Respons tanggap yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan kepada korban kerusuhan dipuji sejumlah kalangan, termasuk akademisi.
Pemerhati sosial M. Chozin Amrulloh menilai tindakan Gubernur Anies ikut takziyah dan mengangkat keranda korban meninggal kerusuhan Jakarta sebagai bentuk tindakan terpuji.
Dalam pandangan Chozin, faktor-faktor kunci penentu apakah sebuah kerusuhan dapat berkembang meluas ataukah tidak.
Menurut NJ Smelser, kata Chozin, tahap keelima yang menentukan adalah soal kontrol sosial, yaitu apakah aparatur negara dan para petugas mampu mengendalikan situasi dan meredam kemarahan serta kekacauan yang terjadi.
"Langkah Anies sudah tepat, bukan sekedar ikut-ikutan angkat keranda dan takziyah, tapi inilah bentuk kontrol sosial untuk mengendalikan dan meredam kemarahan warga," ujar Chozin kepada wartawan di Jakarta, Jumat (24/5).
Diketahui, kritikan atau tepatnya ejekan kalau Anies cuma bisa ngusung keranda, meluas di jejaring media sosial.
Gubernur Anies Baswedan memang takziah ke korban aksi 22 Mei dan ikut mengangkat keranda jenazah yang bersangkutan.
"Kehadiran negara atau Gubernur mengeliminasi skenario martir yang dapat menciptakan eskalasi. Tanpa kehadirannya sangat mungkin situasinya dapat tereskalasi dengan luas," tambah Chozin menjelaskan.
Seorang korban, anak muda, warga kampung padat di Tambora meninggal karena kejadian 22 Mei. Sebanyak 8 orang meninggal dunia dalam kerusuhan yang terjadi di Jakarta kemarin.
Untung ada Gubernur Anies. Ia hadir berseragam mewakili negara dan mewakili aparatur berseragam lainnya. Ia mendinginkan amarah dan mengembalikan akal warga untuk tenang kembali.
"Ini bukan soal mengangkat keranda, tapi ini soal menyejukkan kota," tandas Chozin.