Berita

Foto: Repro

Politik

REUNI 212

Andi Soebijakto: Waspadai Agenda Pecah Belah Elit

MINGGU, 02 DESEMBER 2018 | 20:43 WIB | LAPORAN: ADE MULYANA

Kegiatan yang kini populer sebagai Reuni 212 adalah agenda politik. Tidak ada dalam ajaran Islam. Dan dalam pelaksanaannya pun tidak ada tolabul ilmi di dalamnya.

Cara terbaik dalam memandang peristiwa ini adalah dengan menggunakan kacamata politik praktis.

Demikian dikatakan aktivis Andi Soebijakto, petang ini, Minggu (2/12).


Namun Andi meminta agar masyarakat Indonesia pada umumnya tetap berhati-hati pada agenda pecah belah dengan menggunakan simbol-simbol sektarianisme.

“Konflik komunal selalu berangkat dalam bentangan gap yang menimbulkan tekanan gaya yang bisa menimbulkan energi massa. Massa emosioinal karena rendahnya pengetahuan (pendidikan), ekonomi, ideologi, dan lain-lain,” ujarnya.

Andi mencontohkan tragedi yang terjadi di Libya, Suriah, Yaman, yang sering diberi label Arab Spring. Tragedi di negara-negara itu, sebutnya lagi, merupakan agenda negara superpower. Hanya di Iran upaya mereka gagal karena bentengnya dan intelejennya terlalu kuat ditembus.

“Ingat pula manipulasi simbol semacam ini sudah berulang berakhir dengan destruksi. Karena orang tidak sabar untuk tidak mengeksploitasi dan memanipulasi kumpulan massa yang menawan karena ketidak tahuannya agenda aktor-aktor utama yang pandai menyaru,” urainya.

Jika “ada apa-apa”, sambung dia, aktor itu akan lari minta perlindungan negara pendukung atau dititipkan suaka pada negara boneka.

“Jika berhasil segelintir aktor yang menikmati,” tambahnya.

Semua kerusuhan dan destruksi berawal dari kesenangan bersama soal isu-isu yang menarik, seperti suku, agama, ras, antar golongan dan madzab. Tetapi itu hanya kamuflase.

“Memang membius dan seolah-olah untuk sesuatu yang besar dan transendental. Tapi hakekatnya agenda politik tentu untuk kepentingan politik negara, kelompok tertentu,” masih ujarnya.

Di sisi lain, dia juga prihatin dengan masyarakat digital yang menurutnya semakin mendangkalkan pengetahuan publik. Ironisnya, di saat bersama, negara tidak punya strategi yang  mujarab. Apalagi intelejen negara kurang kapabel menghadapi dinamika terkini dan gagal fokus.

“Semoga semua ini jadi pembelajaran kita bersama. Tidak ada yang salah. Semua ihtiar adalah sah. Masalahnya bagaimana masing-masing sektor bekerja sungguh membuktikan diri jadi pelayan terbaik bagi negara dan rakyat,” demikian Andi Soebjikato. [dem]

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Komisi V DPR: Jika Pemerintah Kewalahan, Bencana Sumatera harus Dinaikkan jadi Bencana Nasional

Sabtu, 06 Desember 2025 | 12:14

Woman Empower Award 2025 Dorong Perempuan Mandiri dan UMKM Berkembang

Sabtu, 06 Desember 2025 | 12:07

Harga Minyak Sentuh Level Tertinggi di Akhir Pekan

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:58

BNI Dorong Literasi Keuangan dan UMKM Naik Kelas Lewat Partisipasi di NFHE 2025

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:44

DPR: Jika Terbukti Ada Penerbangan Gelap, Bandara IMIP Harus Ditutup!

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:24

Banjir Aceh, Untungnya Masih Ada Harapan

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:14

Dana Asing Masuk RI Rp14,08 Triliun di Awal Desember 2025

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:08

Mulai Turun, Intip Harga Emas Antam Hari Ini

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:03

Netflix Beli Studio dan Layanan Streaming Warner Bros 72 Miliar Dolar AS

Sabtu, 06 Desember 2025 | 10:43

Paramount Umumkan Tanggal Rilis Film Live-Action Kura-kura Ninja Terbaru

Sabtu, 06 Desember 2025 | 10:35

Selengkapnya