Berita

Jokowi/Net

Hersu Corner

Pekan Blunder Nasional Para Pendukung Jokowi

SABTU, 02 FEBRUARI 2019 | 20:38 WIB | OLEH: HERSUBENO ARIEF

PEKAN terakhir bulan Januari dan awal Februari ini layak kita nobatkan sebagai “pekan blunder nasional.”

Hanya dalam waktu dua hari, menteri dan ketua umum partai pendukung Jokowi membuat tiga blunder besar. Dalam pertandingan sepakbola,  peristiwa semacam ini disebut sebagai hattrick gol bunuh diri. Peristiwa yang jarang terjadi.

Blunder pertama dilakukan oleh Menkominfo Rudi Antara. Kamis (31/1) Chief RA, begitu dia biasa dipanggil, marah kepada seorang pegawai yang menyatakan sesuai keyakinan memilih nomor dua setelah mendengar visi misinya.

Nomor 02 adalah paslon Prabowo-Sandi pada Pilpres 2019. Padahal yang ditanyakan pilihan desain poster untuk kampanye sosialisasi pemilu. Saking sebelnya Rudi langsung marah dan bertanya “Yang gaji kamu siapa?!”

Kemarahan Rudi ini kemudian menjadi trending topic yang paling banyak dibicarakan warga dunia maya di Indonesia, bahkan dunia.

Selang sehari kemudian Jumat (1/2) Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi menambah gol bunuh diri. Dia mencabut surat edaran  menyanyikan lagu Indonesia Raya sebelum pemutaran film di bioskop.

Surat Edaran tersebut diterbitkan pada Rabu (30/1) dengan tujuan menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta Tanah Air di kalangan generasi muda. Namun karena mendapat respon negatif, selang dua hari kemudian dicabut.

Pada hari yang sama beredar rekaman video Kiai Maimoen Zubair (Mbah Moen) salah mendoakan Prabowo menjadi Presiden RI, padahal di sebelahnya Jokowi duduk dengan takzim dan dua tangan terangkat, mengaminkan doa itu. Video tersebut langsung viral dan menjadi trending topic utama di Indonesia.

Yang jadi masalah ternyata dalam video tersebut tampak Ketua Umum PPP Romahurmuziy (Rommy) segera menghampiri Mbah Moen dan minta agar doa tersebut diralat.

Tak hanya sampai di situ, ternyata Rommy bersama Jokowi “mengejar” Mbah Moen sampai ke kamar tidurnya. Di kamar tersebut Rommy nge-vlog dan terlihat mengarahkan Mbah Moen agar mendoakan Jokowi sebagai Presiden RI.

Ada kesan sangat kuat Rommy memaksakan Mbah Moen untuk mengucapkan dukungan kepada Jokowi. Namun Mbah Moen terlihat sangat diplomatis menanggapi tekanan Rommy.

Kian Menggerus Elektabilitas

Dilihat dari kadar kesalahan, dua gol bunuh diri yang dibuat oleh Rudi Antara, dan Rommy paling parah. Sementara gol bunuh diri yang dibuat oleh Imam Nahrawi kadarnya tergolong lumayan.

Apa yang dlakukan Rudi adalah sebuah fenomena “gunung es” di kalangan pemerintahan Jokowi. Mereka menganggap  dirinya sebagai personifikasi negara.

Dalam literatur politik kenegaraan, pemikiran semacam itu sering dikaitkan dengan ucapan Raja Louis XIV dari Perancis yang pernah berucap “ L'État, c'est moi,” negara adalah saya. Sebuah cara berpikir bahwa seorang raja mempunyai kekuasaan yang mutlak.

Rudi bukan satu-satunya orang yang berpikir semacam itu. Klaim-klaim keberhasilan pembangunan oleh pemerintahan Jokowi, menunjukkan ada kecenderungan pengkultusan pribadi. Jokowi juga pernah menyanyikan sebuah lagu yang direkam dan disebar ke publik “Saya Pancasila. Saya Indonesia.”

Kemarahan Rudi kepada pegawai yang menyebar luas ke publik itu dapat dipastikan akan menggerus secara signifikan elektabilitas Jokowi di kalangan Aparatur Sipil Negara (ASN). Sikap itu juga akan berpengaruh besar terhadap mereka yang belum memutuskan pilihan (undecided voter). Mereka tidak suka dengan perilaku arogan seorang pejabat, dan menganggap dirinya sebagai negara.

Setelah Rudi, gol bunuh diri Rommy juga akan berdampak serius terutama di kalangan para santri, khususnya kaum nahdliyin.

Sikap Rommy mengejar Mbah Moen sampai di kamar pribadi, bisa dianggap sebagai su’ul adab. Perangai buruk yang tidak pada tempatnya  dilakukan seorang santri kepada seorang kiai yang sangat dihormati.

Kamar kiai sepuh itu selama ini adalah wilayah privat yang sangat “dikeramatkan” oleh para santrinya. Tidak sembarangan tamu boleh masuk, kecuali memang diundang masuk.

Mbah Moen adalah seorang kiai sepuh yang sangat dihormati. Para santrinya yang sering disebut sebagai santri Sarang jumlahnya sangat besar.  

Pada bulan September 2018 Prabowo Subianto juga sempat berkunjung ke rumah Mbah Moen. Saat itu Prabowo didoakan menjadi pemimpin Indonesia. Kali ini tidak ada kesalahan. Mbah Moen dengan tepat melafadzkan doanya.

Gol bunuh diri Imam Nahrawi  boleh lah kita sebut kesalahan yang relatif ringan. Namun kesalahan tersebut sangat sering terjadi dalam pemerintahan Jokowi.  Pembatalan sebuah keputusan hanya dalam hitungan hari, bahkan jam, sangat sering terjadi.

Pekan lalu keputusan Jokowi membebaskan Abu Bakar Baasyir dari penjara mendapat sorotan tajam dan banyak dikritik. Analisis internal TKN menyebut dapat berdampak menggerus elektabilitas Jokowi sampai 4 persen.

Keputusan tersebut kemudian dibatalkan oleh pemerintah. Menko Polhukam Wiranto bahkan menyebut sebagai keputusan presiden yang grusah-grusuh.

Dengan banyaknya keputusan yang dianulir, maka gol bunuh diri Imam Nahrawi tidak bisa lagi dianggap sebagai kesalahan ringan. Langkahnya menerbitkan Surat Edaran dan dua hari kemudian dicabut, semakin menegaskan amburadulnya administrasi pemerintahan Jokowi.

Dengan semakin dekatnya hari pemungutan suara, dan tekanan publik yang semakin keras, tidak tertutup kemungkinan Jokowi dan timnya akan kembali melakukan blunder-blunder besar.

Dalam pertandingan sepakbola, sebuah tim yang tertekan, biasanya akan semakin banyak melakukan kesalahan  di menit-menit akhir (injury time). Tanda-tanda itu terlihat nyata pada Jokowi dan para pendukungnya.

Tiga gol bunuh diri berturut-turut pada partai final, biasanya menunjukkan sebuah tim sudah panik. Mereka ngotot mengejar selisih gol, tapi lupa bertahan.

Apakah Jokowi dan TKN bisa membalikkan posisi, dan mengangkat kembali moral tim yang sedang runtuh?

Ketua TKN Erick Thohir sebagai kapten tim Jokowi mengaku sudah tak sabar menunggu Pilpres pada tanggal 17 April 2019. Dia ingin cepat-cepat kembali ke habitatnya semula sebagai pedagang. Tekanan politik nampaknya terlalu berat untuk ditanggungnya. [***]

Penulis adalah Pemerhati Ruang Publik. Artikel ini dikirim untuk Kantor Berita Politik RMOL.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Lanal Banten dan Stakeholder Berjibaku Padamkan Api di Kapal MT. Gebang

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:55

Indonesia Tetapkan 5,5 Juta Hektare Kawasan Konservasi untuk Habitat Penyu

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:41

Kepercayaan Global Terus Meningkat pada Dunia Pelayaran Indonesia

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:27

TNI AU Distribusikan Bantuan Korban Banjir di Sulsel Pakai Helikopter

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:05

Taruna Jadi Korban Kekerasan, Alumni Minta Ketua STIP Mundur

Minggu, 05 Mei 2024 | 18:42

Gerindra Minta Jangan Adu Domba Relawan dan TKN

Minggu, 05 Mei 2024 | 18:19

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

Jadi Lokasi Mesum, Satpol PP Bangun Posko Keamanan di RTH Tubagus Angke

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:24

Perbenihan Nasional Ikan Nila Diperluas untuk Datangkan Cuan

Minggu, 05 Mei 2024 | 16:59

Komandan KRI Diponegoro-365 Sowan ke Pimpinan AL Cyprus

Minggu, 05 Mei 2024 | 16:52

Selengkapnya