Berita

Pembangunan infrastruktur/Net

Nusantara

Pembangunan Infrastruktur Pakai Dana BPJS Informasi Sesat

RABU, 27 FEBRUARI 2019 | 20:20 WIB | LAPORAN:

Partai Nasdem memastikan bahwa rumor penggunaan dana Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur adalah informasi sesat alias hoax.

Untuk itu, masyarakat diminta cerdas mengonsumsi informasi yang bertujuan memecah belah bangsa, terlebih menjelang Pemilu 2019.

Demikian disampaikan politisi Nasdem Ahmad Sahroni saat temu warga di Jalan Kalibaru Timur, Cilincing, Jakarta Utara, Rabu (27/2).

"Saya pastikan itu hoax," katanya.

Anggota Komisi III DPR RI itu menuturkan, pemerintah telah membangun jalan baru sepanjang 2.650 kilometer, jalan tol 1.000 kilometer serta pemeliharaan jalan sepanjang 46.770 kilometer. Tak hanya infrastruktur jalan, pembangunan jalur kereta api juga digarap sepanjang 3.258 kilometer di Pulau Jawa, Sulawesi, Sumatera, hingga Kalimantan.

Di sektor udara, pemerintah membangun 15 bandara baru dan pengadaan 20 pesawat perintis. Demikian halnya di sektor laut dengan membangun 24 pelabuhan baru, pengadaan 26 kapal barang perintis, serta pengadaan kapal ternak dan 500 unit kapal rakyat.

"Ini semua tujuannya untuk pemerataan pembangunan. Seluruh rakyat merasakan pembangunan, tidak lagi hanya terkonsentrasi di Pulau Jawa," jelas Sahroni.

Menurutnya, untuk merealisasikan pembangunan infrastruktur, pemerintah melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 menggelontorkan dana sebesar Rp 4.700 triliun.

Sahroni merinci bahwa sumber pembiayaan diperoleh dari APBN, pengampunan pajak atau tax amnesty, kerja sama dengan investor asing, dan utang luar negeri.
 
"Kontribusi dari APBN sebanyak 41,3 persen atau sebesar Rp 1.941 triliun. Kemudian BUMN sebesar 22 persen atau Rp 1.034 triliun, dan kontribusi swasta sebesar 36,7 persen atau senilai Rp 1.725 triliun. Jadi tidak ada dana BPJS yang dipakai untuk pembangunan infrstruktur," paparnya.

Sahroni pun mengingatkan masyarakat untuk cerdas dan bijak mencerna informasi dari sosial media yang kerap dipertanyakan validitas datanya.

"Seringkali informasi di medsos itu bertujuan memecah belah kita untuk kepentingan politik sesaat. Mari kita bijak mencerna informasi," imbuhnya. ***

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Pengukuhan Petugas Haji

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:04

Chili Siap Jadi Mitra Ekonomi Strategis Indonesia di Amerika Selatan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:02

Basri Baco: Sekolah Gratis Bisa Jadi Kado Indah Heru Budi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:42

Pemprov DKI Tak Ingin Polusi Udara Buruk 2023 Terulang

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:24

Catat, Ganjil Genap di Jakarta Ditiadakan 9-10 Mei

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:22

BMKG Prediksi Juni Puncak Musim Kemarau di Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:27

Patuhi Telegram Kabareskrim, Rio Reifan Tak akan Direhabilitasi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:05

Airlangga dan Menteri Ekonomi Jepang Sepakat Jalankan 3 Proyek Prioritas Transisi Energi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:00

Zaki Tolak Bocorkan soal Koalisi Pilkada Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:35

Bertemu Wakil PM Belanda, Airlangga Bicara soal Kerja Sama Giant Sea Wall

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:22

Selengkapnya