Berita

Hersu Corner

Isyarat Politik Sri Sultan HB IX Untuk Prabowo

SELASA, 09 APRIL 2019 | 17:26 WIB | OLEH: HERSUBENO ARIEF

DI media sosial sejak kemarin diam-diam para pendukung paslon 01 sedang  melakukan operasi "perang simbol". Foto Presiden Jokowi bersama Sri Sultan Hamengku Buwono X tiba-tiba bermunculan di medsos. Foto itu disertai caption: Jokowi Presidenku, Sri Sultan HB X Gubernurku.

Foto ini tampaknya dimaksudkan untuk menandingi munculnya pemberitaan adanya pertemuan antara Capres Prabowo Subianto dengan Sri Sultan HB X. Pertemuan berlangsung di Kantor Gubernur DIY Bangsal Kepatihan Senin siang (7/4).

Beberapa media mengangkat judul "Pesan Sri Sultan HB X Kepada Prabowo: Jaga NKRI, Pancasila, dan Keberagaman". Berita itu dilengkapi dengan foto Sri Sultan dan istri bersama Prabowo, didampingi Ketua BPN Jenderal TNI (Purn) Djoko Santoso, Rachmawati Soekarno Putri, dan Titiek Soeharto.


Foto Jokowi dengan Sultan bukanlah foto baru. Dari penelusuran digital diketahui, Jokowi saat itu tengah berada di Yogyakarta untuk membagikan sertifikat tanah (28/9/2018). Dia diundang sarapan pagi bersama Sultan di keraton. Jadi foto lama yang didaur ulang.

Jokowi kembali bertandang ke Keraton Yogyakarta Sabtu malam (23/3) ditemani Ketua Umum DPP PDIP Megawati dan Sekjen Hasto Kristiyanto. Sebelumnya dia bertemu para pendukungnya di Stadion Kridosono. Di stadion ini Jokowi menyatakan tekadnya melawan. Dia mengaku selama ini hanya diam difitnah selama 4.5 tahun.

Media memberitakan tidak ada penjelasan apapun seusai pertemuan. Tidak ada foto yang dibagikan. Wajah Jokowi, Megawati, dan Hasto terkesan tidak happy. Spekulasi berkembang, mereka ditolak Sultan. Seakan menepis spekulasi, Hasto keesokan harinya menjawab secara normatif bahwa pertemuan berlangsung  positif dan kondusif.

Bagi masyarakat Jawa khususnya tlatah Kasultanan Ngayogyakarta yang terbiasa bicara dengan bahasa isyarat, perlambang, simbol, foto dan pesan Ngarso Dalem itu merupakan sebuah isyarat kemana bandul politik Sultan sedang berayun. Karena itu perlu operasi untuk mementahkannya.

Dibandingkan dengan Jokowi, penerimaan atas kunjungan Prabowo sangat berbeda. Sama-sama berlangsung tertutup, setelah pertemuan ekspresi keduanya sangat berbeda.

Jokowi biasanya ramah melayani wartawan meninggalkan lokasi tanpa keterangan apapun. Sebaliknya Prabowo wajahnya terlihat cerah. Dia juga melayani pertanyaan wartawan. "Saya tadi sowan sekaligus kulonuwun karena mau berkampanye di Yogya. Kebetulan juga lama tidak bertemu beliau. Alhamdulillah diterima dengan baik," ujar Prabowo.

Sebelumnya ketika bertemu Cawapres Sandiaga Uno (12/10/2018) wajah Sultan juga terlihat cerah. Foto Sultan yang menyilangkan jari telunjuk dan jempolnya di dagu banyak diartikan sebagai bentuk lain dari salam dua jari.

Bisa Membaca Apa Yang Terjadi

Bagi orang Jawa bahasa tubuh seorang raja seperti Sri Sultan bisa menjadi petunjuk apa sebenarnya yang ada dalam benaknya dan apa yang akan menjadi titahnya. Mereka tinggal sendiko dawuh. Siap menjalankan perintahnya.

Orang Jawa amat jarang mengungkapkan penolakan secara terbuka, sebagai upaya untuk membangun hubungan baik dan adab sopan santun. Namun tamu, atau lawan bicara sudah harus tanggap ing sasmito. Tahu pesan apa yang disampaikan.

Kalau toh disampaikan secara verbal, biasanya tidak disampaikan dalam kalimat langsung.  Misalanya "Tetapi akan lebih baik jika...." atau "Mungkin ada opsi lain…" Kalimat tersebut seringkali disampaikan dengan gesture atau sikap isyarat tertentu, sehalus mungkin sehingga tidak menyakitkan.

Dalam komunikasi sering disebut sebagai high context. Tidak menggunakan kalimat langsung.

Komunikasi semacam inilah yang tampaknya berlangsung ketika Sultan menerima Jokowi, Mega dan Hasto. Sebagai orang Jawa ketiganya paham isyarat itu. Karena itu mereka tidak happy.

Sebaliknya ketika bertemu Prabowo dan rombongan Sri Sultan menggunakan komunikasi low context. Langsung pada persoalan.

Sultan mengatakan Prabowo harus menjaga NKRI, Pancasila, Bhineka Tunggal Ika. Sultan juga menyampaikan jika kelak Prabowo terpilih sebagai presiden agar membentuk pemerintahan yang efektif dan bisa mengembalikan kejayaan Indonesia.

Selain seorang raja yang titahnya harus ditaati, figur seperti Sultan dianggap mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki manusia biasa. Jalmo limpat seprapat tamat. Seorang yang punya kelebihan bisa membaca apa yg akan terjadi.

Ucapan Prabowo agar membentuk pemerintahan yang efektif dan mengembalikan kejayaan Indonesia harus diartikan bahwa Sultan sudah mendapat firasat, wangsit, siapa yang akan menjadi pemenang.

Di luar isyarat-isyarat politik itu, sebenarnya sudah sejak lama publik bisa membaca ada ketidaknyamanan Sultan atas pemerintahan Jokowi. Dia misalnya dengan bahasa yang halus menyatakan ketidak-setujuannya atas program "tol laut dan jalur sutra" Jokowi.

Dalam pandangannya dibangunnya beberapa pelabuhan dan bandar udara, tidak disertai membangun potensi lokal dan menyiapkan masyarakatnya. Berbagai fasilitas itu memudahkan produk dan orang asing masuk ke Indonesia. Bukan sebaliknya.

Sultan juga pernah menyatakan ketidaksetujuannya atas pengerjaan yang terburu-buru Bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo. Jokowi menargetkan bandara itu harus selesai sebelum April, saat pilpres berlangsung.

Ketika meninjau proyek itu Sultan pernah berpesan kepada pekerja agar tidak usah terburu-buru mengerjakannya. Jangan sampai seperti legenda Bandung Bondowoso yang harus membangun seribu candi hanya dalam waktu semalam. Sultan ingin kualitas bangunan bandara harus baik, tidak dibuat dengan mengabaikan kualitasnya demi mengejar waktu.

Soal pembangunan ruas jalan tol yang sangat dibanggakan Jokowi, Sultan juga punya pandangan berbeda. Dia menolak jalan tol dibangun di Yogya.

Sultan berpandangan pemerintah harusnya lebih mengutamakan membangun infrastruktur jalan reguler. Semua orang bisa mengakses, tanpa harus membayar. Jalan tol juga menjadikan daerah yang dilewati terisolir dan tidak maju pertumbuhan ekonominya. Sultan juga khawatir jalan pembangunan jalan tol akan merusak situs-situs budaya dan sejarah di Yogyakarta.

Berbagai perbedaan cara pandang dalam mengelola pembangunan itulah yang tampaknya membuat Sultan secara tersirat mulai menunjukkan kemana bandul politiknya diarahkan.

Bagi Jokowi sikap Sultan ini tentu saja tidak menggembirakan. Jogya adalah salah satu kantong suaranya. Pada Pilpres 2014 Jokowi unggul di Yogyakarta dengan meraih 55,81 persen suara, sementara Prabowo hanya meraih 44,19 persen.

Sikap politik Sultan dipastikan akan mengubah konstelasi politik di tlatah Mataram. Akan terjadi migrasi politik besar mengikuti langkah Ngarso Dalem.

Satu persatu wilayah yang sebelumnya dikuasai Jokowi, jatuh ke tangan Prabowo.

Penulis adalah pemerhati ruang publik. Artikel ini khusus dikirim ke Kantor Berita Politik RMOL.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

UPDATE

Ekonom: Pertumbuhan Ekonomi Akhir Tahun 2025 Tidak Alamiah

Jumat, 26 Desember 2025 | 22:08

Lagu Natal Abadi, Mariah Carey Pecahkan Rekor Billboard

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:46

Wakapolri Kirim 1.500 Personel Tambahan ke Lokasi Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:45

BNPB: 92,5 Persen Jalan Nasional Terdampak Bencana Sumatera Sudah Diperbaiki

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:09

Penerapan KUHP Baru Menuntut Kesiapan Aparat Penegak Hukum

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:37

Ancol dan TMII Diserbu Ribuan Pengunjung Selama Libur Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:26

Kebijakan WFA Sukses Dongkrak Sektor Ritel

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:56

Dua Warga Pendatang Yahukimo Dianiaya OTK saat Natal, Satu Tewas

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:42

21 Wilayah Bencana Sumatera Berstatus Transisi Darurat

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:32

Jangan Sampai Aceh jadi Daerah Operasi Militer Gegara Bendera GAM

Jumat, 26 Desember 2025 | 18:59

Selengkapnya