. Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla kerap kali tidak kompak. Pasangan yang menang dalam Pilpres 2014 itu sering berbeda pendapat dan pandangan terkait suatu fenomena.
Yang baru saja terjadi misalnya mengenai dukungan alumni kampus. Jokowi menyatakan penting dukungan alumni perguruan tinggi, sementara JK menyebut jika alumni kampus mendukung capres tertentu jangan membawa nama almamaternya.
Pengamat politik dari Indonesian Public Institute (IPI), Jerry Massie mengatakan, hal yang berulang kali ini bisa menjadi bumerang.
"Memang keduanya kerap berbeda pandangan sebetulnya harus kompak. Jangan ada perbedaan pendapat. Ini bisa menjadi bumerang," kata Jerry kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (16/1).
Bumerang yang dimaksud olehnya adalah terkait elektabilitas Jokowi dan terhadap bangsa. Pasalnya presiden dan wakil presiden adalah simbol persatuan bangsa.
Bukan itu saja keduanya berseberangan pendapat. Terkait fenomena 212, keduanya juga pernah memiliki penafsiran yang berbeda. Jerry menyebut yang cukup fatal terkait pembangunan infrastruktur LRT Jabodetabek.
"Barangkali JK tak dilibatkan dalam making decision (membuat keputusan). Contoh, JK geram terkait pembangunan LRT dimana 1 Km menghabiskan Rp 500 miliar. Memang belakangan ini, saya nilai keduanya kurang sinkron,†demikian Jerry.
[rus]