28 April 2024 | 07:11

UU DKJ Beri Wewenang Bamus Betawi Sertifikasi Kebudayaan

Minggu, 28 April 2024 | 07:05

Latihan Evakuasi Medis Udara

Minggu, 28 April 2024 | 06:56

Akibat Amandemen UUD 1945, Kedaulatan Hanya Milik Parpol

Minggu, 28 April 2024 | 06:26

Pangkoarmada I Kunjungi Prajurit Penjaga Pulau Terluar

Minggu, 28 April 2024 | 05:55

Potret Bangsa Pasca-Amandemen UUD 1945

Minggu, 28 April 2024 | 05:35

Selengkapnya