Berita

Muslim Uighur/Net

Politik

Indonesia Didorong Jadi Juru Damai Kasus Muslim Uighur

MINGGU, 16 DESEMBER 2018 | 02:26 WIB | LAPORAN:

Tidak sedikit faktor yang melatari Indonesia cenderung diam dalam kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang terjadi pada kelompok Muslim Uighur di Xinjiang, China.

Meski demikian, pemerintahan Joko Widodo didorong untuk tetap ikut andil dalam mendamaikan konflik tersebut.

Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Sukron Kamil mengatakan, secara konstitusi, pemerintah Indonesia idealnya harus terlibat dalam perdamaian dunia. Apalagi, menyangkut dunia Islam. Sebab Indonesia merupakan negara muslim terbesar di dunia.


"Namun, dalam kasus Uighur Cihina, tidak tampak, saya kira ada banyak faktor," katanya saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (15/12).

Pertama, yakni karena hubungan dekat antara pemerintah Indonesia dengan China, terutama terkait investasi atau modal China seperti dalam proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.

"Itu biasa, dalam hubungan individual sekalipun pun, dimana independensi yang diberi pinjaman akan hilang atau berkurang. Ini sesuatu yang bisa dipahami," tandasnya.

Selain itu, faktor Uighur yang menurut sebagian ahli merupakan separatis, atau semacam OPM dan GAM di negeri Tirai Bambu itu juga menjadi pertimbangan.

Dalam kasus ini, imbuhnya, hampir semua pemerintah di dunia tidak mau ikut campur dengan urusan negara lain, kecuali pada masalah atau daerah yang masih diperdebatkan seperti kasus Timor Timur di Indonesia dulu.

"Atau atas permintaan atau kesepakatan negara yang bersangkutan seperti dalam kasus Aceh. Dilihat dari sisi ini pemerintah bisa dibenarkan," ujarnya.

Meski demikian, tambahnya, idealnya pemerintahan Joko Widodo tetap harus memberikan sumbang saran yang memberi keuntungan bagi kedua belah pihak. Baik itu keuntungan kepada aktivis Muslim Uighur ataupun pemerintah China, tanpa mengganggu hubungan Indonesia-China sendiri.

Nah, hal semacam ini kata dia biasanya diperankan oleh Wapres Jusuf Kalla. Karena, JK punya pengalaman dalam mendamaikan GAM dengan pemeritah Indonesia beberapa tahun silam. Konkretnya adalah Aceh diberikan otonomi yang luas.

"Aceh masih dalam pelukan Indonesia dan persoalan GAM selesai. Pak JK punya pengalaman ini," tandasnya.

"Ini juga akan menambah bobot kepada Jokowi untuk mendongkrak elektabilitasnya dalam musim Pemilu ini (karena dinilai berpihak pada dunia Islam)," tambahnya.

Tapi persoalannya, imbuh Syukron, terletak pada sistem pemerintahan China yang menganut sekularisme ekstrem. Yang mana dulu tempat ibadah seperti masjid saja diganti menjadi tempat rekreasi karena dianggap lebih bermanfaat.

Sekularisme China ini ditekankannya mirip Perancis. Beda dengan Inggris atau Jerman yang lebih soft terhadap dunia Islam.

Persoalan lain menurut dia, di China pun jumlah warganya yang atheis saat ini terbesar di dunia dan Asia. Perdamaian seperti di Aceh juga, kata dia, terhalang oleh sistem pemerintahan China yang belum menerapkan demokrasi sebagai sebuah sistem politik seperti Indonesia.

"Namun, bukan berarti tidak mungkin,  karena China saat ini bukan negara komunisme murni. Ia telah menjadi negara dengan kapitalisme, meski agak semu, bahkan dalam beberapa hal sudah mengalami keterbukaan politik dan budaya," pungkasnya. [ian]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kepuasan Publik Terhadap Prabowo Bisa Turun Jika Masalah Diabaikan

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:46

Ini Alasan KPK Hentikan Kasus IUP Nikel di Konawe Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:17

PLN Terus Berjuang Terangi Desa-desa Aceh yang Masih Gelap

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:13

Gempa 7,0 Magnitudo Guncang Taiwan, Kerusakan Dilaporkan Minim

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:45

Bencana Sumatera dan Penghargaan PBB

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:27

Agenda Demokrasi Masih Jadi Pekerjaan Rumah Pemerintah

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:02

Komisioner KPU Cukup 7 Orang dan Tidak Perlu Ditambah

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:45

Pemilu Myanmar Dimulai, Partai Pro-Junta Diprediksi Menang

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:39

WN China Rusuh di Indonesia Gara-gara Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:33

IACN Ungkap Dugaan Korupsi Pinjaman Rp75 Miliar Bupati Nias Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:05

Selengkapnya