ANGIN pucat
menyapu negeri yang dibuat pucat
membalur menyuram langit
dan cahaya pun diremehkan
optimisme atau pesimisme
digoreng oleh tarikan kepentingan
kaubilang ini negeri tanpa harapan
dia bilang jangan hapus asa di depan
kaubilang hanya kau yang mampu
memperbaiki keadaan
dia bilang apa pun bisa kau nyinyirkan
katakan, katakan jujur
apa yang rakyat dapatkan
dari sengketa kata yang berkepanjangan
pelintiran logika yang tak berkemanfaatan
kau terus berputar-putar
dia memintalnya kembali memusar
kalian terus mengunyah
kau lengah dengan celah
dia hajar dengan pecah belah
ooo, Indonesia kita
berasakah kalian tentang kegelisahan
menghentikan liuk angin dengan panas setan
syahwat kekuasaan
mengatasnamakan rakyat
para penonton sandiwara
aneka panggung talk show yang memualkan
argumentasi polemik yang menyebalkan
siapa yang lalu menjaga
kebeningan bhineka
hakikat hidup dari akar indah
kau, dia, kita, mereka
yang sadar berbeda
tapi tak membelahnya
resapi, resapi orkestrasi keberagaman
tanpa sutradara
konduktornya naluri kata hati
di teras belakang 2018
ada yang menghampiri
mengajaknya pergi
datang dengan irama
yang sumbang memeta-metakan
di beranda 2019
sejuta gelisah menyambangi
kaukah itu yang menunggu
dengan aura dendam
diakah itu yang menyongsong
dengan narasi benci
kaukah itu yang berjalan
tanpa kegembiraan
diakah itu yang bertahan
mengabaikan keindahan?
hapuskan pucat negeri
tahun politik bukan setan
bukan horor yang dipetakan
katakan ia pesta
katakan ia habitat bersuara
katakan, kita ini bersusu kebhinekaan...
[***]Semarang 31 Desember 2018
Amir Machmud NS