Berita

Ilustrasi/net

Hersu Corner

Masuk Kabah, Strategi Dahsyat Marketing Politik Jokowi

SELASA, 16 APRIL 2019 | 10:21 WIB | OLEH: HERSUBENO ARIEF

PENGGUNA media sosial terutama facebook,  sejak kemarin banyak yang mengeluh karena  diserbu akun-akun tak dikenal. Semua akun itu   mengirim konten yang seragam. Foto-foto Presiden Jokowi bersama keluarga masuk ke dalam Ka’bah.

Narasi yang dibangun semuanya seragam. Puja-puji terhadap Jokowi. “Hanya orang terpilih yang bisa masuk Ka’bah.”

Nampak sekali para buzzer pendukung Jokowi bekerja secara massif menggelontorkan konten itu sebagai alat kampanye di masa tenang. Beberapa akun memakai fitur promosi alias iklan di facebook. Melalui fitur ini sang pemasang iklan dapat secara spesifik membidik target berdasarkan karakteristik  usia, lokasi, minta, profesi dll.


Pesohor Yusuf Mansyur yang sebelumnya sering malu-malu menyatakan dukungan kepada Jokowi, termasuk dalam barisan buzzer yang mengupload konten itu di akun medsosnya.

Dari banjir konten Jokowi dan keluarga masuk Ka’bah,  sangat terang benderang perjalanan ibadah ini merupakan sebuah kampanye pemasaran politik  ( political marketing ) yang sangat terencana. Baik dari sisi waktu dan kontennya.
 
Dilakukan dua hari sebelum pencoblosan, dengan target spesifik mempromosikan kesalehan personal Jokowi dan keluarganya. Hal itu bisa terlihat jelas  yang menjadi  sasaran adalah akun-akun facebook mereka yang beragama Islam.

Dari sisi ide, kampanye ini juga sangat berani karena menggunakan simbol tertinggi umat Islam. Perlu keberanian super dan cara berpikir Out of The Box untuk melakukannya. Beyond our imagination.

Ada semacam keyakinan di kalangan umat Islam, kita tidak boleh bermain-main di depan Ka’bah. Tempat suci itu bisa membawa berkah, tapi juga membawa musibah bila niatnya tidak lurus.

Yang sedikit kurang dan tidak khas Jokowi adalah pose selfie atau welfie bersama keluarga. Kali ini Jokowi tidak melakukannya. Posenya dalam posisi foto peristiwa, foto berita yang terkesan natural.

Sebagai sebuah strategi kampanye, apa yang dilakukan oleh Jokowi dan timnya sah-sah saja. Mengangkat sisi ke-Islaman Jokowi selama ini tampaknya merupakan salah satu strategi andalan mereka.

Kita bisa lihat dari broadcast yang sangat massif konten foto dan video Jokowi saat menjadi imam salat. Di beberapa alat peraga kampaye foto-foto itu dilengkapi dengan pesan “sesibuk apapun, jangan lupakan salat.”

Jokowi seperti penjelasan pimpinan FPI juga mencoba bertemu dengan Imam Besar Habib Riziq Shihab. Namun permintaan itu ditolak.

Tim Jokowi tampaknya memiliki data yang akurat, kehadiran Ma’ruf Amin tidak bisa mendongkrak tingkat keterpilihannya di kalangan umat Islam. Karena itu sisi kesalehan Jokowi harus diangkat tinggi-tinggi. Umroh dan masuk ke dalam Ka’bah adalah jurus pamungkas.

Bahwa soal itu tidak etis, secara agama sangat tercela, hukumnya ria, alias membangga-banggakan diri dalam beribadah, tampaknya tidak masuk dalam pertimbangan Jokowi dan timnya. Biarlah itu menjadi  masalah privat Jokowi dengan Allah SWT.
 
Yang perlu kita soroti dari sisi kebijakan publik adalah penggunaan anggaran negara dimanfaatkan untuk kepentingan kampanye.

Dilihat dari rangkaian kegiatan Jokowi bertemu dengan Raja Salman, perjalanan ke Arab Saudi itu adalah kunjungan resmi. Dalam kapasitasnya sebagai kepala negara dia juga mendapat fasilitas kehormatan untuk masuk ke dalam Ka’bah bersama keluarganya.

Semua kepala negara/kepala pemerintahan yang beragama Islam mendapat privilege itu ketika melakukan umroh. Presiden Soeharto dan mantan PM Malaysia Najib Rajak sebelum jatuh,  juga masuk ke dalam Ka’bah ketika melakukan umroh.

Benar seperti dibangga-banggakan pendukung Jokowi, hanya orang terpilih yang bisa masuk ke dalam benda yang menjadi arah salat umat Islam seluruh dunia itu.

Namun keistimewaan itu levelnya dunia, bukan urusan akhirat seperti yang dimaksudkan oleh pendukung Jokowi. Sebagai presiden, Jokowi benar merupakan orang terpilih. Namun untuk urusan ibadah, urusan langit  hanya Allah SWT yang tahu.

Apa yang baik di mata manusia, belum tentu baik di mata Allah SWT. Begitu pula sebaliknya. Kita tidak berhak menghakiminya.
 
Kita tinggal menunggu sehari untuk membuktikan,  apakah strategi marketing politik yang tergolong nekad itu berhasil menggaet pemilih muslim.

Penulis adalah Pemerhati Ruang Publik. Artikel ini khusus dikirim ke Kantor Berita Politik RMOL.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

UPDATE

Ekonom: Pertumbuhan Ekonomi Akhir Tahun 2025 Tidak Alamiah

Jumat, 26 Desember 2025 | 22:08

Lagu Natal Abadi, Mariah Carey Pecahkan Rekor Billboard

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:46

Wakapolri Kirim 1.500 Personel Tambahan ke Lokasi Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:45

BNPB: 92,5 Persen Jalan Nasional Terdampak Bencana Sumatera Sudah Diperbaiki

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:09

Penerapan KUHP Baru Menuntut Kesiapan Aparat Penegak Hukum

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:37

Ancol dan TMII Diserbu Ribuan Pengunjung Selama Libur Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:26

Kebijakan WFA Sukses Dongkrak Sektor Ritel

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:56

Dua Warga Pendatang Yahukimo Dianiaya OTK saat Natal, Satu Tewas

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:42

21 Wilayah Bencana Sumatera Berstatus Transisi Darurat

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:32

Jangan Sampai Aceh jadi Daerah Operasi Militer Gegara Bendera GAM

Jumat, 26 Desember 2025 | 18:59

Selengkapnya