Berita

Nasaruddin Umar/Net

Membaca Trend Globalisasi (15)

Karakter Khusus Nilai Universal Islam: Metode Keilmuan Zaman Modern

RABU, 19 DESEMBER 2018 | 09:22 WIB | OLEH: NASARUDDIN UMAR

BUKAN rahasia lagi bahwa para ilmuan muslim di abad pertengahan telah mengukir ber­bagai perestasi. Salah seorang di antaranya ialah Al-Biruni yang bernama lengkap Abu Al-Raihan Muhammad ibn Ahmad ibn al- Biruni, lahir di Kath, Khwarismi, Iran. Ia termasuk pengembara ke berbagai pelosok dunia untuk melakukan ekspedisi ilmiah. Ia amat terkesan ketika ia mengikuti perjalanan Sultan Mahmud ke India. Di sana ia mempelajari bahasa Sansekerta dan berbagai hal mengenai India. Ia dis­ebut oleh George Sarton (1952) sebagai Leonardo da Vinci-nya Islam. Bahkan Ajram (1992) menyebutnya jauh lebih hebat dari pada da Vinci. Menurut Ajram (1992) karya monumental Al-Biruni mencapai 13.000 halaman, belum termasuk karya-karya lainnya yang hi­lang. Ajran menyayangkan dunia Barat menyembunyi­kan atau setengah hati memberikan pengakuan para ilmuan muslim di abad pertengahan, di antara abad ke 8-14. Yang menyedihkan ialah karya-karya mereka diplagiasi oleh sejumlah ilmuan Barat, termasuk Reger Bacon, yang kredibilitas keilmuannya menurun drastis setelah ketahuan karyanya hampir terjemahan penuh dari karya Optik Al-Haitsam.

Al-Biruni betul-betul mengesankan dunia keilmuan Barat sehingga ia pernah diberi berbagai gelar aka­demik, termasuk Word’s First Great Experimenter. Di antara temuan Al-Biruni dalam dunia Fisika penguku­ran berat jenis (specific gravity) berbagai zat dengan hasil perhitungan yang cermat dan akurat. Namun yang lebih penting lagi ialah Piknometer, suatu alat yang digunakan untuk berat jenis cairan berupa gelas bulat. Alat ini selain murah juga cukup mudah untuk di­operasikan. Temuan lainnya, Elemen Astrologi menjadi teks standar dalam Quadrivium selama berabad-abad hingga sekarang.

Prestasi paling gemilang Al-Biruni ialah jasanya mele­takkan dasar-dasar metode ilmiah modern. Dasar-dasar metodologi itu meliputi bidang matematika, astronomi, geografi, geologi, kimia, sejarah, dan perbandingan agama. Cabang matematika yang dikuasai Al-Biruni ialah geometri dan trigonometri yang pernah mendapatkan pengakuan dari UNESCO (1986). Prestasi Al-Biruni diganbarkan oleh S.H.Nasr: "Tidak seorang pun dalam Islam yang menggabungkan kualitas seorang saintis besar dengan cendekiawan yang cermat, penyusun, dan sejarawan setingkat dengan Al-Biruni". Menurut Ajram, tanpa temuan-temuan Al-Biruni tidak mungkin ada Galileo, Copernikus, dan Newton.


Yang tak kalah monumental temuan Al-Biruni ialah perhitungan keliling bumi. Sulit kita bayangkan pada abad ke-11 M, satu millennium lalu, ada orang yang mampu mengukur putaran keliling bumi dengan meng­gunakan data jari-jari bumi. Sementara ketika itu dari kalangan gereja masih memperdebatkan apakah bumi itu bulat atau datar. Al-Biruni saat itu sudah melaku­kan perhitungan keliling bumi dengan menggunakan pendekatan perhitungan trigonometri.

Karya Al-Biruni saat itu langsung mematikan ang­gapan yang mengatakan bahwa bumi itu laksana tikar terbentang luas. Karena ia mengasumsikan bumi seperti bola maka dengan data geologi Al-Biruni dapat menentukan tinggi puncak gunung yang merupakan titik tertinggi yang diukur dari atas permukaan laut. Ia menemukan bahwa lingkaran O merupakan titik pusat bumi. Titik A adalah titik di permukaan bumi yang menjadi kaki gunung yang tertinggi.

Titik B adalah titik di permukaan bumi yang merupa­kan titik singgung garis PS pada lingkaran permukaan bumi. Titik A dan B yang ketinggiannya sama pada bidang permukaan laut, yang dipilih menjadi acuan pengukuran ketinggian suatu posisi dari permukaan bumi (h=0). Garis AP = tinggi gunung (h). Garis OB yang ditarik dari pusat bumi (O)adalah garis tegak lurus dengan garis PS, karena sesuai dalil geometri, garis yang menyinggung lingkaran akan tegak lurus denagn jari-jari lingkaran yang melalui titik singgung garis tersebut dengan lingkaran (titk B).

Teori Al-Biruni ini digunakan untuk merancang alat yang lebih memudahkan melakukan berbagai macam perhitungan dalam dunia fisika. Ia sendiri turun tangan menguji akurasi setiap peralatan yang dirancangnya. Ternyata teori Al-Biruni juga digunakan untuk mengu­kur ketinggian pegunungan Himalaya yang rata-rata ketinggian puncaknya sekitar 6000 M, dengan puncak ketinggian Mount Everest (9000 M) dan pegunungan Hindu Kush, Afganistan yang tingginya 7000 M. (Lihat dalam Husain Heriyanto, Menggali Nalar Saintifik Peradaban Islam, 2011). 

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Berjuang Bawa Bantuan Bencana

Kamis, 04 Desember 2025 | 05:04

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Cegah Penimbunan BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00

Polri Kerahkan Kapal Wisanggeni 8005 ke Aceh

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03

UPDATE

Platform X Setor Denda ke Negara Atas Pelanggaran Konten Pornografi

Minggu, 14 Desember 2025 | 10:04

Prabowo Komitmen Tindak Tegas Pembalakan Liar di Sumatera

Minggu, 14 Desember 2025 | 10:02

KPK Sebut Temuan BPK Soal Penyelenggaraan Haji Tahun 2024 Jadi Informasi Tambahan

Minggu, 14 Desember 2025 | 09:43

Prabowo Pastikan Distribusi Pangan Jangkau Wilayah Bencana Terisolasi

Minggu, 14 Desember 2025 | 09:16

Cuaca Jabodetabek Cenderung Cerah Berawan di Akhir Pekan

Minggu, 14 Desember 2025 | 09:01

Koalisi Permanen Perburuan Kekuasaan atau Kesejahteraan Rakyat?

Minggu, 14 Desember 2025 | 08:51

KPK Masih Telusuri Dugaan Alur Perintah Hingga Aliran Uang ke Bupati Pati Sudewo

Minggu, 14 Desember 2025 | 08:17

JEKATE Running Series Akan Digelar di Semua Wilayah Jakarta

Minggu, 14 Desember 2025 | 08:08

PAM Jaya Didorong Turun Tangan Penuhi Air Bersih Korban Banjir Sumatera

Minggu, 14 Desember 2025 | 07:40

PKS Jakarta Sumbang Rp 1 M untuk Korban Bencana Sumatera

Minggu, 14 Desember 2025 | 07:31

Selengkapnya