Berita

Foto: Net

Jaya Suprana

Jepang Lanjut Memburu Paus

MINGGU, 30 DESEMBER 2018 | 06:38 WIB | OLEH: JAYA SUPRANA

RMOL edisi 26 Desember 2018 memberitakan bahwa pemerintah Jepang menarik diri dari Komisi Penangkapan Paus Internasional (International Whaling Commission) maka mulai tahun 2019 akan melanjutkan perburuan  paus secara komersial.

Keputusan itu muncul setelah Jepang gagal meyakinkan IWC untuk mengizinkan perburuan mamalia yang hidup di lautan tersebut.

Komersial


Jurubicara pemerintah Jepang Yoshihide Suga mengatakan, perburuan komersial paus akan terbatas pada perairan teritorial Jepang. "Kami tidak akan berburu di perairan Antartika atau di belahan bumi selatan," tambahnya seperti dimuat Channel News Asia

Pemerintah Jepang telah berulang kali mengancam akan keluar dari IWC, dan telah secara teratur dikritik karena menangkap ratusan paus per tahun untuk alasan penelitian ilmiah, meskipun telah menandatangani kesepakatan moratorium perburuan hewan samudra tersebut.

Kini Jepang bergabung dengan Eslandia dan Norwegia untuk secara terang-terangan menentang larangan  terhadap perburuan ikan paus komersial.

Pertarungan Peradaban

Sebagai pembelajar ekologi, saya pribadi menyayangkan sikap pemerintah Jepang. Menurut pendapat saya, Jepang merupakan satu di antara bangsa paling beradab di planet bumi abad XXI maka seharusnya Jepang mengutamakan ekologi ketimbang ekonomi.

Namun di sisi lain, saya terpaksa menghadapi kenyataan bahwa keputusan Jepang melanjutkan perburuan paus untuk kepentingan komersial jelas didukung penuh oleh para nelayan dan pengusaha yang memanfaatkan paus sebagai komoditas bisnis bahkan industri dengan berbagai alasan termasuk sebagai sumber nafkah personal mau pun komunal.

Pada hakikatnya, keputusan pemerintah Jepang untuk mengingkari kesepakatan moratorium perburuan paus merupakan kemenangan besar kaum pemberhala kepentingan ekonomi dalam  pertarungan peradaban melawan kaum penganut kebijakan pembangunan berkelanjutan demi kepentingan ekologi yang memang dianggap sebagai penghambat pembangunan ekonomi. [***]


Penulis adalah Pembelajar Pembangunan Berkelanjutan


Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Pramono Putus Rantai Kemiskinan Lewat Pemutihan Ijazah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:44

Jangan Dibenturkan, Mendes Yandri: BUM Desa dan Kopdes Harus Saling Membesarkan

Senin, 22 Desember 2025 | 17:42

ASPEK Datangi Satgas PKH Kejagung, Teriakkan Ancaman Bencana di Kepri

Senin, 22 Desember 2025 | 17:38

Menlu Sugiono Hadiri Pertemuan Khusus ASEAN Bahas Konflik Thailand-Kamboja

Senin, 22 Desember 2025 | 17:26

Sejak Lama PKB Usul Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:24

Ketua KPK: Memberantas Korupsi Tidak Pernah Mudah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:10

Ekspansi Pemukiman Israel Meluas di Tepi Barat

Senin, 22 Desember 2025 | 17:09

Menkop Dorong Koperasi Peternak Pangalengan Berbasis Teknologi Terintegrasi

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

PKS Kaji Usulan Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

Selengkapnya