Berita

"Herky" C-130J/Net

Pertahanan

Berbagai Varian Dibalik Keinginan Terhadap Viper Dan Herky

RABU, 22 MEI 2019 | 15:08 WIB | LAPORAN: A KARYANTO KARSONO

Pembicaraan pembelian pesawat militer buatan AS dinilai sebagai salah satu upaya Indonesia agar tetap masuk dalam daftar Generalized Scheme of Preferences (GSP).

Point penting Indonesia untuk tetap masuk dalam daftar GSP (kerap ditinjau AS secara berkala), adalah agar bisa mengekspor produk ke pasar AS, tanpa dikenai tarif bea masuk yang tinggi.

Selain itu, negoisasi pembelian 32 jet tempur F-16V "Viper" dan enam pesawat angkut berat Hercules "Herky" varian C-130J, agak sulit untuk tidak mengatakan, berkaitan dengan upaya untuk penyeimbangan neraca perdagangan AS�"Indonesia.


Seperti diketahui, sejumlah pihak, termasuk Wapres AS Mike Pence pernah terang-terangan menyatakan bahwa pihaknya (Amerika) menginginkan neraca perdagangan yang lebih “seimbang”. Ini karena masih jauh lebih banyak komoditas Indonesia yang masuk ke AS ketimbang impor Indonesia dari AS.

Lebih dari itu, pembicaraan pembelian Viper dan Herky juga merupakan upaya Indonesia terhindar dari sanksi ekonomi AS berdasarkan undang-undang baru yang dikenal dengan CAATSA (Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act).

UU ini mengatur pemberian sanksi bagi negara-negara “sahabat” AS yang dianggap “bandel” karena membeli persenjataan dari Rusia. Sebetulnya UU ini lebih dimaksudkan untuk menekan Rusia ketimbang menekan para negara sahabat AS seperti Indonesia. Tujuannya agar Rusia semakin tertekan secara ekonomi dan mengakhiri pengaruh militer geopolitiknya pada konflik di Ukraina.

Bisa ditebak, Indonesia memang rawan kena sanksi CAATSA karena tengah melakukan proses pembelian 11 unit jet tempur Su-35 Super Flanker buatan Rusia. Pembelian yang hingga kini belum jelas wujud nyatanya.

Tapi ada pula pihak yang menengarai, pembicaraan kemungkinan pembelian 32 unit F-16V justru untuk menggantikan Su-35 Super Flanker. Mana yang benar? Waktu yang kelak membuktikan.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Berjuang Bawa Bantuan Bencana

Kamis, 04 Desember 2025 | 05:04

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Cegah Penimbunan BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00

Polri Kerahkan Kapal Wisanggeni 8005 ke Aceh

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03

UPDATE

12 Orang Tewas dalam Serangan Teroris di Pantai Bondi Australia

Minggu, 14 Desember 2025 | 19:39

Gereja Terdampak Bencana Harus Segera Diperbaiki Jelang Natal

Minggu, 14 Desember 2025 | 19:16

Ida Fauziyah Ajak Relawan Bangkit Berdaya Amalkan Empat Pilar Kebangsaan

Minggu, 14 Desember 2025 | 19:07

Menkop Ferry: Koperasi Membuat Potensi Ekonomi Kalteng Lebih Adil dan Inklusif

Minggu, 14 Desember 2025 | 18:24

Salurkan 5 Ribu Sembako, Ketua MPR: Intinya Fokus Membantu Masyarakat

Minggu, 14 Desember 2025 | 18:07

Uang Rp5,25 Miliar Dipakai Bupati Lamteng Ardito untuk Lunasi Utang Kampanye Baru Temuan Awal

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:34

Thailand Berlakukan Jam Malam Imbas Konflik Perbatasan Kamboja

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:10

Teknokrat dalam Jerat Patronase

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:09

BNI Dukung Sean Gelael Awali Musim Balap 2026 di Asian Le Mans Series

Minggu, 14 Desember 2025 | 16:12

Prabowo Berharap Listrik di Lokasi Bencana Sumatera Pulih dalam Seminggu

Minggu, 14 Desember 2025 | 16:10

Selengkapnya