Berita

Foto/Net

X-Files

Setya Novanto Minta Kotjo Ajari Anaknya Manajemen

Sidang Lanjutan Terdakwa Idrus Marham
RABU, 20 FEBRUARI 2019 | 09:12 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Pemegang saham Blackgold Natural Resource Limited (BNRL) Johannes Budisutrisno Kotjo diminta mantan ketua DPR Setya Novanto (Setnov) mengajarkan ilmu manajemen pada anaknya, Reza Herwindo.

 Hal itu diungkap Kotjo saat bersaksi untuk terdakwa penerima suap proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap-Mulut Tambang (PLTU-MT) Riau I, Idrus Marham di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, kemarin.

Kotjo mengaku, awalnya meminta bantuan Setnov ber­temu Direktur Utama PT PLN (Persero) Sofyan Basir. Atas permintaan itu, Setnov mengenalkan Kotjo kepada mantan wakil ketua Komisi VII DPR, Eni Maulani Saragih, untuk mem­fasilitasi keperluannya.

"Saya dikenalkan Ibu Eni di ruangan Pak Setnov, di DPR. Disampaikan Bu Eni anggota Komisi VII," ujarnya.

Pertemuan terkait proyek PLTU berlanjut. Pembicaraan dilakukan di Hotel Fairmount. Pada agenda makan siang di Resto House of Yen. Kotjo me­nyampaikan keinginan meng­garap proyek PLTU.

"Saya ingin supaya bisa ketemu Pak Sofyan dengan cepat. (Yang hadir) Bu Eni dengan asisten­nya dan anak Pak Setnov, Reza, James Rijanto dan saya," beber Kotjo menjawab pertanyaan Jaksa Penuntut Umum (JPU) pada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Jaksa Ronald Worotikan melanjutkan pertanyaan, ke­napa Reza Herwindo hadir dalam pertemuan. Kotjo pun menjelaskan bahwa Setnov yang sudah dikenalnya puluhan tahun, ingin anaknya diajari ilmu manajemen untuk mengu­rus bisnis keluarga.

"Pak Novanto tuh nitipin anaknya ke saya, supaya dia mengerti lah. Manajemen. Belajar," jelas­nya. Jaksa kemudian mengkon­firmasi hal itu kepada Setnov, yang juga dihadirkan sebagai saksi. Menurut Setnov, dirinya ingin anaknya dapat mengikut jejak kesuksesan Kojto.

"Saya kan dengan Kotjo itu, banggalah. Dan anak saya, sayasuruh belajar ekpor-impor, kebetulan dia punya saudara James. Terus dengan James-lah dia selalu diajak belajar manaje­men," ujar SetNov.

James yang dimaksud adalah James Rijanto, Direktur PT Samantaka Batubara, anak perusahaan Blackgold di Indonesia. Perusahaan itu, tergabung dalam konsorsium PLTU-MT Riau I bersama PT Pembangkit Jawa Bali (PJBI), BNRL, dan China Huadian Engineering Company Limited (CHEC, Ltd).

Jaksa menyoal, apakah Setnov sengaja meminta Reza untuk mengawal proyek tersebut. Pertanyaan itu dijawab mantan ketua fraksi Partai Golkar DPR itu dengan santai. Dia bilang, Reza hadir dalam pertemuan atas ajakan James.

"Engak, karena waktu saya tanya kamu (Reza) ikut eng­gak pertemuan di Fairmount? (Dijawab) Ikut, diajak James ketemu Pak Kotjo, terus enggak lama (ketemu) saya keluar," tutur Setnov menyampaikan pernyataan anaknya.

Namun keterangan Kotjo dan Setnov berbeda dengan kesaksian terdakwa Eni Maulani Saragih. Saat diperiksa sebagai saksi untuk terdakwa Kotjo pada Kamis, 11 Oktober 2018, Eni mengatakan bahwa pertemuan di Hotel Fairmount merupakan inisiasi dari Reza Herwindo.

Eni menuturkan pertemuan di Fairmont itu merupakan tindak lanjut pertemuan sebelumnya antara dirinya, Reza dan Setnov di Gedung DPR pada 2015. Dalam pertemuan itu, Setnov yang jadi Ketum Partai Golkar itu memintanya membantu Reza, sekaligus mengawal proyek-proyek Kotjo di PT PLN.

"Anaknya Pak Novanto, Reza yang menyambungkan danmembuat pertemuan di hotel Fairmont antara saya dan Pak Kotjo," beber Eni.

Dalam perkara suap proyek PLTU-MT Riau I, KPK menjerat Eni dan Idrus sebagai tersangka penerima suap. Eni didakwa menerima suap Rp 4,750 miliar dari Kotjo. Suap itu diberikan karena perannya membantu bos BNRL mendapatkan proyek di PLN. Sementara Idrus didakwa menerima suap senilai Rp 2,250 miliar yang merupakan bagian dari uang yang diterima Eni.

Kotjo sudah divonis 2 tahun 8 bulan oleh Pengadilan Tipikor. Vonis itu diperberat Pengadikan Tinggi DKI menjadi 4,5 tahun penjara. Majelis hakim juga menghukum Kotjo membayar denda Rp 250 juta subsider 3 bulan kurungan karena dinilai terbukti bersalah melakukan suap. ***

Populer

Jaksa Agung Tidak Jujur, Jam Tangan Breitling Limited Edition Tidak Masuk LHKPN

Kamis, 21 November 2024 | 08:14

MUI Imbau Umat Islam Tak Pilih Pemimpin Pendukung Dinasti Politik

Jumat, 22 November 2024 | 09:27

Kejagung Periksa OC Kaligis serta Anak-Istri Zarof Ricar

Selasa, 26 November 2024 | 00:21

Rusia Siap Bombardir Ukraina dengan Rudal Hipersonik Oreshnik, Harga Minyak Langsung Naik

Sabtu, 23 November 2024 | 07:41

Ini Identitas 8 Orang yang Terjaring OTT KPK di Bengkulu

Minggu, 24 November 2024 | 16:14

Sikap Jokowi Munculkan Potensi konflik di Pilkada Jateng dan Jakarta

Senin, 25 November 2024 | 18:57

Legislator PKS Soroti Deindustrialisasi Jadi Mimpi Buruk Industri

Rabu, 20 November 2024 | 13:30

UPDATE

Jokowi Tak Serius Dukung RK-Suswono

Jumat, 29 November 2024 | 08:08

Ferdian Dwi Purwoko Tetap jadi Kesatria

Jumat, 29 November 2024 | 06:52

Pergantian Manajer Bikin Kantong Man United Terkuras Rp430 Miliar

Jumat, 29 November 2024 | 06:36

Perolehan Suara Tak Sesuai Harapan, Andika-Hendi: Kami Mohon Maaf

Jumat, 29 November 2024 | 06:18

Kita Bangsa Dermawan

Jumat, 29 November 2024 | 06:12

Pemerintah Beri Sinyal Lanjutkan Subsidi, Harga EV Diprediksi Tetap Kompetitif

Jumat, 29 November 2024 | 05:59

PDIP Akan Gugat Hasil Pilgub Banten, Tim Andra Soni: Enggak Masalah

Jumat, 29 November 2024 | 05:46

Sejumlah Petahana Tumbang di Pilkada Lampung, Pengamat: Masyarakat Ingin Perubahan

Jumat, 29 November 2024 | 05:31

Tim Hukum Mualem-Dek Fadh Tak Gentar dengan Gugatan Paslon 01

Jumat, 29 November 2024 | 05:15

Partisipasi Pemilih Hanya 55 Persen, KPU Kota Bekasi Dinilai Gagal

Jumat, 29 November 2024 | 04:56

Selengkapnya