Berita

Prabowo Subianto/Net

Politik

Nasdem Minta Prabowo Berhenti Ngawur

MINGGU, 02 DESEMBER 2018 | 03:17 WIB | LAPORAN: WIDIAN VEBRIYANTO

Pencegahan dan pemberantasan korupsi di Indonesia terus mengalami kemajuan. Di zaman Orde Baru, Indonesia memang sempat terpuruk. Tapi di era reformasi, Indonesia melejit dalam pemberantasan korupsi.

Dengan kata lain, korupsi yang marak diberantas di era saat ini merupakan cermin bahwa sistem telah berjalan dengan baik. Hal ini berbeda di zaman Orba. Saat itu, tidak ada lembaga pemberantas korupsi. Termasuk juga tidak ada keberanian masyarakat mengkritik korupsi.

Begitu kata Ketua DPP Partai Nasdem Willy Aditya menanggapi pernyataan calon presiden, Prabowo Subianto yang menyebut korupsi di Indonesia seperti kanker stadium empat.    


“Prabowo harus bisa membedakan sistem yang berjalan di negara otoriter seperti zaman orde baru dan era demokrasi sekarang. Di Jaman orde baru jika ada orang yang berani kritik karena korupsi maka bisa-bisa orang tersebut akan dibungkam. Berbeda dengan sekarang yang semua harus transparan,” jelasnya dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Sabtu (1/12).

Willy Aditya menguraikan, di era Orba semua serba tertutup dan absolut di tangan penguasa. Aparat keamanan, kata dia, bekerja atas perintah penguasa.

Setelah reformasi, semua itu mulai ditata ulang. KPK muncul sebagai garda terdepan memberantas korupsi.ormasi hal itu ditata ulang bahkan kita melahirkan KPK sebagai ujung tombak pemberantasan korupsi bersama Kejaksaan dan Polri.

“Kalau Prabowo mau jujur, pemberantasan korupsi saat ini tentunya disebabkan keterbukaan dan pemisahan kekuasaan antara lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif. Apa penegak hukum jaman orde baru berani seperti sekarang?” tanyanya.

Atas alasan itu, dia meminta Prabowo untuk berhenti membuat sebaran hoax. Apalagi sebaran itu dilakukan di negara tetangga.

“Prabowo sebaiknya berhentilah menggunakan cara kampanye ngawur, dan berikanlah gagasan untuk pembanding,” tutupnya. [ian]

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya