Berita

Pengamat hubungan internasional Dinna Wisnu/RMOL

Dunia

Nobel Perdamaian Untuk Trump, Wujud Semenanjung Korea Tanpa Nuklir Dipertanyakan

RABU, 20 FEBRUARI 2019 | 05:23 WIB | LAPORAN:

Rencana pemberian Penghargaan Nobel Perdamaian 2019 untuk Presiden Amerika Serikat Donald Trump dinilai tidak tepat, lantaran perdamaian di Semenanjung Korea tanpa nuklir belum sepenuhnya terwujud.

Hal itu disampaikan pengamat hubungan internasional dari Universitas Bina Nusantara (Binus) Dinna Wisnu saat dihubungi Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (20/2).

"Intinya berita itu menunjukkan bahwa hadiah Nobel itu sedang tidak relevan untuk dijadikan rujukan global saat ini. Sifatnya lebih politis untuk memfasilitasi kekuasaan dan bukannya perdamaian yang sesungguhnya," jelasnya.


Terlebih, Trump merupakan sosok yang mendorong permusuhan dengan tetangganya sendiri seperti Meksiko, Tiongkok, Iran, dan Venezuela.

Selain itu, kebijakan Trump juga telah membuat AS menarik diri dari negara-negara yang berupaya untuk mewujudkan perdamaian di dunia.

"Bagaimana mungkin Trump yang mengobarkan semangat permusuhan dengan tetangganya Meksiko, dengan China, Iran, Venezuela, juga menarik diri dari kerja sama banyak negara yang bertujuan melawan perubahan iklim dan lainnya malah dianggap pahlawan perdamaian," tutur Dinna.

Lanjutnya, selain Trump, penghargaan Nobel juga tidak tepat diberikan kepada Pemimpin Tertinggi Republik Demokratik Rakyat Korea Kim Jong-un.

"Momennya tidak tepat ke Trump maupun Kim Jong-un. Lagipula perdamaian Semenanjung Korea tanpa nuklir belum sungguh terwujud," tegas Dinna.

Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe akan menominasikan Trump untuk menerima Nobel Perdamaian 2019, namun beredar isu bahwa pemberian penghargaan ditunda karena permintaan dari Washington.

Selain itu, pada Jumat (15/2), Trump juga mengklaim bahwa Abe mencalonkannya untuk penghargaan prestisius tersebut, di mana Trump mengaku memiliki bukti salinan surat nominasi setebal lima halaman yang dikirimkan Abe kepadanya yang ditujukan pada Komite Penghargaan Nobel Perdamaian. [wah]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Laksdya Erwin Tinjau Distribusi Bantuan di Aceh Tamiang

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:55

Jembatan Merah Putih

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:40

Kongres Perempuan 1928 Landasan Spirit Menuju Keadilan Gender

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:13

Menko AHY Lepas Bantuan Kemanusiaan Lewat KRI Semarang-594

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:55

Membeli Damai dan Menjual Perang

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:32

Komdigi Gandeng TNI Pulihkan Infrastruktur Komunikasi di Aceh

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:08

Rocky Gerung: Kita Minta Presiden Prabowo Menjadi Leader, Bukan Dealer

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:45

DPRD Minta Pemkot Bogor Komitmen Tingkatkan Mutu Pendidikan

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:27

Kebijakan Mualem Pakai Hati Nurani Banjir Pujian Warganet

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:09

Pemilihan Kepala Daerah Lewat DPRD Bikin Pemerintahan Stabil

Selasa, 23 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya