Berita

Jokowi-Ma'ruf/Net

Politik

Rasa Malu Itu Telah Mati

JUMAT, 18 JANUARI 2019 | 14:40 WIB | OLEH: ZENG WEI JIAN

DEBAT Capres dan Cawapres semalam bukan soal "contekan". Trump dan Hillary pun bawa oret-oretan. No problem at all.

Masalah krusial dari duel capres adalah "the descent of decency", penurunan standar kepantasan politik. Benar kata Evan Siegfried, a Republican pollster and strategist, "There’s a moral problem in politics".

The descent of decency itu seputar rasa malu. "Shame is a particularly useful tool in enforcing social norms," kata Jennifer Jacquet, a professor at New York University and the author of "Is Shame Necessary? New Uses for an Old Tool".


Serangan Joko Widodo begitu beringas. Sayang banyak ngawurnya. Nyolotan. Tatapan matanya kadang setajam silet. Kiai Ma'ruf tampak lain. Pucat. No flare. Seolah kulit mukanya di-peeling. Terkesan kaku.

Ada gap besar antara yang dikatakan dengan realitas. Berulang kali, Joko Widodo mengatakan "lapor-lapor-lapor" dan "akan-akan-akan". Ekspresi ini merupakan metode active defense. Nyerang untuk bertahan.

Faktanya, rakyat merasa ada tebang-pilih dalam penegakan hukum. Pendukung oposisi ditangkepin. Sebaliknya, pendukung Status Quo bebas berkeliaran. Kasus Novel Baswedan; Mangkrakkk...!!

Sewaktu ditanya seputar posisi strategis diisi oleh orang partai, Joko Widodo reply akan merevisi peraturan.

Jurus "well-crafted apology" ditemukan ketika Joko Widodo menjawab soal "konflik interest" yang diajukan Prabowo.

Awalnya, Joko Widodo tampak kurang memahami pertanyaan itu. Sehingga Prabowo terpaksa mengulang dengan contoh deskripsi kasus penyataan Kepala Bulog dan Menteri Pertanian yang menyatakan stock beras cukup sehingga tidak perlu impor. Tapi Menteri Perdagangan malah mengajukan impor.

Joko Widodo menyatakan malah senang ada menteri saling beda pendapat. Artinya saling mengawasi.

Syahdan, menteri negara punya tupoksi tambahan saling mengawasi. Bukannya fokus kerja sesuai jobdesk dan bidang masing-masing.

Dipecatnya Rizal Ramli dan Sudirman Said yang beda pendapat sehingga bikin gaduh merupakan contoh gap antara 'kata' dan 'fakta'.

Jurus ngeles Joko Widodo itu sepadan dengan Tim Sutton, a Republican county commissioner in North Carolina, yang menyatakan Black-African bukan "slaves" tetapi "humanely treated workers".

Seorang politisi konservatis Bill Kristol menyebut dua terminology i.e. "vulgarity and shamelessness".

Kedua istilah itu terasa muncul sewaktu Joko Widodo menyerang Partai Gerindra dan Prabowo sebagai partai yang paling banyak mengusung ex napi koruptor.

Spinning the data, ICW malah menyebut Partai Golkar sebagai partai pengusung ex napi koruptor. Jumlahnya 8 orang caleg plus 6 orang dari Hanura.

Selain itu, Joko Widodo mengulas "kompetensi-based recruitmen dan bukan berdasar finansial".

Tiba-tiba dia menyatakan (+/-) "Nyatanya saya terpilih menjadi Gubernur DKI tanpa modal finansial dan Pak Prabowo tahu itu".

Ya dia (dan Ahok) memang tidak keluar uang. Hasyim Joyohadikusumo yang bayarin.

Tanpa malu, level buzzer juga tiba-tiba naik panggung debat capres. Joko Widodo mengutip hoax Ratna Sarumpaet dan 70 juta kertas suara. Padahal Prabowo-Sandi adalah korban permainan kontra-intelijen dua skandal hoax itu.

Mengutip sejarawan Nancy Koehn dari Harvard Business School, yang mengatakan bahwa rasa malu tidak lagi berperan sebagai moral compass.

Mungkinkah kita sedang memasuki era "The Death of Shame" dan "The Rise of Shamelessness"? [***]

Penulis adalah kolumnis dan aktvis Komunitas Tionghoa Anti-Korupsi (Komtak).

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pertunjukan ‘Ada Apa dengan Srimulat’ Sukses Kocok Perut Penonton

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:57

Peran Indonesia dalam Meredam Konflik Thailand-Kamboja

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:33

Truk Pengangkut Keramik Alami Rem Blong Hantam Sejumlah Sepeda Motor

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:13

Berdoa dalam Misi Kemanusiaan

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:59

Mualem Didoakan Banyak Netizen: Calon Presiden NKRI

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:36

TNI AL Amankan Kapal Niaga Tanpa Awak Terdampar di Kabupaten Lingga

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:24

Proyek Melaka-Dumai untuk Rakyat atau Oligarki?

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:58

Wagub Sumbar Apresiasi Kiprah Karang Taruna Membangun Masyarakat

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:34

Kinerja Polri di Bawah Listyo Sigit Dinilai Moncer Sepanjang 2025

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:19

Dugaan Korupsi Tambang Nikel di Sultra Mulai Tercium Kejagung

Minggu, 28 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya