Berita

Ilustrasi/Net

Politik

HMI Serukan Publik Kawal KPU Dari Intimadasi Politik

SABTU, 20 APRIL 2019 | 08:28 WIB | LAPORAN: FAISAL ARISTAMA

Wasekjen Bidang Politik dan Pemerintahan PB HMI Galih Prasetyo, berpendapat bahwa saat ini Komisi Pemilihan Umum (KPU) tengah berada dalam ancaman. Karenanya, ia mengajak semua elemen untuk bersama-sama mengawal KPU secara ketat dari segala bentuk intimidasi.

"Diduga KPU dalam ancaman, berada dalam tekanan politik yang sangat tinggi. Saya mengajak semua pihak untuk bersama menjaga KPU agar tetap profesional dan terhindar dari potensi kecurangan," kata Galih dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (20/4).

Galih menilai, dugaan ancaman terhadap KPU itu nantinya potensial mengubah hasil rekapitulasi suara dan diduga akan menguntungkan salah satu paslon tertentu. Oleh sebab itu, lanjut Galih, PB HMI meminta semua elemen untuk turut mengawal KPU agar tidak tetap netral.

"Syarat Pemilu yang sehat dan berintegritas adalah adanya prinsip independensi, netralitas, imparsialitas dari penyelenggara Pemilu, yaitu KPU dan Bawaslu," tegasnya.

"KPU harus bekerja profesional dan mengawal suara rakyat dari TPS ke TPS apa adanya, jangan sampai terjadi manipulasi data yang tentu mengkhianati rakyat dan negara," imbuh Galih.

Galih menuturkan, di era media sosial ini telah tersebar banyak sekali informasi yang bisa didapatkan publik untuk mengakses informasi seperti halnya membandingkan form C1 yang tidak sesuai dengan Sistem Informasi Penghitungan Suara (Situng) di laman resmi KPU yakmi pemilu2019.kpu.go.id.

Selain itu, banyak juga tersebar video atau foto yang viral, seperti surat suara yang sudah tercoblos hingga dugaan Ketua KPPS berpihak kepada paslon tertentu dan itu menjadi catatan serius bagi KPU.

"Bukti video ataupun foto dari netizen yang viral minimal bisa dijadikan informasi awal bagi KPU atau Bawaslu untuk bertindak dan memastikan kebenaran," demikian Galih yang juga Wakil Presiden OIC Youth Indonesia.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Sekda Jabar akan Tindak Pelaku Pungli di Masjid Raya Al Jabbar

Rabu, 17 April 2024 | 03:41

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

UPDATE

Tidak Balas Dendam, Maroko Sambut Hangat Tim USM Alger di Oujda

Sabtu, 27 April 2024 | 21:50

Move On Pilpres, PDIP Siap Hadapi Pilkada 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 21:50

Absen di Acara Halal Bihalal PKS, Pengamat: Sinyal Prabowo Menolak

Sabtu, 27 April 2024 | 21:20

22 Pesawat Tempur dan Drone China Kepung Taiwan Selama Tiga Jam

Sabtu, 27 April 2024 | 21:14

Rusia Kembali Hantam Fasilitas Energi Ukraina

Sabtu, 27 April 2024 | 21:08

TETO Kecam China Usai Ubah Perubahan Rute Penerbangan Sepihak

Sabtu, 27 April 2024 | 20:24

EV Journey Experience Jakarta-Mandalika Melaju Tanpa Hambatan

Sabtu, 27 April 2024 | 20:18

Hubungan PKS dan Prabowo-Gibran, Ini Kata Surya Paloh

Sabtu, 27 April 2024 | 20:18

Gebyar Budaya Bolone Mase Tegal Raya, Wujud Syukur Kemenangan Prabowo-Gibran

Sabtu, 27 April 2024 | 19:28

Menuju Pilkada 2024, Sekjen PDIP Minta Kader Waspadai Pengkhianat

Sabtu, 27 April 2024 | 19:11

Selengkapnya