Lembaga Rumah Indonesia/RMOL
Sejumlah orang dari pelbagai kalang mulai aktivis sosial, masyarakat sipil, akademisi hingga jurnalis angkat suara soal kondisi bangsa saat ini.
Mereka pun terpanggil dan merasa ikut bertanggung jawab terhadap keselamatan dan keutuhan bangsa dan tergabung dalam lembaga Rumah Indonesia.
Jurnalis senior, Dadang RHS yang juga inisiator lembaga Rumah Indonesia ini menyatakan, terbelahnya masyarakat Indonesia harus diakhiri setelah kontestasi 17 April 2019.
"Keterbelahan itu realitas politik hari-hari ini. Akui itu ada. Tugas kita semua merujukkannya. Bersama kembali menjadi Indonesia," jelas Dadang yang juga deklarator Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia ini, kepada redaksi, Jumat (12/4).
Selain itu, sambung Dadang, masyarakat diimbau untuk lebih mengutamakan keselamatan bangsa.
"Keutuhan dan keselamatan bangsa harus jadi prioritas bersama," papar Dadang.
Sementara itu, inisiator lembaga Rumah Indonesia, Nursyahbani Katjasungkana mengatakan Bangsa Indonesia tengah menghadapi satu kondisi yang dikenal dengan defisit legitimasi terhadap lembaga-lembaga negara jelang hari H pencoblosan Pemilu 2019.
"Kita sedang menghadapi defisit legitimasi," tegas Mbak Nur--sapaan akrabnya--
Nursyahbani menyebutkan salah satu penyebab defisit legitimasi belakangan ini tidak lain karena tidak adanya batas lembaga-lembaga negara terhadap politik praktis.
"Institusi yang secara kredibel bisa menjaga kebhinnekaan kian langka, hampir semua terseret dan terjebak pada politik elektoral," jelasnya.
Bukan sekedar institusi administrasi pemerintahan, kata dia, defisit legitimasi pun sudah sampai pada aparat sipil dan bersenjata yang seharusnya selalu dipercaya.
"Banyak yang merasakan bahwa institusi Polri dan TNI sudah kurang solid," tukasnya.