Pembangunan Bendungan Ciawi/PUPR
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan turut mendampingi Presiden Joko Widodo meninjau pembangunan bendungan kering (dry dam) Sukamahi dan Ciawi di Kabupaten Bogor.
Jokowi menilai, progres pembangunan kedua bendungan berjalan baik sehingga penyelesaiannya dapat tercapai sesuai target pada 2019.
"Progresnya baik, seperti yang disampaikan dirjen SDA Kementerian PUPR baik Bendungan Sukamahi dan Ciawi masih berjalan proses pembebasan lahan. Tetapi pada Januari 2019 sebagian akan terselesaikan, tinggal pembayaran lahan yang dibebaskan sehingga progres perkembangan konstruksi terus dapat berjalan," jelasnya, Rabu (26/12).
Progres konstruksi Bendungan Sukamahi sebesar 14 persen dengan progres lahan yang sudah bebas seluas 18,6 hektare atau 38,68 persen dari kebutuhan 46,69 hektare. Progres konstruksi Bendungan Ciawi sebesar 9,22 persen, progres pengadaan lahan sudah dilakukan pembayaran 24,03 hektare atau 31,73 persen dari total kebutuhan 76,6 hektare. Pengadaan lahan dilakukan dengan skema dana talangan di mana kontraktor membiayai terlebih dahulu dan akan dibayarkan melalui Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN).
Pembangunan kedua bendungan merupakan upaya pemerintah di hulu Sungai Ciliwung untuk mengurangi kerentanan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) dari bencana banjir. Dua bendungan kering yang dibangun Kementerian PUPR melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Ciliwung Cisadane juga merupakan bagian dari rencana induk pengendalian banjir Jakarta.
Dengan dibangunnya kedua bendungan turut berkontribusi mengurangi debit banjir di hulu Ciliwung sekitar 30 persen. Untuk mengoptimalkan pengendalian banjir Jakarta, Presiden Jokowi berpesan juga untuk terus diselesaikan penanganan di hilir, diantaranya normalisasi sungai dan pembangunan sodetan yang memerlukan peran aktif PemprovDKI. Selain itu, juga diperlukan pembersihan drainase, sungai-sungai kecil, dan pemeliharaan waduk eksisting.
Menteri Basuki mengatakan, pengendalian banjir tidak bisa dilakukan melalui upaya struktural atau pembangunan fisik saja, melainkan juga kegiatan non struktural seperti kampanye penyadaran masyarakat, tata ruang, dan pembuatan berbagai sumur resapan di lingkungan rumah masing-masing.
Dirjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR Hari Suprayogi menambahkan, saat ini pekerjaan konstruksi kedua bendungan memasuki tahap pembuatan saluran pengelak atau conduit.
"Semua masih tahap konstruksi saluran pengelak di kedua bendungan. Nantinya kita akan menutup aliran sungai dan mengalihkannya ke saluran pengelak. Selanjutnya pembangunan pondasi tubuh bendungannya," jelas Hari.
Sukamahi dan Ciawi sendiri adalah bendungan tipe kering, sehingga pada musim kemarau akan kering dan baru digenangi air di musim hujan. Kedua bendungan memiliki daya tampung 8,13 juta meter kubik dan berfungsi menahan aliran permukaan yang berasal dari daerah hulu Gunung Gede dan Gunung Pangrango selama kurang lebih empat jam dan mengalirkannya ke Sungai Ciliwung melalui terowongan secara konstan dengan debit rencana Q50.
Kontrak pembangunan Bendungan Ciawi ditandatangani pada 23 November 2016 antara Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane dengan PT Brantas Abipraya-Sacna KSO dengan nilai pekerjaan konstruksi Rp 757,8 miliar melalui kontrak tahun jamak. Bendungan menampung aliran Sungai Cisarua, Sungai Cibogo dan anak Sungai Ciliwung dengan volume tampungan 6,45 juta meter kubik.
Sementara penandatanganan kontrak pembangunan Bendungan Sukamahi dengan daya tampung 1,68 juta meter kubik senilai Rp 436,97 miliar dilakukan pada 20 Desember 2016 dengan kontraktor PT Wijaya Karya-Basuki KSO.
[wah]