Harga tiket pesawat yang mahal di tanah air sempat dikeluhkan masyarakat. Tidak sedikit yang menduga bahwa harga tiket itu mahal karena ada praktik kartel dalam industri penerbangan tanah air.
Secara terang-terangan CEO AirAsia Tony Fernandes mengaku membenci praktik kartel tersebut. Dia lebih memilih bersaing secara sehat.
Namun demikian, dia menggarisbawahi bahwa pernyataannnya itu bukan bermaksud menuduh ada praktik kartel di industri penerbangan Indonesia.
"Saya benci kartel, saya suka berkompetisi. Saya ingin berkompetisi, dan tidak suka ada kartel dan monopoli," tegasnya dalam acara Meet and Greet buku berjudul "Flying High: Kisahku Membangun Usaha" di Kinokuniya, Plaza Senayan, Jakarta Selatan, Kamis (4/7).
"Saya tidak tahu ada kartel atau tidak. Yang jelas saya tidak menyetujui adaya praktik tersebut. Saya pro terhadap kompetisi terhadap konsumen," lanjut Tony.
Lebih lanjut, Tony membeberkan cara agar tarif penerbangan maskapai bisa menjadi lebih terjangkau. Salah satunya dengan menerapkan prinsip pengembangan lini bisnis.
"Membuat lini bisnis baru, seperti hotel, makanan, dan lainnya. Jadi begitu cara kami untuk menyiasati biaya operasional maskapai. Kita harus cerdik," tegasnya.
Selain itu, pria yang memulai karier di Richard Branson Virgin Communications ini mengatakan bahwa pihaknya berpegang teguh pada jargon yang tertulis di badan pesawat AirAsia, yaitu Now Everyone Can Fly atau Semua Orang Bisa Terbang.
"Bisnis adalah bisnis, kalau maskapai lain menerapkan harga lebih tinggi, kami tidak bisa komen. Motto kami adalah membuat "Semua Orang Bisa Terbang". Kami tidak akan menyimpang dari itu," pungkasnya.