Koordinator KPI, Jeirry Sumampow/RMOL
Komite Pemilih Indonesia (KPI) mengungkap ada lima faktor yang dinilai menjadi potensi kerawanan Pemilu yang harus diperhatikan di masa tenang saat ini.
Menurut Koordinator KPI, Jeirry Sumampow, faktor pertama yang berpotensi kerawanan adalah geografis.
"Faktor geografis daerah-daerah yang secara geografis sulit dijangkau dari akses publik, transportasi, media informasi, dan komunikasi," ujar Jeirry dalam sebuah diskusi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Senin (15/4).
Kedua adalah faktor historis. Ia mengatakan, faktor daerah yang kerap menjadi langganan konflik ketika pemilu atau pilkada juga patut diwaspadai. Seperti halnya Papua, Madura, Nias Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, dan beberapa wilayah lain.
Ketiga, kata Jeirry, faktor penguasa daerah-daerah di mana kepala daerahnya menjadi salah satu paslon atau tim sukses.
Faktor selanjutnya adalah politik uang yang dinilai masih rawan. Ia menyebut, politik uang biasanya terjadi di daerah yang tingkat ekonominya rendah.
"Faktor-faktor sosiologis daerah-daerah yang secara ekonomi miskin dan masyarakat belum begitu terdidik kategori daerah seperti ini sangat mudah dimobilisasi dan rawan praktik politik uang," tandasnya.
Sementara itu faktor terakhir adalah daerah-daerah yang penyelenggara pemilunya sering melakukan manipulasi suara di pemilu sebelumnya dan tidak pernah dihukum.