Berita

Industri Kapal Selam/Net

Pertahanan

Pertempuran Bawah Air, Australia Borong Barracuda

KAMIS, 14 FEBRUARI 2019 | 17:25 WIB | LAPORAN: A KARYANTO KARSONO

. Persaingan alat utama sistem senjata (alutsista) bawah air di kawasan Asia pasifik tampaknya akan semakin seru. Tak mau kalah, Australia juga mengakuisisi kapal selam untuk angkatan lautnya. Tak tanggung-tanggung, Negeri Kanguru memborong 12 unit kapal selam.
 
Dari 12 unit kapal selam yang diborong, istimewanya, bukan hanya baru, namun benar-benar baru. Belum pernah ada sebelumnya. Kapal selam yang dibeli Australia merupakan jenis baru, bahkan belum dioperasikan Prancis, negara pembuatnya.

Kelas kapal selam untuk Australia, sementara ini memang belum diberi nama resmi. Desainnya diambil dari kelas Barracuda milik AL Prancis yang bertenaga nuklir. Hanya saja, kapal selam baru (yang sementara ini disebut “Shortfin Barracuda” di kalangan industri) itu bertenaga diesel-elektrik alias konvensional (non nuklir).


Informasi yang berkembangan di kalangan pemerhati Alutsista, nilai kontrak antara pemerintah Australia dengan Naval Group Prancis, sekitar 50 milyar dolar Australia (38 milyar dolar AS), atau dengan kurs saat ini sekitar 550 trilyun Rupiah!

Nilai sebesar itu mencakup pematangan desain, integrasi sistem manajemen tempur (combat system) pilihan Australia, integrasi persenjataan (torpedo dan rudal jelajah anti kapal), pelatihan awak dan pemeliharaan awal. Termasuk penyiapan infrastruktur untuk pembangunan kapal selam di Australia.

Hal yang disebut terakhir itulah yang dinilai penting oleh publik Australia. Dengan skema kerja sama dan alih teknologi dalam pembangunan kapal selam tersebut, diperkirakan sekitar 1.600 orang tenaga terampil Australia akan diserap dalam megaproyek tersebut hingga tahun 2029.

Keuntungan seperti inilah yang didapat jika membeli alutsista dalam jumlah besar, bukan “ketengan”. Dengan kuantitas pembelian dalam jumlah besar, posisi tawar pembeli jadi besar, sehingga posisi dalam negosiasi alih teknologi pun jadi kuat.

Meski menjanjikan banyak hal positif dari segi teknologi (kemampuan tempur maupun alih teknologi) dan penyerapan lapangan kerja, bukan berarti megaproyek ini tak menuai kritik.

Kalangan oposisi Australia menyoroti lambatnya keputusan pengadaan kapal selam ini. Mengingat unit pertama baru bisa diserahterimakan pada tahun 2030. Itu pun kalau tidak meleset jadwalnya.

Dalam kurun “penantian” hingga waktu tersebut, dikhawatirkan kapal-kapal selam China sudah lebih dulu “merajai” kawasan perairan Asia Pasifik. Memang secara politis yang jadi fokus militer Australia saat ini adalah meningkatkan daya gentar (deterrent) untuk menghadapi dominasi militer China di kawasan. [yls]

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

Wakil Wali Kota Bandung Erwin Ajukan Praperadilan

Kamis, 18 Desember 2025 | 04:05

Prabowo Diminta Ambil Alih Perpol 10/2025

Kamis, 18 Desember 2025 | 04:00

BNPB Kebut Penanganan Bencana di Pedalaman Aceh

Kamis, 18 Desember 2025 | 03:32

Tren Mantan Pejabat Digugat Cerai

Kamis, 18 Desember 2025 | 03:09

KPID DKI Dituntut Kontrol Mental dan Akhlak Penonton Televisi

Kamis, 18 Desember 2025 | 03:01

Periksa Pohon Rawan Tumbang

Kamis, 18 Desember 2025 | 02:40

Dua Oknum Polisi Pengeroyok Mata Elang Dipecat, Empat Demosi

Kamis, 18 Desember 2025 | 02:13

Andi Azwan Cs Diusir dalam Gelar Perkara Khusus Ijazah Jokowi

Kamis, 18 Desember 2025 | 02:01

Walikota Jakbar Iin Mutmainnah Pernah Jadi SPG

Kamis, 18 Desember 2025 | 01:31

Ini Tanggapan Direktur PT SRM soal 15 WN China Serang Prajurit TNI

Kamis, 18 Desember 2025 | 01:09

Selengkapnya