Berita

Al Syekh Yusuf Bin Abdullah Al Jawi Al Makassari/Net

Jaya Suprana

Al Syekh Yusuf Bin Abdullah Al Jawi Al Makassari

RABU, 29 MEI 2019 | 06:28 WIB | OLEH: JAYA SUPRANA

DUBES RI untuk Thailand, Ahmad Rusdi menugaskan Atase Pendidikan & Kebudayaan KBRI Bangkok, Prof Mustari Mustafa untuk mendukung upaya saya mempergelar Malam Kesenian Nusantara di Bangkok, medio Desember 2018.

Ternyata beliau adalah penulis buku “Dakwah Sufisme Syekh Jusuf Al Makassary”. Maka saya beruntung memperoleh kesempatan untuk belajar mengenal Syekh Yusuf dari Prof. Mustari Mustafa.

Al Syekh Yusuf Bin Abdullah Al Jawi Al Makassari

Dalam karya Syekh Yusuf: Tuhfat al-Mursalah, tertulis nama al-Syekh Yusuf al-Taj Abu al-Harkani al-Majalawi. Nama ini menunjukkan seorang waliyullah yang mengetahui asal-usulnya, yaitu keturunan bangsawan negeri Majalawi Makassar.

Dalam al-Naba fi I’rab La Ilaah illallah, tertulis nama al-Syekh Yusuf bin Abdullah al-Jawi al-Makassari, yang menunjukkan bahwa dia adalah wali sufi dari tanah Jawa dan Makassar.  

Syekh Yusuf belajar bahasa Arab, ilmu Fiqh, dan ilmu-ilmu syariat lainnya pada padepokan Bontoala sebuah pondok pesantren yang didirikan ketika Gowa menerima Islam sebagai agama kerajaan.

Gurunya, I Daeng ri Tasammeng, melihat minat Syekh Yusuf pada ilmu tasawwuf, sehingga menyarankan Syekh Yusuf untuk mendalami ilmu tasawuf di luar Makassar.  

Kebetulan pada saat itu kerajaan Gowa yang sedang berkembang maka membutuhkan seorang ulama yang mumpuni. Jejak perjalanan Syekh Yusuf menuntut ilmu menjelajah mulai dari Banten, Aceh, Yaman, Hijaz, Suriah, sampai Istanbul, Turki.

Setelah kurang lebih 23 tahun mengembara, Syekh Yusuf kembali ke Tanah Air Udara tercintanya  pada tahun 1668.

Melawan Penjajah

 
Syekh Yusuf kembali ke tanah kelahirannya tepat setelah terjadi perjanjian Bongaya antara VOC Belanda dan Makassar sehingga perlawanan raja Gowa tidak lagi memiliki pengaruh yang berarti.

Pada saat itu, Arung Palakka, Sultan Bone, memilih berpihak pada VOC Belanda di bawah Spelman, ketimbang mendukung Sultan Hasanuddin dari Makassar. Keadaan tersebut di atas menyebabkan masyarakat kembali pada kebiasaan lamanya, yaitu menyabung ayam, minum tuak, dan berjudi.

Syekh Yusuf berusaha memperbaiki keadaan tersebut dengan menemui raja Gowa saat itu, yaitu Sultan Amir Hamzah (1669-1674), yang masih memiliki hubungan darah dengannya, untuk memberantas kemaksiatan. Namun raja tidak memenuhi keinginan Syekh Yusuf.

Kecewa atas sikap raja, maka Syekh Yusuf memutuskan untuk meninggalkan Makassar menuju Banten dan berharap dapat mengembangkan ajaran Islam di bawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. 

Banten

Syekh Yusuf menjadi ulama berpengaruh di Banten karena pengetahuannya yang mendalam. Sultan Ageng Tirtayasa mengangkatnya menjadi qadli (hakim) dan guru besar agama Islam serta guru besar tarekat sekaligus panglima perang.

Sejak 1660, pasukan yang dipimpin oleh Syekh Yusuf berkali-kali memukul mundur pasukan Belanda. Syekh Yusuf menjabat sebagai mufti selama 13 tahun yang berakhir setelah tertangkapnya Sultan Banten oleh  Belanda.

Syekh Yusuf melanjutkan peperangan dengan taktik perang gerilya bersama sang putra raja Pangeran Purbaya dan Pangeran Kidul. 

Mereka membawa bala tentara menelusuri lembah dan ngarai yang terhampar antara Banten dan Cirebon guna mengacaukan pasukan musuh sambil membangun serangan. Pertengahan tahun 1683, Belanda mengadakan pengejaran secara teratur untuk menangkap Syekh Yusuf dan putra Sultan Ageng Tirtayasa,  Pangeran Purbaya.

Pengejaran itu berlangsung secara terus menerus, hingga akhirnya Syekh Yusuf ditangkap dan diasingkan ke Afrika Selatan. Di tanah pengasingan Syekh Yusuf tetap menyebarkan agama Islam sambil tetap gigih menentang angkara murka kolonialisme.

Semangat perlawanan terhadap penjajah Syekh Yusuf menginspirasi warga pribumi Afrika Selatan. Syekh Yusuf wafat di Cape Town, Afrika Selatan, 23 Mei 1699 pada umur 72 tahun.

Pahlawan Nasional

Jenazah Syekh Yufuf dibawa ke Gowa atas permintaan Sultan Abdul Jalil dan dimakamkan kembali di Lakiung, April 1705.

Berdasar data rekam jejak perjuangan Syekh Yusuf melawan penjajah maka pada tahun 1995 Presiden RI, Soeharto menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional Indonesia kepada Syekh Yusuf.

Pada tahun 2009 pemerintah Afrika Selatan menganugerahkan penghargaan Oliver Thambo kepada tokoh Pahlawan Nasional Indonesia yang diasingkan oleh penjajah ke Afrika Selatan.

Penghargaan Oliver Thambo diserahkan Presiden Afrika Selatan, Thabo Mbeki kepada ahli waris Syekh Yusuf, pada suatu upacara kenegaraan disaksikan oleh Wapres RI, Jusuf Kalla di Pretoria, Afrika Selatan.


Penulis adalah pembelajar perjuangan para Pahlawan Nasional Indonesia

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Samsudin Pembuat Konten Tukar Pasangan Segera Disidang

Kamis, 02 Mei 2024 | 01:57

Tutup Penjaringan Cakada Lamteng, PAN Dapatkan 4 Nama

Kamis, 02 Mei 2024 | 01:45

Gerindra Aceh Optimistis Menangkan Pilkada 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 01:18

Peringatan Hari Buruh Cuma Euforia Tanpa Refleksi

Kamis, 02 Mei 2024 | 00:55

May Day di Jatim Berjalan Aman dan Kondusif, Kapolda: Alhamdulillah

Kamis, 02 Mei 2024 | 00:15

Cak Imin Sebut Negara Bisa Kolaps Kalau Tak Ada Perubahan Skenario Kerja

Rabu, 01 Mei 2024 | 23:39

Kuliah Tamu di LSE, Airlangga: Kami On Track Menuju Indonesia Emas 2045

Rabu, 01 Mei 2024 | 23:16

TKN Fanta Minta Prabowo-Gibran Tetap Gandeng Generasi Muda

Rabu, 01 Mei 2024 | 22:41

Ratusan Pelaku UMKM Diajari Akselerasi Pasar Wirausaha

Rabu, 01 Mei 2024 | 22:36

Pilgub Jakarta Bisa Bikin PDIP Pusing

Rabu, 01 Mei 2024 | 22:22

Selengkapnya