Berita

Joko Widodo, Ma'ruf Amin, dan Imam Priyono/RM

Politik

Debat Pilpres, Siapa Yang Blunder?

JUMAT, 18 JANUARI 2019 | 13:45 WIB


SERANG! Itulah strategi yang dimainkan oleh Jokowi-Ma'ruf dan timnya. Sudah diduga. Ada tulisan di tangan Jokowi yang sudah disiapkan. Tinggal baca.

Debat kok baca? Itu karena pertama, soal kapasitas. Kedua, KPU membocorkan kisi-kisi pertanyaan. Gak mutu dong? Begitulah faktanya. Inilah yang menyebabkan KPU jadi pusat kritik dan bully.

Agak aneh, memang. Yang presiden siapa, yang capres siapa. Mestinya presiden yang dievaluasi terkait kinerjanya. Karena negara ini milik rakyat dan presiden itu jabatan publik yang harus dipertanggungjawabkan. Tapi, itulah kenyataannya. Presiden menyerang capres. Bukan capres menyerang presiden.

Agak aneh, memang. Yang presiden siapa, yang capres siapa. Mestinya presiden yang dievaluasi terkait kinerjanya. Karena negara ini milik rakyat dan presiden itu jabatan publik yang harus dipertanggungjawabkan. Tapi, itulah kenyataannya. Presiden menyerang capres. Bukan capres menyerang presiden.

Strategi jitu. Untuk menutupi kekurangan, kelemahan dan kesalahan, strategi menyerang memang efektif. Tujuannya? Agar publik fokus kepada orang yang diserang. Cakep!

Dalam sesi tanya jawab, Jokowi menyerang Prabowo soal enam caleg Gerindra eks narapidana koruptor. Prabowo tampak tak siap. Tidak menyangka kalau pertanyaannya menyasar partainya.

Tidak hanya Prabowo, publik juga kaget. Apa urusannya pilpres dengan partai Gerindra? Tapi, ini sah, meski tak etis. Prabowo mesti lebih siap dengan segala kemungkinan. Sesuatu yang tak bernalar bisa saja terjadi dalam debat.

Sebenarnya Prabowo cukup jawab: pertama, cek fakta. Bahwa partai yang terbanyak mencalegkan eks narapidana koruptor itu Golkar. Partai pendukung Jokowi. Ada tujuh orang. Bukan Gerindra. Nah, skakmat.

Kedua, cek fakta lagi. Tidakkah yang buat statement bahwa eks narapidana koruptor itu berhak untuk nyaleg adalah Jokowi. Dan ada jejak digitalnya di Kompas.com (29/5/2018) Kenapa justru Jokowi yang mempertanyakan?

Jokowi inkonsisten! Dan dalam banyak hal, Jokowi diketahui memang inkonsisten. Ini fakta obyektif yang bisa dilihat dari banyak pernyataan Jokowi jika dibandingkan dengan fakta di lapangan. Paling gampang, cek janji Jokowi di tahun 2014 dan bandingan dengan faktanya. Mudah bukan?

Termasuk ketika dalam debat Jokowi bilang jangan dikotomikan  parpol dengan profesional untuk menduduki jabatan, termasuk kabinet. Padahal, 2014 jelas dan tegas Jokowi minta personil di kabinet tidak rangkap jabatan. Diingkari, lalu berubah statement-nya. Loh kok?

Soal caleg eks koruptor, mestinya Prabowo cukup jawab: Pak Jokowi sendiri yang menyatakan bahwa mantan koruptor punya hak nyaleg. Kenapa sekarang Bapak yang memprotes? Kok gak konsisten Pak? Nah, skakmat.

Ketiga, soal korupsi, tidakkah partai Bapak rangking satu dan paling banyak yang ditangkap KPK? Partai Bapak masih banyak masalah dengan kader-kadernya yang ditangkap gara-gara korupsi. Jadi, jangan urusin partai saya! Urus aja partai Bapak. Nah, skak mat lagi.

Sayangnya, Prabowo bukan tipe orang yang suka menyerang dapur orang lain. Itu kelemahan, sekaligus kelebihan. Kelemahan, karena akan dimanfaatkan orang lain untuk terus mendiskriditkannya.

Inilah yang membuat para pendukungnya gemes. Kelebihan, karena itu menunjukkan bahwa Prabowo punya standar moral. Tak mau bicara kecuali menyangkut urusan bangsa dan nasib rakyat. Karenanya, tak pernah denger Prabowo membalas serangan Wiranto, padahal Wiranto berulangkali menyerangnya. Soal ini, Prabowo konsisten.

Skenario menyerang tidak saja dilakukan oleh Jokowi, tapi juga timsesnya. Beberapa menit pasca debat, dalam konferensi pers, Erick Thohir dan Hasto Kristiyanto melanjutkan serangan itu. Sangat gencar. Sampai di sini, skenario berjalan lancar.

Pernyataan Prabowo bahwa presiden sebagai chief of law enforcement jadi celah Hasto, sekretaris TKN, menyerang. Itu kesalahan fatal Prabowo saat mengatakan bahwa presiden itu chief of law enforcement. kata Hasto. Pernyataan Prabowo blunder. Itu menunjukkan karakter dasar Prabowo, kata Hasto. Mulai serang pribadi.

Hasto nggak paham. Chief of law enforcement itu artinya presiden harus memastikan bahwa hukum itu berjalan sesuai habitatnya. Yaitu tegas, adil dan tidak tebang pilih. Dorong Jaksa Agung, Kapolri dan KPK untuk menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya.

Jika Kapolri dan Jaksa Agung tidak bisa memastikan adanya keadilan itu tegak, pecat. Presiden bisa menggantinya dengan orang yang lebih tegas, berani dan bisa memastikan keadilan itu tegak. Masih gak paham?

Chief of law enforcement bukan intervensi proses hukum. Ketika nama Puan Maharani, Ganjar Pranowo dan Pramono Anung disebut-sebut dalam persidangan kasus e-KTP, lalu presiden, siapapun nanti presidennya, seandainya intervensi, bukan itu maksud dari chief of law enforcement. Atau ketika nama Tjahjo Kumolo disebut-sebut dalam persidangan kasus suap Meikarta, lalu presiden minta dihentikan. Ini seandainya. Bukan begitu juga maksud chief of law enforcement.

Justru ketika presiden membiarkan terjadinya banyak persekusi ulama dan ilmuan, membiarkan kasus Novel Baswedan menguap, tak peduli bom molotov meledak di depan rumah ketua KPK dan anggota DPR, itu namanya presiden tidak menjalankan tugasnya sebagai chief of law enforcement. Gimana sih Bung Hasto?

Ketika presiden membiarkan hukum berjalan ke arah yang tidak semestinya, lalu presiden membiarkannya, bagaimana nasib bangsa? Itulah gunanya peran presiden sebagai chief of law enforcement. Untuk memastikan hukum itu tegak dan berjalan di habitatnya, yaitu berfungsi sebagai penjaga keadilan. Tidak masuk habitat dan diintervensi oleh kepentingan politik.

Dalam debat, Jokowi selalu menjawab kalau ada bukti, laporkan saja. Ada mekanisme hukum yang berlaku. Berulang kali jawaban serupa muncul ketika diajukan oleh Sandiaga Uno soal peristiwa-peristiwa hukum yang dirasa tidak berkeadilan. Ini menunjukkan, betapa Jokowi sangat lemah. Tidak mampu mengawal tegaknya hukum.

Masih ingat jawaban Jusuf Kalla (wapres SBY) ketika ditanya: Kenapa Bapak intervensi hukum? Bukan intervensi, tapi saya perintahkan! Nah, itu pemimpin yang tegas. Itu namanya chief of law enforcement.

Jadi, siapa yang blunder dalam debat? Keduanya blunder. Prabowo blunder, mungkin karena kurang teliti atau lupa. Dan Jokowi blunder, mungkin di kertas contekan Jokowi tak ada rincian data terkait pertanyaan.

Tapi, Jokowi paling banyak blundernya.

Pertama, pakai contekan. Bukan contekan berisi rincian data, tapi contekan pertanyaan dan jawaban.

Kedua, sebagai presiden, mestinya Jokowi lebih banyak menunjukkan hasil kerja, tapi malah bernafsu menyerang Prabowo. Apalagi materi serangan tak terkait dengan urusan negara, tapi urusan partai orang.

Ketiga, Jokowi inkonsisten soal caleg mantan koruptor.

Keempat, ini menyangkut Ma'ruf Amin. Kehadirannya dalam debat tak banyak berperan. Ma'ruf kelihatan sekali tak menguasai masalah. [***]


Tony Rosyid

Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa


Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pertunjukan ‘Ada Apa dengan Srimulat’ Sukses Kocok Perut Penonton

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:57

Peran Indonesia dalam Meredam Konflik Thailand-Kamboja

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:33

Truk Pengangkut Keramik Alami Rem Blong Hantam Sejumlah Sepeda Motor

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:13

Berdoa dalam Misi Kemanusiaan

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:59

Mualem Didoakan Banyak Netizen: Calon Presiden NKRI

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:36

TNI AL Amankan Kapal Niaga Tanpa Awak Terdampar di Kabupaten Lingga

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:24

Proyek Melaka-Dumai untuk Rakyat atau Oligarki?

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:58

Wagub Sumbar Apresiasi Kiprah Karang Taruna Membangun Masyarakat

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:34

Kinerja Polri di Bawah Listyo Sigit Dinilai Moncer Sepanjang 2025

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:19

Dugaan Korupsi Tambang Nikel di Sultra Mulai Tercium Kejagung

Minggu, 28 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya