Berita

Ilustrasi/Net

Publika

Plea To Foreign Observers

SABTU, 23 MARET 2019 | 08:06 WIB | OLEH: ZENG WEI JIAN

SEORANG preman bernama Iwan Bopeng mengintimidasi orang-orang di bilik suara. Dia adalah pengikut garis keras Gubernur Ahok di Jakarta.

"Hei, jangankan kalian anak kecil, tentara saja saya libas," ujar Si Bopeng kepada kerumunan.

Pertunjukan itu memicu kemarahan nasional. Iwan Bopeng segera menjadi selebriti sosial media. Personel Angkatan Darat menanggapi. Begitu juga beberapa orang semi-milisi.

Mendeteksi bahaya yang akan datang atas hidupnya, Si Bopeng merilis video permintaan maaf. Semua orang mencarinya. Dia menjadi individu yang paling dicari. Namun, dia menghilang ke udara. Sampai sekarang, tidak ada orang yang tahu di mana dia bersembunyi.

Rumor mengatakan, petinggi partai yang berkuasa menyembunyikan dan melindunginya.

Itu adalah adegan kecil dari putaran pertama pemilihan gubernur di Jakarta. Ketika sampai pada babak final, ribuan pria dan wanita dari luar provinsi Jakarta berbondong-bondong ke ibukota. Mereka dengan hati-hati menjaga setiap bilik suara untuk mengawasi dan menjaga bilik suara dari manipulasi, termasuk intimidasi gaya Iwan Bopeng.

Mengirim kelompok preman adalah modus operandi lain untuk mengintimidasi para pemilih, untuk mendorong hasil suara. Dalam pemilihan umum negara dunia ketiga yang semu demokratis, politik uang dan manipulasi adalah praktik yang umum.

Adegan di atas soal Iwan Bopeng akan meningkat dalam ruang lingkup dan besarnya dalam Pemilu April mendatang dengan 185.084.629 pemilih dan 805.068 bilik suara.

Demokrasi tidak berarti pemilihan saja, tetapi pemilihan yang adil, kredibel dan partisipatif adalah landasan demokrasi. Esensi dari Pemilihan Umum bulan April 2019 adalah perjuangan rakyat melawan rezim Presiden Joko Widodo yang sedang berkuasa dengan pertumbuhan yang hanya ekonomi 5 persen.

Keterpilihan (elektabilitas) Jokowi yang gagal itu jatuh secara dramatis. Orang-orang sudah menyadari strategi Scarmongering dan Islamophobia yang ditanamkan oleh kelompok tertentu di dalam rezim.

Iming-iming untuk memerintah dan untuk mengkompensasi perbedaan, banyak orang khawatir, oknum mencurigakan berbalut setelah pemerintah akan melakukan manipulasi dan mengatur panggung pencoblosan seperti apa yang mereka kehendaki.

Gejalanya jelas, panitia pemilihan (KPU) telah memutuskan untuk menggunakan kotak suara kardus yang begitu mudah untuk rusak. Risiko meningkat ketika aparat negara tidak dalam zona netral. Alhasil, proses demokrasi tidak akan hadir di tengah masyrakat.

Dengan demikian, memiliki pengamat pemilu, baik nasional maupun asing, merupakan elemen penting dalam memastikan pemilu yang kredibel dan dapat diterima.
Penulis adalah aktivis Komunitas Tionghoa Anti Korupsi (Komtak).

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Misi Dagang ke Maroko Catatkan Transaksi Potensial Rp276 Miliar

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:51

Zita Anjani Bagi-bagi #KopiuntukPalestina di CFD Jakarta

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:41

Bapanas: Perlu Mental Berdikari agar Produk Dalam Negeri Dapat Ditingkatkan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:33

Sadiq Khan dari Partai Buruh Terpilih Kembali Jadi Walikota London

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:22

Studi Privat Dua Hari di Taipei, Perdalam Teknologi Kecantikan Terbaru

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:14

Kekuasaan Terlalu Besar Cenderung Disalahgunakan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:09

Demi Demokrasi Sehat, PKS Jangan Gabung Prabowo-Gibran

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:04

Demonstran Pro-Palestina Lakukan Protes di Acara Wisuda Universitas Michigan

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:57

Presidential Club Patut Diapresiasi

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:37

PKS Tertarik Bedah Ide Prabowo Bentuk Klub Presiden

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:11

Selengkapnya