Berita

Ilustrasi/Net

Politik

Kasus Nduga, Jangan Lagi Sebut Kelompok Kriminal Bersenjata

RABU, 05 DESEMBER 2018 | 07:17 WIB | LAPORAN: ADE MULYANA

Pelaku teror di Papua tidak pantas disebut kelompok kriminal bersenjata. Negara tidak boleh lengah. Satuan elit  TNI harus diturunkan.

"Kejahatan yang mereka lakukan tidak bisa disebut kriminal biasa. Mereka mau Papua merdeka," kata Sekretaris Pendiri Indonesian Audit Watch (IAW), Iskandar Sitorus, kepada Kantor Berita Politik RMOL, Selasa malam (4/12).

Ia mengatakan pembunuhan sadis 31 pekerja BUMN PT Istaka Karya di Kali Yigi-Kali Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, dan penyerangan pos TNI Yonif 756/Yalet yang berada di kabupaten yang sama, lebih pantas disebut dilakukan oleh gerombolan pengacau separatis bersenjata.


Berdasarkan informasi yang diterima dari berbagai sumber, para pekerja yang tengah mengerjakan pembangunan jalan itu dibunuh pada Minggu (2/12) lantaran salah satu di antara mereka mengambil foto perayaan HUT Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN/OPM) yang diselenggarakan kelompok tersebut tak jauh dari lokasi kejadian. Adapun penyerangan pos TNI terjadi keesokan harinya. Akibat penyerangan itu satu anggota TNI tewas tertembak dan satu lainnya luka-luka

"Cara melihatnya harus diubah. Mereka bukan kelompok kriminal bersenjata tetapi gerombolan pengacau separatis bersenjata. Porsinya urusan TNI, bukan kepolisian," ucap calon anggota DPR Partai Gerindra dari Daerah Pemilihan Sumatera Utara 1 yang meliputi Kota Medan, Deli Serdang, Serdang Bedagai dan Tebing Tinggi itu.

Iskandar menyayangkan gerakan separatis Papua dari hari ke hari seperti memiliki ruang untuk berkembang. Karenanya dia sependapat dengan Menhan Ryamizard Ryacudu yang menekankan perlunya peran TNI dalam menumpas separatisme di Papua. Bahkan menurutnya, tindakan tegas mestinya dilakukan sejak lama.

"Negara punya Kopassus dan pasukan elit TNI lainnya. Kenapa mereka tidak digunakan," pungkas Iskandar.[dem]

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Komisi V DPR: Jika Pemerintah Kewalahan, Bencana Sumatera harus Dinaikkan jadi Bencana Nasional

Sabtu, 06 Desember 2025 | 12:14

Woman Empower Award 2025 Dorong Perempuan Mandiri dan UMKM Berkembang

Sabtu, 06 Desember 2025 | 12:07

Harga Minyak Sentuh Level Tertinggi di Akhir Pekan

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:58

BNI Dorong Literasi Keuangan dan UMKM Naik Kelas Lewat Partisipasi di NFHE 2025

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:44

DPR: Jika Terbukti Ada Penerbangan Gelap, Bandara IMIP Harus Ditutup!

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:24

Banjir Aceh, Untungnya Masih Ada Harapan

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:14

Dana Asing Masuk RI Rp14,08 Triliun di Awal Desember 2025

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:08

Mulai Turun, Intip Harga Emas Antam Hari Ini

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:03

Netflix Beli Studio dan Layanan Streaming Warner Bros 72 Miliar Dolar AS

Sabtu, 06 Desember 2025 | 10:43

Paramount Umumkan Tanggal Rilis Film Live-Action Kura-kura Ninja Terbaru

Sabtu, 06 Desember 2025 | 10:35

Selengkapnya